Fobia (gangguan kecemasan) adalah rasa takut berlebih yang diderita seseorang karena suatu alasan. Banyak orang yang mengidap fobia menjadi korban perundungan di lingkungan sekitarnya. Faktor utama terjadinya perundungan ini disebabkan mereka yang merundung tidak mengetahui kondisi mental seseorang yang mengidap fobia atau perundungan di lakukan secara terus-menerus yang menyebabkan mental korban yang awalnya baik-baik saja menjadi hancur dan menjadi fobia sosial (ansos) dan pelaku perundungan beranggapan bahwa itu adalah hal yang sepele.
Pada keadaan normal, setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus-menerus dengan fobianya, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadi fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan di mana mental seseorang menjadi terkunci, karena ketidakmampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain fiksasi adalah kejadian yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift, korban pelecehan seksual, dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) di kemudian hari karena tidak adanya saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber fobia, secara otomatis ia akan merasa cemas. Agar orang tersebut kembali "nyaman" maka cara paling mudah adalah dengan "mundur kembali" atau regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus-menerus ditekan ke alam bawah sadar (represi). Pola respons negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek fobia lainnya dan intensitasnya makin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respons tersebut akan dipakai terus-menerus untuk menangani masalah lainnya. Itu sebabnya seorang penderita fobia makin rentan dan makin tidak produktif. Oleh karena itu, penderita fobia tidak bisa dipandang sebelah mata (diremehkan).
Kriteria DSM-5
1. Individu menderita ketakutan terus-menerus yang tidak masuk akal dan berlebihan, disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi dari suatu objek maupun situasi tertentu.
2. Paparan terhadap stimulus biasanya menghasilkan respons kecemasan. Seringkali berupa serangan panik (pada orang dewasa), atau tantrum (pada anak kecil), kemelekatan, menangis, atau kedinginan.
3. Penderita mengakui bahwa ketakutan mereka tidak masuk akal terhadap ancaman atau bahaya yang dirasakan.
4. Individu mengambil langkah-langkah untuk menghindari objek maupun situasi yang mereka takuti, atau menahan pengalaman seperti itu dengan kesusahan atau kecemasan yang intens.
5. Reaksi fobia, antisipasi, atau penghindaran mengganggu rutinitas dan hubungan normal individu, serta menyebabkan kesulitan yang signifikan.
6. Fobia dapat berlangsung selama jangka waktu tertentu, biasanya enam bulan atau lebih lama.
7. Gejala-gejala tidak dapat dikaitkan dengan kondisi mental lain, seperti gangguan obsesif-kompulsif atau gangguan stres pasca-trauma.
Fobia Spesifik
1. Fobia Lingkungan Alam (natural phobias)
Fobia ini dipengaruhi oleh faktor alam seperti air/kolam air/danau/air terjun/hujan (aquaphobia), takut terhadap ketinggian (acrophobia), takut terhadap petir astraphobia), dan takut terhadap badai (nephophobia).
2. Fobia Hewan (animal phobias)
Fobia hewan adalah jenis gangguan fobia spesifik yang biasa disebut zoophobia, merupakan ketakutan berlebih terhadap hewan yang mengakibatkan reaksi fisik serta emosional pada kehidupan sehari-hari orang tersebut terganggu, meskipun ia mungkin menyadari bahwa ketakutan itu tidak rasional, gejala yang mungkin terjadi seperti panik, teror, gemetar, sesak napas, dan menjaga jarak. Fobia hewan yang umum contohnya ketakutan terhadap anjing, laba-laba, ular, kecoa, kupu-kupu, ulat, ayam, kucing, dan hewan pengerat.
3. Fobia Situasional (situational phobias)
Fobia ini dipicu oleh situasi atau lingkungan tertentu yang menakutkan. Jenis fobia ini dapat membatasi seseorang terhadap apa yang mungkin ia dilakukan atau ke mana ia akan pergi. Contohnya adalah: takut berbicara di depan umum (glossophobia), takut bepergian dengan pesawat terbang (aerophobia), dan takut pada kerumunan (agorafobia).
