Hubungan Jerman dengan Korea Selatan adalah hubungan bilateral yang telah terjalin sejak 26 November 1883. Perjanjian persahabatan (Treaty of Amity) tentang Perdagangan dan Navigasi menjadi cikal bakal dari hubungan kedua negara.[1]
Sejarah
Hubungan Jerman dengan Korea Selatan telah menempuh jalan panjang. Walau hubungan bilateral dimulai pada 1883, pertemuan antara Jerman dengan Korea Selatan sudah dimulai jauh sebelum itu, tepatnya sejak abad ke-17. Hal itu bermula saat Pangeran Korea, Sohyeon bertemu dengan seorang misionaris Yesuit asal Cologne, Jerman bernama Johannes Adam Schall von Bell dalam kunjungannya ke Beijing pada 1664.[2]
Schall menyatakan bahwa Pangeran Korea sempat berkunjung ke observatorium astronomi buatan Eropa dan bertemu dengan para ilmuwan barat. Ia juga sempat mengimpor kalender Romawi. Saat Pangeran Korea hendak meninggalkan Tiongkok, ia memberikan hadiah kepada Adam Schall. Sebaliknya, Adam Schall juga memberikannya beberapa buku dan bola dunia tiruan (globe). Pada September 1664, Pangeran Korea tersebut mengirimkan surat kepada Adam yang berisi, "Kita lahir di negara dan tinggal jauh di benua berbeda. Tampaknya kekuatan kasatmata telah mengantarkan kita untuk bertemu di negara asing dan memiliki kasih sayang satu sama lain. Tidak peduli seberapa jauh orang, gairah dan cinta untuk pengetahuan akan menyatukan mereka bersama, saya percaya".[2]
Jerman juga berperan dalam pembuatan lagu kebangsaaan Korea Selatan yang berjudul "Aegukga". Faktanya, Franz von Eckert, musisi asal Jerman merupakan komposer dari lagu tersebut selain merupakan master band militer untuk Kekaisaran Korea pada 1897 hingga 1910.[3]
Sejarah hubungan kedua negara juga dapat dilihat saat Jerman masih terpecah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur. Pada 1961 kondisi ekonomi Korea Selatan yang saat itu dipimpin oleh Park Chung-hee sedang terpuruk. Guna menyelesaikan masalah tersebut, Korea kemudian meminta bantuan kepada Jerman untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Di sisi lain Jerman sedang membutuhkan para petambang dan para perawat. Berdasarkan asas simbiosis mutualisme, terjadilah kesepakatan antarkedua negara. Akhirnya Jerman membantu perekonomian Korea Selatan sedangkan Korea Selatan mengirimkan lebih dari 8000 pekerja tambang (antara 1963 dan 1977) dan lebih dari 10.000 perawat (antara 1963 dan 1976) ke Jerman. Atas pengorbanan para pekerja Korea demi perkembangan ekonomi negara, Park Chung-hee beserta istri kemudian memberikan pujian dan apresiasi kepada mereka saat bertemu di Ruhr, Jerman pada 1964. Inilah pengiriman pekerja paksa Korea pertama dan terbesar ke luar negeri sepanjang sejarah.[3]
Dalam rangka merayakan 130 tahun hubungan bilateral antara Jerman dan Korea Selatan dan 50 tahun kedatangan para pekerja Korea Selatan ke Jerman, kedua negara pun merayakan pertunjukan budaya, pameran foto dan meluncurkan perangko khusus peringatan. Pertunjukan ini berlangsung sepanjang tahun pada 2013 di Korea Selatan dan Jerman.[4]
Perbandingan Negara
Dalam menjalin hubungan bilateral, terdapat perbedaan di antara kedua negara. Berikut adalah sejumlah perbedaannya:
|
Korea Selatan
|
Jerman
|
Populasi
|
50,620,000
|
82,060,000
|
Area
|
100,210 km2 (38,691 sq mi)
|
357,021 km2 (137,847 sq mi)
|
Ibu kota
|
Seoul
|
Berlin
|
Mata Uang
|
Won
|
Euro
|
Sistem Pemerintahan
|
Republik presidensial
|
Federal
|
Bahasa Resmi
|
Bahasa Korea
|
Bahasa Jerman (de facto)
|
GDP (nominal)
|
US$1.709 trillion ($33,147 per capita)
|
US$4.429 trillion ($52,824 per capita)
|
Hubungan Kerja Sama
Ekonomi
