Daegu merupakan bekas ibu kota provinsi Gyeongsang dari tahun 1392 hingga tahun 1896. Pada tahun 1980-an, Daegu menjadi Kota Khusus Korea atau Kota yang Diperintah Langsung (Jikhalsi) tingkat provinsi yang dikelola secara terpisah, dan didesain ulang menjadi Kota Metropolitan (Gwangyeoksi) pada tahun 1995.
Daegu adalah kota terbesar di wilayah Gyeongsang Utara. Selama Dinasti Joseon, kota ini menjadi pusat administratif, ekonomi, dan budaya seluruh wilayah Gyeongsang, yang sebagian besar perannya sekarang diambil alih oleh Busan di Gyeongsang Selatan.
Selama Perang Korea, banyak pertempuran sengit terjadi di sekitar Sungai Nakdong. Namun, Daegu berada di dalam Perimeter Busan, dan oleh karena itu tetap berada di tangan Korea Selatan selama perang. Setelah perang, kota ini mengalami pertumbuhan yang signifikan, dan populasinya meningkat lebih dari sepuluh kali lipat sejak saat itu.
Pada 18 Februari, 2003, seorang pria membakar kereta Kereta Bawah Tanah Metropolitan Daegu yang berhenti di stasiun Jungangno. Kebakaran ini menewaskan sekitar 200 orang, menjadikannya sebagai kebakaran kereta bawah tanah Daegu dan salah satu bencana terburuk di Korea Selatan sejak akhir Perang Korea.
Saat ini, Daegu merupakan wilayah metropolitan terbesar ke-4 dalam hal populasi, dan masih menjadi kota perdagangan terbesar ke-3 di Korea.
Iklim dan geografi
Daegu terletak di "basin" yang dikelilingi oleh pegunungan. Palgong-san di utara, Biseul-san di selatan, kaki bukit Gaya-san di barat, dan satu deretan bukit kecil di timur. Sungai Geumho mengalir sepanjang batasan utara dan timur kota ini.
Karena terletak dalam "basin", Daegu lebih panas dari tempat di Korea lainnya pada musim panas. Gunung ini mengurung udara panas dan basah. Dan juga pada musim dingin, udara dingin tetap tinggal di basin. Wilayah ini menerima sedikit presipitasi kecuali selama musim hujan pada musim panas, dan matahari bersinar sepanjang tahun.
Politik dan Ekonomi
Daegu merupakan kota yang konservatif. Pada pemilihan parlemen 2004, Daegu memilih anggota konservatif Grand National Party untuk setiap kursi di kota.
Industri utama Daegu adalah tekstil, logam dan mesin. Kualitas apel yang dikembangkan di sini dikenal di sekitar Asia Timur.
Taman Duryu
Berada di area seluas 170 km2, dilengkapi dengan berbagai macam arena permainan, gedung pertunjukkan dan pameran seni dan budaya serta outdoor music hall.
Gunung Palgong
Gunung ini memiliki ketinggian 1.192 meter dpl. Di area gunung ini terdapat berbagai macam situs agama Budha (patung, kuil dan pagoda) dan benteng kuno. Terdapat patung Budha yang bernama Gatbawi yang dipercaya bisa mendatangkan kesuburan sehingga banyak dikunjungi gadis-gadis.
Pembagian administratif
Daegu dibagi menjadi 7 "ward" ("Gu") dan 1 "county" ("Gun").
Populasi Daegu cukup homogen dengan sedikit imigran. Sejumlah imigran dari Selatan dan Asia Tenggara bekerja di berbagai pabrik suku cadang otomotif di bagian barat kota. Selain itu, ada sekelompok kecil orang Barat berbahasa Inggris yang bekerja di banyak sekolah berbahasa Inggris. Pangkalan militer Amerika Serikat juga menjadi rumah bagi beberapa ribu orang Amerika. Seperti di tempat lain di Korea, makanan Korea, Cina, Jepang, dan Barat adalah makanan yang paling umum, namun baru-baru ini makanan India, Pakistan dan Rusia telah tersedia.
Secara tradisional, masyarakat Daegu dipandang konservatif, sederhana, pekerja keras, dan sabar. Daegu dikenal sebagai pusat olahraga [[baseball] di Korea. Kota ini menjadi salah satu tuan rumah pertandingan sepak bola pada Piala Dunia 2002. Sebuah stadion sepak bola telah dibangun untuk acara tersebut.
Secara tradisional Buddhisme kuat, dan masih banyak kuil. Konfusianisme populer di Daegu, dengan akademi besar yang berbasis di kota tersebut. Kekristenan memiliki pengaruh, dan gereja-gereja juga banyak di kota ini.
Sebagian besar penduduk Korea Selatan tidak beragama, atau disebut juga atheis. Meskipun demikian, sebagian lagi penduduk Korea Selatan menganut agama tertentu, didominasi oleh agama Buddha dan Kekristenan. Pada sensus Korea Selatan 2015, dari 2.402.746 jiwa penduduk Daegu, sebanyak 1.061.583 jiwa (44,18%) diantaranya menganut agama tertentu.[2]
Adapun agama yang dianut di Daegu, yakni agama Buddha sebanyak 571.511 jiwa (23,79%). Kemudian Kekristenan sebanyak 474.086 jiwa (19,73%), sebanyak 288.540 jiwa Protestan (12,01%) dan 185.546 jiwa Katolik (7,72%). Kemudian, penganut Agama lainnya sebanyak 15.986 jiwa (0,66%) termasuk Won Buddhisme, Konghucu, Cheondokyo, Daesun Jinrihoe, Daejonggyo, dan agama lainnya termasuk Islam, Hindu, Bahai. Sementara penduduk yang tidak menganut agama tertentu sebanyak 1.341.163 jiwa (55,82%).[2]
Festival Tekstil-Sebagai salah satu pusat industri tekstil dunia, Daegu berambisi menjadi Milan-nya Asia. Festival tekstil dilaksanakan pada bulan Oktober.
Festival Yangnyeongsi-Festival ini dilaksankan tiap bulan Oktober di Jalan Yakjeon-golmok, pusat kota Daegu, di mana klinik-klinik pengobatan tradisional berhadap-hadapan di sepanjang jalan dan saling beradu dalam merajang ramuan tradisonal.
Festival Dongseongno-Festival ini diadakan di Jalan Dongseongno pusat kota Daegu tiap bulan Mei. Terdapat berbagai macam pertunjukkan tradisional dan penampilan para artis selama berlangsungnya festival ini.
Festival Dalgubeol-Merupakan festival terbesar di Daegu yang dilaksankan pada bulan Oktober. Di dalamnya terdapat adu kerbau, pertunjukkan fashion, kontes menyanyi, dan berbagai macam pameran tradisional.
^ ab"성, 연령 및 종교별 인구 - 시군구" [Population by Gender, Age, and Religion - City/Country]. Korean Statistical Information Service (dalam bahasa Korea). 2015. Diakses tanggal 1 November 2023.
^"통계청 제19차 인구주택총조사(2015)" [South Korea National Statistical Office's 19th Population and Housing Census (2015)] (dalam bahasa Korea). Diakses tanggal 9 October 2022.