Dubai Ports World adalah sebuah perusahaan logistik multinasional yang berkantor pusat di Dubai, Uni Emirat Arab. Perusahaan ini fokus menyediakan jasa logistik kargo, operasi terminal pelabuhan, jasa kelautan, dan zona perdagangan bebas. Dibentuk pada tahun 2005 melalui penggabungan antara Dubai Ports Authority dan Dubai Ports International, DP World mengelola 70 juta peti kemas yang diangkut oleh sekitar 70.000 kapal tiap tahunnya, atau setara dengan sekitar 10% dari lalu lintas peti kemas global. Perusahaan ini mengelola 82 terminal laut dan darat di lebih dari 40 negara. Hingga tahun 2016, DP World adalah sebuah operator pelabuhan global, dan sejak saat itu, perusahaan ini telah mengakuisisi sejumlah perusahaan untuk melengkapi rantai nilainya.
Sejarah
Awal mula
Dubai Ports International (DPI) didirikan pada tahun 1999.[2] Proyek pertamanya adalah di Jeddah, Arab Saudi, melalui kolaborasi dengan mitra lokal untuk mengelola dan mengoperasikan Terminal Peti Kemas Selatan. DPI kemudian mengembangkan operasinya ke Pelabuhan Djibouti pada tahun 2000, Vizag, India pada tahun 2002, dan ke Constanta, Rumania pada tahun 2003.[2] Pada bulan Januari 2005, DPI mengakuisisi CSX World Terminals (CSX WT).[3] Pada bulan September 2005, Dubai Ports International resmi bergabung dengan Dubai Ports Authority untuk membentuk DP World.[4] Pada bulan Maret 2006, DP World resmi membeli operator pelabuhan terbesar keempat di dunia, yakni P&O dengan harga £3,9 milyar.
2006: Kontroversi keamanan pelabuhan di Amerika Serikat
Kepemilikan sejumlah pelabuhan di Amerika Serikat oleh DP World (sebagai hasil akuisisi terhadap P&O) menjadi kontroversi di Amerika Serikat, walaupun akuisisi tersebut didukung oleh Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Tidak lama kemudian, DP World menjual semua pelabuhannya di Amerika Serikat.
Pada tanggal 22 Februari 2006, Presiden George W. Bush mengancam untuk memveto peraturan apapun yang disahkan oleh Kongres untuk menghalangi pembelian P&O. Dalam sebuah pernyataan ke reporter, Bush mengklaim bahwa, "Jika pembelian ini tidak dapat dilanjutkan, maka akan menjadi pertanda yang jelek bagi kawan dan sekutu Amerika Serikat."[5] Pada tanggal 23 Februari 2006, DP World bersedia menunda rencana pembelian terhadap P&O, dan pada tanggal 9 Maret 2006, dikatakan bahwa DP World akan menyerahkan operasi pelabuhan milik P&O di Amerika Serikat ke sebuah "entitas Amerika Serikat".[6]
Pada tanggal 16 Maret 2006, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat menggelar pemungutan suara untuk mengesahkan peraturan yang akan menghalangi pembelian P&O. Hasilnya, sebanyak 348 anggota setuju, sementara 71 anggota lainnya tidak setuju.[7] DP World kemudian resmi menjual bisnis P&O di Amerika ke Global Investment Group, divisi manajemen aset dari American International Group.[8]
Pada bulan Agustus 2006, DP World menandatangani perjanjian dengan Otoritas Pelabuhan Qasim, untuk berivestasi pada terminal peti kemas baru di Pelabuhan Muhammad Qasim dekat Karachi dan mengumumkan bahwa mereka sedang berdiskusi dengan Pemerintah Pakistan mengenai pengembangan terminal peti kemas di Gwadar, Balochistan.[9] DP World pun difavoritkan menjadi pemenang konsesi Gwadar, namun kemudian DP World mengundurkan diri dari proses lelang konsesi Gwadar.[10] Konsesi Pelabuhan Gwadar lalu resmi diberikan ke PSA (Port of Singapore Authority) dan resmi dibuka pada bulan Maret 2007.[11]
2007–2010: Melantai di NASDAQ Dubai
Pada bulan Juni 2007, perusahaan ini memperoleh dana sebesar $3,25 milyar melalui penjualan obligasi syariah dan obligasi konvensional. Dana tersebut akan digunakan untuk membayar utang dan mendanai ekspansi.[12] Pada bulan November 2007, perusahaan ini resmi melepas 3,818 milyar lembar saham (sekitar 20% dari total sahamnya) ke bursa sahamNASDAQ Dubai dan menjadi penawaran umum perdana terbesar di Timur Tengah, karena dapat memperoleh dana sebesar 4,96 milyar dolar.[13]