Jerman memposisikan Korea Selatan sebagai mitra yang penting dalam hubungan ekonomi. Banyak pengusaha Jerman yang berinvestasi di sana. Terdapat sejumlah alasan yang menjadi penyebab terjadinya kerja sama ekonomi ini. Pertama, produk-produk Jerman mudah diterima oleh warga Korea Selatan karena mereka sangat terbuka dengan tren baru. Jerman juga menganggap Korea Selatan sebagai negara potensial di Asia setelah Jepang dan Tiongkok karena merupakan negara kesebelas dengan ekonomi terkuat di dunia dan negara ketujuh terbesar dalam bidang ekspor bagi Jerman. Atas dasar itulah terjadinya kerja sama antarnegara di bidang ekonomi yang saling menguntungkan satu sama lain. Di Korea Selatan tercatat ada 455 perusahaan asal Jerman sedangkan sebaliknya di Jerman tercatat ada 155 perusahaan asal Korea Selatan yang beroperasi.[5]
Hubungan ekonomi kedua negara juga bisa dilihat pada 2011. Pada tahun ini lahir sebuah kesepakatan perdagangan bebas antara Korea Selatan dengan Uni Eropa (The Korea-EU Free Trade Agreement). Hal ini ternyata berpengaruh pada ekonomi Jerman karena berkat perjanjian tersebut, nilai ekspor Jerman ke Korea Selatan meningkat 10,1% menjadi $ 21,3 miliar pada 2014. Dalam bidang transportasi, Jerman juga berhasil mengekspor 140.000 mobil ke Korea Selatan dan bahkan hampir 80% mobil-mobil mewah di Korea Selatan berasal dari Jerman. Posisi menguntungkan juga dialami oleh Korea Selatan karena pada tahun yang sama mereka berhasil mengekspor produk ke Jerman dengan nilai sekitar 7,6 triliyun.[5]
Budaya
Di Korea Selatan, musik dan sastra Jerman mendapatkan perhatian tinggi. Goethe Institut sebagai pusat kebudayaan Jerman juga dapat ditemukan di Seoul dan aktif dalam melakukan pertukaran budaya Jerman.[6] Salah satunya adalah dengan membuka kursus Bahasa Jerman. Di Korea Selatan juga terdapat pula 65 dosen Jerman yang mengajar di berbagai universitas.[1]
Sebaliknya, di Jerman juga terdapat Pusat Kebudayaan Korea yang dikenal dengan nama Koreanisches Kulturzentrum. Ada berbagai kegiatan penyebaran budaya Korea yang dilakukan oleh Koreanisches Kulturzentrum. Beberapa di antaranya adalah kursus Bahasa Korea, kelas alat musik tradisional gayageum, kelas kaligrafi Korea hingga meditasi tradisional Korea.[7] Lebih dari 28.000 orang Korea yang tinggal di Jerman dan warga Jerman yang memiliki garis keturunan dari Korea menjadi fakta lainnya dari hubungan kedua negara.[1]
Pendidikan
Pada 1986, Jerman dan Korea Selatan telah menandantangani kesepakatan tentang kerja sama di bidang ilmiah dan teknologi. Sejak 2007 kedua negara melalui kementerian masing-masing melakukan pertemuan untuk melakukan koordinasi kerja sama. Jerman diwakili oleh Kementerian Penelitian sedangkan Korea Selatan diwakili oleh Kementerian Sains, TIK dan Perencanaan Masa Depan (Ministry of Science, ICT and Future Planning (MSIP)). Jerman melalui Kementerian Penelitian Jerman juga telah mendanai lebih dari 230 proyek kolaboratif yang dilakukan oleh peneliti Jerman dan Korea Selatan dari 2005 hingga 2014. Fokus penelitiannya beragam, mulai dari kehidupan sains, Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK), nanoteknologi, teknologi kimia dan fisika hingga penelitian lingkungan seperti penelitian tentang kutub dan laut.[8]
Antusiasme orang Jerman dalam mempelajari studi Korea cukup tinggi. Untuk itulah Jerman membuka 5700 jurusan studi Korea yang tersebar di berbagai universitas. Kepedulian Jerman akan pendidikan juga terealisasi melalui Dinas Pertukaran Akademik Jerman (DAAD). DAAD dan organisasi lainnya memberikan beragam beasiswa kepada warga asing, salah satunya pada warga Korea Selatan. Sementara itu bagi mahasiswa Korea Selatan yang telah menyelesaikan studinya di Jerman, mereka bisa bergabung ke salah satu atau lebih dari 45 komunitas orang Korea di Jerman dan asosiasi alumni mahasiswa Korea di Jerman seperti Alumni Network Germany-Korea (ADeKo).[1]
Referensi