Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Hudud

Hudud (bahasa Arab: حدود, translit. Ḥudūd, har. 'batasan') diartikan memisahkan sesuatu agar tidak tercampur dengan yang lain.[1] Bentuk tunggal dari kata ini, yakni Had juga ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.[2] Turunan dari kata Had, yakni menghadkan diartikan menentukan batasnya supaya tidak melebihi jumlah, ukuran, dan sebagainya; membatasi.[3]

Dalil

Di dalam Al-Qur'an, telah banyak hukuman atas had yang ditetapkan. Pencurian adalah dipotong tangannya.[4] Perampokan dan perusuhan (hirabah) mendapat had dibunuh atau disalib, dipotong tangan dan kakinya, atau dibuang dari negeri kediamannya.[5] Hubungan seksual terlarang (zina) adalah kedua pelaku masing-masing dihukum seratus kali dera.[6] Menuduh perempuan baik melakukan zina tanpa mendatangkan empat saksi (qadzaf) dihukum delapan puluh kali dera dan kesaksian pelaku tidak dapat diterima selama-lamanya.[7] Hadis juga berfungsi dalam menetapkan hukuman atas had yang tidak dijelaskan dalam Al-Qur'an, contohnya adalah had meminum-minuman keras dimana Al-Quran hanya memerintahkan untuk menjauhinya.[8]

Had dan Hukuman

  • Pencurian (sariqah). Dihukum potong tangan.[4]
  • Perampokan (hirabah) dan merusak bumi (mufsidun fil-ard). Dihukum dengan penyaliban, dibunuh dengan cara lain, dipotong tangan dan kakinya, atau dibuang.[5] Mazhab berbeda pendapat tentang penerapan hukuman, namun mayoritas mengatakan bahwa hakim memutuskan hukuman berdasar seberapa berat derita korban.[butuh rujukan]
  • Pemberontakan (bughat). Menentang khalifah yang sah akan mendapat perundingan terlebih dahulu. Jika masih menentang maka diperbolehkan untuk melawan dan membunuh pemberontak.[9]
  • Keluar dari agama Islam (riddah). Dihukum mati dalam kebanyakan mazhab.[10][11]
  • Hubungan seksual terlarang (zina). Dihukum seratus kali dera jika belum menikah (gairu muhsan)[6] dan dilempari batu sampai mati (rajam) jika sudah menikah (muhsan).[12][13]
  • Tuduhan zina tidak berdasar (qadzaf). Dihukum delapan puluh kali dera dan kesaksian pelaku tidak akan diterima selama-lamanya.[7]
  • Minum minuman keras (syurb al-khamr). Dihukum empat puluh atau delapan puluh kali dera tergantung mazhab.[14]

Pembunuhan, cedera dan kerusakan properti bukan merupakan bagian dari tindakan yang mendapat had dalam Hukum Pidana Islam (jinayat), dan dimasukkan dalam kategori lain dari hukum pidana Islam, yaitu:

  • Pembalasan (qisas).
  • Kompensasi finansial (diyat).
  • Hukuman keputusan hakim (ta'zir)

Syarat Penetapan Hukuman

Dalam kebanyakan mazhab, hukum rajam atau dera dapat dikenakan kepada pelaku zina apabila terbukti dengan cara empat laki-laki dewasa pertama menyaksikan hubungan seksual dengan yakin pada waktu yang sama atau pelaku mengaku.[15][16]

Jika seseorang menuduh perempuan yang baik berbuat zina dan tidak mendatangkan empat saksi Muslim dengan kesaksian konsisten atau jika para saksi tidak memberikan kesaksian konsisten, maka barulah hukum delapan puluh kali dera ditetapkan sebagai hukuman atas melanggar had qadzaf.[17]

Imam Malik sebagai pencetus mazhab Maliki, telah mencatatkan dengan rinci dalam Muwatta Malik kapan pencurian diterapkan hukum potong tangan atau tidak. Yusuf Ali dalam menafsirkan Al-Quran mengatakan bahwa kebanyakan ulama berpendapat pencurian kecil dibebaskan dari hukuman tersebut dan hanya satu tangan yang harus dipotong saat pencurian pertama.[18] Taqiyuddin as-Subki menfatwakan untuk kesepakatan penerapan hukuman terhadap had pencurian sebagai berikut:

