Diageo plc (/diˈædʒioʊ/) adalah sebuah produsen minuman beralkoholmultinasional yang berkantor pusat di London, Inggris. Perusahaan ini beroperasi di lebih dari 180 negara dan berproduksi di lebih dari 140 lokasi di seluruh dunia.[3] Perusahaan ini adalah penyuling terbesar di dunia hingga disalip oleh Kweichow Moutai asal Tiongkok pada tanggal 9 April 2017.[4] Perusahaan ini juga merupakan produsen wiski skotch terbesar di dunia.[5]
Nama Diageo diciptakan oleh konsultan penjenamaanWolff Olins pada tahun 1997.[6] Nama Diageo berasal dari kata diēs yang berarti "hari" dalam bahasa Latin, dan kata geo- yang berarti "dunia" dalam akar Yunani. Nama tersebut terinspirasi dari slogan perusahaan ini, yakni "Merayakan Hidup, Tiap Hari, Dimanapun".[7][8] Jasper Jolly, yang menulis untuk The Observer, pun mendeskripsikan nama tersebut sebagai sebuah "identitas perusahaan tanpa jiwa".[9]
Sejarah
Diageo dibentuk pada tahun 1997 melalui penggabungan Guinness Brewery dan Grand Metropolitan. Penggabungan tersebut digagas oleh Anthony Greener dan Philip Yea dari Guinness,[10] serta George Bull dan John McGrath dari Grand Metropolitan.[11] Anthony Greener kemudian menjadi chairman eksekutif pertama perusahaan ini.[12] Pada tanggal 17 Desember 1997, saham Diageo mulai diperdagangkan di Bursa Saham London.[13] Pada tahun yang sama, Diageo menjual Bombay Sapphire ke Bacardi.[14]
Diageo memiliki Pillsbury hingga tahun 2000 saat perusahaan tersebut dijual ke General Mills.[15] Pada tahun 2002, Diageo menjual jaringan restoran cepat saji Burger King ke sebuah konsorsium yang dipimpin oleh Texas Pacific asal Amerika Serikat dengan harga $1,5 milyar.[16]
Pada tahun 2001, Diageo mengakuisisi bisnis minuman keras dan anggur milik Seagram.[17]
Pada tahun 2003, Diageo menandatangani joint venture dengan merek tequila Jose Cuervo untuk membeli Don Julio Tequila, dan menjual 50% saham Don Julio ke Jose Cuervo dengan harga $100 juta.[18]
Pada bulan Februari 2011, Diageo setuju untuk mengakuisisi produsen minuman keras asal Turki, Mey Icki dengan harga US$2,1 milyar.[19][20]
Pada bulan Mei 2012, Diageo setuju untuk mengakuisisi Ypióca, merek cachaça premium terlaris di Brazil, dengan harga £300 juta.[21]
Pada bulan Juni 2012, Diageo mengumumkan investasi sebesar £1 milyar di produksi wiski skotch selama lima tahun ke depan, dengan membangun setidaknya satu penyulingan baru, sejumlah fasilitas yang telah ada akan dikembangkan, dan kapasitas produksi juga akan ditingkatkan sebesar 30-40%.[22][23] Namun, Diageo tidak akan mempertahankan pabrik awal Johnnie Walker di Kilmarnock, yang telah ditutup pada bulan Maret 2012.[24]
Pada bulan November 2012, Diageo setuju untuk mengakuisisi 53,4% saham produsen spirit asal India, United Spirits dengan harga £1,28 milyar.[25][26]
Sejak tahun 2011, Diageo telah memegang mayoritas saham Sichan Chengdu Shuijingfang Group Company, dan akhirnya seluruh sahamnya dibeli pada tahun 2013.[27]
Pada bulan November 2014, Diageo setuju untuk menjual wiski Irlandia Bushmills ke Jose Cuervo sebagai barter untuk uang sebesar $408 juta dan kepemilikan penuh atas merek tequila Don Julio.[28]
Pada bulan April 2015, Diageo mengakuisisi seluruh saham produsen bir asal Afrika Selatan, United National Breweries (UNB),[29] namun diumumkan pada bulan Desember 2018 bahwa Diageo telah setuju untuk menjual UNB, dan diharapkan selesai pada semester kedua tahun 2019.[30]
Pada bulan Oktober 2015, Diageo mengumumkan penjualan sebagian besar bisnis anggurnya ke Treasury Wine Estates.[31] Sementara merek lain, seperti Navarro Correas dan Chalone Vineyard, dijual secara terpisah.[32]
Pada bulan Desember 2015, Diageo mengumumkan investasi sebesar $10 juta pada merek wiski asal Denmark, Stauning, untuk memfasilitasi ekspansi produksi.[33]
Pada bulan Maret 2016, perusahaan ini menjual Grand Marnier, sebuah konyak dan minuman keras berbasis jeruk pahit, ke perusahaan minuman asal Italia, Campari Group.[34]
Pada bulan Februari 2017, Diageo mengumumkan rencananya untuk membuka sebuah pabrik bir Guinness dan objek wisata di Baltimore County, Maryland.[35] Pabrik bir tersebut berpotensi menyerap 70 orang pekerja dan dapat menampung hingga 300.000 pengunjung per tahun.[36]
Pada bulan Juni 2017, Casamigos, merek tequila super premium asal Amerika Serikat yang diluncurkan pada tahun 2013, resmi menjadi bagian dari Diageo.[37]
Pada bulan Februari 2018, Diageo mengumumkan rencana penjualan botol wiski edisi terbatas bermerek Jane Walker, bukannya Johnnie Walker. Label di botol tersebut menampilkan seorang wanita yang sedang melangkah, bukannya pria bertopi tinggi.[38]
Pada bulan Februari 2019, Diageo meningkatkan kepemilikan sahamnya di Sichuan Shuijingfang Company Limited (SJF) asal Tiongkok menjadi hampir 70%.[41]
Pada bulan Agustus 2019, Diageo membeli mayoritas saham Seedlip, sebuah merek minuman keras non-alkohol.[42]
Pada bulan Januari 2020, Diageo setuju untuk membayar sebesar $5 juta untuk menutup tuntutan yang diajukan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat yang menuduh perusahaan ini telah menekan distributor untuk membeli produknya melebihi permintaan agar dapat mencapai target performa.[43][44]
^"Diageo Case Study". Wolff Olins. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 July 2013. Diakses tanggal 6 June 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)