4. Fobia Medis (medical phobias)
Seperti namanya fobia ini adalah ketakutan dengan hal-hal atau benda yang berhubungan dengan kegiatan medis, seperti takut terhadap suntikan (trypanophobia), takut terhadap darah (homofobia), takut terhadap dokter gigi (dentophobia), takut terhadap rumah sakit (nosocomephobia), dan takut terhadap kuman (mysophobia).
5. Fobia Abstrak (abstract phobias)
Abstrak fobia adalah ketakutan yang didasarkan pada sesuatu yang tidak berwujud, seperti takut akan cinta (philophobia), takut terhadap kegagalan (atychiphobia), takut sendiri (monophobia), takut terhadap kebahagiaan (cherophobia), takut terhadap muntah/tersedak (emetophobia), keadaan orang yang tidak takut pada apa pun secara khusus (panphobia).
Penyebab Fobia Spesifik
Fobia spesifik tidak memiliki penyebab tunggal tetapi sejumlah faktor yang berpotensi berkontribusi bisa diidentifikasi, antara lain:
1. Pengalaman traumatis - individu yang memiliki pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak dapat membuat asosiasi dengan situasi atau benda terkait pada masa dewasa. Misalnya, seseorang yang digigit anjing pada usia muda dapat mengembangkan rasa takut terhadap anjing di kemudian hari.
2. Perilaku yang dipelajari - lingkungan keluarga bisa menjadi penyebab fobia spesifik, seperti berada di sekitar saudara yang memiliki fobia itu sendiri, dianggap mampu memengaruhi anak-anak dan dapat berkontribusi pada timbulnya fobia pada masa dewasa.
3. Genetika - beberapa individu mungkin secara genetis cenderung memiliki kepribadian yang cemas, membuat mereka lebih rentan terhadap fobia.
4. Depresi - jika rasa stres terus berlangsung dalam jangka panjang, rasa itu dapat berubah menjadi perasaan cemas, depresi, dan ketidakmampuan untuk mengatasi situasi tertentu yang mampu berujung fobia.
Istilah
Beberapa istilah sehubungan dengan fobia:[1]
- Achluophobia - ketakutan terhadap kegelapan.
- Acrophobia - takut akan ketinggian.
- Aeroacrophobia - Ketakutan akan tempat terbuka yang tinggi.[2][3]
- Aeronausiphobia - Ketakutan akan muntah yang disebabkan mabuk udara.
- Aerophobia - Ketakutan untuk menelan, menelan air, atau zat-zat beracun pada udara.
- Afrophobia - ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika.
- Agoraphobia - takut pada lapangan.[4]
- Androphobia - ketakutan kepada laki-laki.
- Antlophobia - takut akan banjir.
- Arachnophobia - ketakutan pada laba-laba.
- Arithmophobia - takut akan angka.
- Astrafobia - ketakutan pada petir.
- Bibliophobia - takut pada buku.
- Caucasophobia - ketakutan akan orang dari ras Kaukasus.
- Cenophobia - takut akan ruangan yang kosong.
- Dendrophobia - takut pada pohon.
- Ecclesiophobia - takut pada gereja.
- Felinophobia - takut akan kucing.
- Fotofobia - ketakutan akan cahaya.
- Genuphobia - takut akan lutut.
- Hydrophobia - ketakutan akan air.
- Hexakosioihexekontahexafobia - ketakutan akan angka 666 (Bilangan setan).
- Iatrophobia - takut akan dokter.
- Japanophobia - ketakutan akan orang Jepang.
- Klaustrofobia - takut akan ruang sempit seperti lift.
- Lachanophobia - ketakutan pada sayur-sayuran.
- Lepidopterophobia - ketakutan akan kupu-kupu.
- Lygopobia - ketakutan akan kegelapan.
- Nekrofobia - takut akan kematian.
- Nomofobia - takut/gelisah ketika tidak memegang smartphone.
- Panophobia - takut akan segalanya.
- Ranidaphobia - takut pada katak.
- Schlionophobia - takut pada sekolah.
- Tripofobia - ketakutan akan lubang yang banyak.
- Uranophobia - ketakutan akan surga.
- Xanthophobia - ketakutan pada warna kuning.
Dampak
Fobia berdampak pada timbulnya kegelisahan pada penderitanya.[5]
Referensi