  1. Diambil dari tempat yang aman (hirz) dan tidak memiliki akses sehari-hari ke tempat tersebut;
  2. Bukan rampasan perang (mughannam);
  3. Pelakunya Muslim yang merdeka, baligh dan berakal, sendiri dalam mengambil dengan tangan tanpa menggunakan alat. Dia tidak mabuk atau dalam keadaan sadar, bukan karena kemiskinan, tanpa paksaan.
  4. Tidak berada di Al-Haram, Mekkah atau Darul Harbi.
  5. Bukan milik istri jika pelakunya pria atau milik suami jika pelakunya perempuan, bukan pula milik orang yang ada hubungan kekerabatan.
  6. Barang yang dicuri harus jelas kepemilikannya dan bisa dijual kepada Muslim.
  7. Barang yang dicuri bukan: daging, hewan sembelihan, sesuatu yang bisa dimakan atau diminum, unggas atau hewan buruan, anjing atau kucing, kotoran hewan atau manusia, oker merah (maghara), arsenik (zirnīkh), kerikil, bebatuan, kaca, arang, kayu bakar, alang-alang (qaṣab), kayu, buah, keledai atau hewan gembalaan, salinan Al-Quran, tanaman yang ditarik dari akarnya atau hasil taman dinding, pohon atau orang merdeka. Jika yang dicuri adalah budak: budak tersebut bisa bicara dan berakal, tidak melawan sebelum dipindahkan ke tempat yang sebelumnya tidak diizinkan dari tempat amannya dengan tangan pelaku sendiri, disaksikan oleh dua laki-laki yang akan dan tidak menolak untuk hadir di persidangan dan tidak mengurungkan kesaksian mereka.
  8. Korban pencurian tidak memberikan barang curian sebagai hadiah, hadir di persidangan dan mengklaim barang curian.
  9. Pelaku pencurian tidak menjadi pemilik sah barang setelah mencuri dan tidak mengembalikan barang curiannya maupun mengklaim dan pelaku pencurian tidak menagih hutang seharga barang curian.
  10. Pelaku pencurian memiliki tangan kiri atau kaki yang sehat, atau tidak kehilangan anggota badan.

Referensi

  1. ^ ibn Manzur, Muhammad ibn Mukram. Lisan al-Arab. Beirut: Dar Sadir. hlm. 353. 
  2. ^ "had". Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Diakses tanggal 26 Januari 2021. 
  3. ^ "menghadkan". Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Diakses tanggal 26 Januari 2021. 
  4. ^ a b Q.S. al-Maidah[5]:38
  5. ^ a b Q.S. al-Maidah[5]:33
  6. ^ a b Q.S. an-Nur[24]:2
  7. ^ a b Q.S. an-Nur[24]:4
  8. ^ Q.S. al-Maidah[5]:90
  9. ^ Q.S. al-Hujurat[49]:9
  10. ^ Peters & De Vries (1976), Apostasy in Islam, Die Welt des Islams, Vol. 17, Issue 1/4, pp 1-25
  11. ^ J Rehman (2010), "Freedom of expression, apostasy, and blasphemy within Islam: Sharia, criminal justice systems, and modern Islamic state practices", Criminal Justice Matters, 79(1), pp. 4-5, DOI:10.1080/09627250903569841
  12. ^ Julie Chadbourne (1999), Never wear your shoes after midnight: Legal trends under the Pakistan Zina Ordinance, Wisconsin International Law Journal, Vol. 17, pp. 179-234
  13. ^ Reza Aslan (2004), "The Problem of Stoning in the Islamic Penal Code: An Argument for Reform", UCLA Journal of Islamic and Near East Law, Vol 3, No. 1, pp. 91-119
  14. ^ Bassiouni, M. Cherif (1997). "Crimes and the Criminal Process". Arab Law Quarterly. 12 (3): 269–286. 
  15. ^ Z. Mir-Hosseini (2011), Criminalizing sexuality: zina laws as violence against women in Muslim contexts, SUR-International Journal on Human Rights, 8(15), pp 7-33
  16. ^ Camilla Adang (2003), Ibn Hazam on Homosexuality, Al Qantara, Vol. 25, No. 1, pp. 5-31
  17. ^ A. Quraishi (1999), Her honour: an Islamic critique of the rape provisions in Pakistan's ordinance on zina, Islamic studies, Vol. 38, No. 3, pp. 403-431
  18. ^ Ali, Abdullah Yusuf (2004). The Meaning Of The Holy Qur'an (11th Edition). Amana Publications. hlm. 259. ISBN 1-59008-025-4.
Kembali kehalaman sebelumnya


Index: pl ar de en es fr it arz nl ja pt ceb sv uk vi war zh ru af ast az bg zh-min-nan bn be ca cs cy da et el eo eu fa gl ko hi hr id he ka la lv lt hu mk ms min no nn ce uz kk ro simple sk sl sr sh fi ta tt th tg azb tr ur zh-yue hy my ace als am an hyw ban bjn map-bms ba be-tarask bcl bpy bar bs br cv nv eml hif fo fy ga gd gu hak ha hsb io ig ilo ia ie os is jv kn ht ku ckb ky mrj lb lij li lmo mai mg ml zh-classical mr xmf mzn cdo mn nap new ne frr oc mhr or as pa pnb ps pms nds crh qu sa sah sco sq scn si sd szl su sw tl shn te bug vec vo wa wuu yi yo diq bat-smg zu lad kbd ang smn ab roa-rup frp arc gn av ay bh bi bo bxr cbk-zam co za dag ary se pdc dv dsb myv ext fur gv gag inh ki glk gan guw xal haw rw kbp pam csb kw km kv koi kg gom ks gcr lo lbe ltg lez nia ln jbo lg mt mi tw mwl mdf mnw nqo fj nah na nds-nl nrm nov om pi pag pap pfl pcd krc kaa ksh rm rue sm sat sc trv stq nso sn cu so srn kab roa-tara tet tpi to chr tum tk tyv udm ug vep fiu-vro vls wo xh zea ty ak bm ch ny ee ff got iu ik kl mad cr pih ami pwn pnt dz rmy rn sg st tn ss ti din chy ts kcg ve 
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9