Sejak Proklamasi 1945 ia duduk sebagai Wakil Ketua BP-KNIP bersama Assaat yang menjabat Ketua BP-KNIP. Badan Pekerja (BP) yang beranggotakan 28 orang, adalah badan pelaksana yang melakukan pekerjaan sehari-hari dari Komite Nasional Indonesia Pusat yang beranggotakan 137 orang.
Pada tahun 1948, Halim ikut membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat. Pada masa revolusi fisik (1945-1949) ia tidak pernah melakukan praktik dokter. Selain sebagai politisi, Halim juga mempunyai hobi memelihara mobil kesayangannya. Sehingga oleh kawan-kawannya, ia dijuluki sebagai "dokter mobil" alias "montir mobil".
Jauh dari kegiatan politik, Halim yang memiliki hobi bermain sepak bola, terlibat dalam pembentukan Voetbalbond Indonesische Jakarta (sekarang Persija) pada tahun 1927. Di klub tersebut ia menjadi ketua selama beberapa tahun. Dari 1951-1955 ia menjabat sebagai Vice Chairman dan kemudian ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Halim diangkat sebagai ketua Ikada Foundation yang membangun Stadion Ikada, Jakarta. Pada tahun 1952 ia memimpin kontingen Indonesia pertama dalam Olimpiade Helsinki.[1]