Pada tahun 2008, perusahaan ini menangani 46,8 juta TEU di seluruh dunia, atau naik 8% dari tahun 2007, dengan proyek ekspansi dan pengembangan di India, Tiongkok, Timur Tengah, dan lain sebagainya. Kapasitasnya diperkirakan meningkat menjadi sekitar 95 juta TEU pada tahun 2018.[2]
Pada kuartal kedua tahun 2010, DP World memberi persetujuan untuk pembangunan pelabuhan London Gateway seharga £1,5 milyar.[15][16] Pembangunan pelabuhan tersebut pun dimulai pada bulan Februari 2010,[17] dengan target dibuka pada kuartal keempat tahun 2013. Pada bulan April 2011, Moody's meningkatkan status keuangan DP World ke 'investment grade'.[18] Sejak bulan Desember 2010, DP World melakukan serangkaian pelepasan aset, untuk keluar dari pasar di mana mereka tidak terlalu menonjol dan berupaya mengalihkan modalnya ke pasar yang cepat tumbuh.[19]
Perusahaan
Keamanan rantai pasok
DP World telah tersertifikasi sebagai mitra di inisiatif Customs-Trade Partnership Against Terrorism (C‑TPAT) oleh U.S. Customs and Border Protection. Hingga saat ini, DP World merupakan satu-satunya operator pelabuhan internasional yang mendapat sertifikat tersebut. Sertifikasi tersebut terutama didasarkan pada komitmen DP World mengenai standar keamanan ISO 28000 internasional yang diaudit secara independen. DP World merupakan operator terminal kelautan global pertama yang menerima sertifikasi keamanan rantai pasok ISO 28000 dan saat ini menerapkan standar tersebut ke semua terminal miliknya.[20]
Anti perompakan
Pada bulan Juni 2012, melalui kemitraan dengan Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab, DP World mengadakan konferensi anti perompakan publik-swasta tingkat tinggi kedua, di Dubai.[21]Washington Post memberitakan bahwa "Diplomat dan pemimpin bisnis...mendorong kemitraan yang lebih kuat antara sektor publik dan swasta dalam melawan perompakan di Somalia".[22]
Konferensi tersebut menjadi konferensi pertama yang didanai oleh sebuah perusahaan (bukannya pemerintah) dalam mendukung upaya anti perompakan dari PBB.[23] Konferensi pembuka dihadiri oleh lebih dari 65 pemerintah dan perwakilan dari organisasi internasional, termasuk PBB[24] serta lebih dari 120 pemimpin dari perusahaan yang terkait dengan industri kelautan.
Operasi di Berbera
Pada tahun 2016, sebuah perjanjian senilai US$442 juta resmi dijalin antara DP World dan Pemerintah Somaliland.[25] Perjanjian tersebut meliputi peningkatan dan pengoperasian pusat logistik dan perdagangan regional di Pelabuhan Berbera.[26] Proyek tersebut juga meliputi pembentukan pelabuhan bebas.
Pada tanggal 1 Maret 2018, Ethiopia juga ikut menjadi pemegang saham setelah adanya perjanjian dengan DP World dan Otoritas Pelabuhan Somaliland. DP World memegang 51% saham proyek tersebut, sementara Somaliland memegang 30%, dan Ethiopia memegang sisanya. Sebagai bagian dari perjanjian, Pemerintah Ethiopia akan berinvestasi untuk mengembangkan infrastruktur Koridor Berbera sebagai sebuah gerbang perdagangan untuk negara-negara tetangga yang tidak memiliki pelabuhan, yang merupakan salah satu negara yang paling cepat tumbuh di dunia. Ada juga rencana untuk membangun dermaga tambahan di Pelabuhan Berbera, sesuai dengan rencana induk Berbera, yang mulai diwujudkan oleh DP World, sembari menambahkan peralatan baru untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pelabuhan.[27]
Perjanjian tersebut merupakan bagian dari nota kesepahaman antara Pemerintah Uni Emirat Arab dan Pemerintah Somaliland untuk memperkuat ikatan strategis mereka.[28] Upaya Somalia untuk menghalangi perjanjian tersebut pun gagal.[29]
^"PSA wins Gwadar". Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 March 2016. Diakses tanggal 2012-03-21.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Investor Centre". DP World. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 August 2011. Diakses tanggal 2009-12-08.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)