Ginkgo merupakan genus tunggal dari salah satu divisio anggota tumbuhan berbiji terbuka yang pernah tersebar luas di dunia. Pada masa kini tumbuhan ini diketahui hanya tumbuh liar di Asia Timur Laut, tetapi telah tersebar luas di berbagai tempat beriklim sedang lainnya sebagai pohon penghias taman atau pekarangan. Bentuk tumbuhan modern ini tidak banyak berubah dari fosil-fosilnya yang ditemukan. Evolusi genus ini berjalan lambat. Hampir semua spesiesnya punah pada akhir zaman Pliosen. Satu-satunya spesies yang masih hidup, Ginkgo biloba, hanya bisa ditemukan secara liar di Tiongkok, tetapi telah dibudidayakan di seluruh dunia. Hubungan antara ginkgo dan kelompok tumbuhan lain belum diketahui sepenuhnya.
Pemerian
Pohon tahunan, tipe peluruh, dan dapat berumur ratusan tahun. Daun berbentuk kipas, tumbuh dari ujung batang/cabang. Urat-urat daun memanjang dari pangkal. Ia tidak berbunga dan berbuah karena merupakan tumbuhan berbiji terbuka. Biji terlindungi oleh selapis jaringan lunak yang dikenal sebagai salut biji.
Etimologi
Nama genus ginkgo diperkenalkan oleh Engelbert Kaempfer pada karyanya Amoenitatum Exoticarum, namun mungkin ada kesalahan transkripsi dari pelafalan bahasa Jepang gin kyo menjadi ginkgo[4] (kanji 銀杏) yang berarti "aprikot berwarna perak", yang ditemukan dalam literatur herbologi Tiongkok. Ejaan alternatif "ginko" juga didokumentasikan dalam beberapa kamus.[5][6]
Paleobiologi dan ekologi
Petunjuk adanya Ginkgo diperoleh dari fosil-fosil berumur dari kala Perm awal (280 juta tahun yang lalu). Pada masa keemasannya, anggota Ginkgoaceae diperkirakan mencakup 16 marga (genera) dan merupakan bagian penting dari vegetasi dunia.[7] Diperkirakan keragaman ini terakhir menyusut ketika terjadi periode glasial di awal Pleistosen. Akibatnya, pada masa kini hanya tinggal satu jenis yang menjadi representasinya, yaitu pohon yang dikenal sebagai ginkgo.
Ginkgo berevolusi di era ketika pakis, pakis haji, dan sikadeoid mendominasi lingkungan tepi sungai yang "terganggu", membentuk kanopi semak yang rendah dan terbuka. Benih Ginkgo yang besar dan tingkah lakunya "berlari" merupakan bentuk adaptasi terhadap lingkungan. Mengingat laju evolusi genus yang lambat, ini bisa mewakili strategi tumbuhan pra-angiospermae untuk bertahan hidup di aliran sungai yang "terganggu".[8]
Berdasarkan kajian cpDNA, populasi yang berhasil bertahan adalah yang tumbuh di wilayah barat daya Cina sekarang.[9] Dari sini, para rahib Buddhisme menyebarkannya ke berbagai tempat di Asia Timur Laut.
Tumbuhan ini dimasukkan ke dalam Daftar Merah IUCN[10] sejak 1997 karena populasi-populasi alami di pedalaman Cina terancam oleh desakan populasi.
Pemanfaatan
Biji ginkgo dapat dimakan dan diolah menjadi obat. Sejumlah produk makanan suplemen mengandung ekstrak biji ginkgo, karena dianggap berkhasiat mempertahankan daya ingat. Secara umum bermanfaat untuk kesehatan otak, memperkuat daya ingat dan melancarkan aliran darah perifer.
^Shen L et al. 2005. Genetic variation of Ginkgo biloba L.
(Ginkgoaceae) based on cpDNA PCR-RFLPs: inference of glacial refugia. Heredity 94: 396–401. DOI:10.1038/sj.hdy.6800616