Setelah 7 bulan lamanya tabut TUHAN itu ada di daerah orang Filistin dan menimbulkan bencana penyakit dan malapetaka, maka orang Filistin berunding dengan para imam dan para petenung mereka bagaimana mereka harus mengantarkannya kembali ke tempatnya di Israel.[4] Mereka mengetahui peristiwa orang Mesir dan Firaun berkeras hati, sampai akhirnya mereka membiarkan bangsa Israel pergi, ketika Allah "mempermain-mainkan mereka".[5]
Sebagai rasa hormat kepada Allah Israel, mereka mempersiapkan hadiah, sebagai tebusan salah kepada Allah, berupa lima borok emas, berdasarkan gambar borok-borok yang terdapat pada orang-orang dan lima tikus emas, berdasarkan gambar tikus yang merusak tanah mereka, menurut jumlah raja-raja kota orang Filistin, sebab tulah yang sama menimpa mereka sekalian[6] termasuk raja-raja kota Asdod, Gaza, Askelon, Gat, dan Ekron.[7]
Mereka mengambil sebuah kereta baru dengan dua ekor lembu yang menyusui, yang belum pernah kena kuk. Kedua lembu itu dipasang pada kereta, tetapi anak-anaknya dibawa kembali ke rumah dan ditahan di sana, supaya jangan mengikutinya lagi.
Kemudian tabut TUHAN dimuatkan ke atas kereta dan diletakkanlah benda-benda emas (tikus-tikus emas dan gambar benjol-benjol mereka) ke dalam suatu peti di sisinya.
Kereta yang memuat tabut itu dibiarkan pergi dan mereka mengikuti dari jauh.[8]
Kalau mereka menjadi sembuh dari penyakit, maka mereka akan tahu tulah itu dari Allah.
Apabila tabut itu mengambil jalan ke daerahnya, ke Bet-Semes, maka Allah Israel lah yang telah mendatangkan malapetaka yang hebat ini kepada orang Filistin. Dan jika tidak, maka akan diketahui, bahwa bukanlah tangan Allah yang telah menimpa mereka; kebetulan saja hal itu terjadi kepada mereka.[9]
Ternyata lembu-lembu itu langsung mengikuti jalan yang ke Bet-Semes; melalui satu jalan raya, sambil menguak dengan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, sementara raja-raja kota orang Filistin itu berjalan di belakangnya sampai ke daerah Bet-Semes. Orang-orang Bet-Semes sedang menuai gandum di lembah. Ketika mereka mengangkat muka, maka tampaklah kepada mereka tabut itu, lalu bersukacitalah mereka melihatnya. Kereta itu sampai ke ladang Yosua, orang Bet-Semes itu, dan berhenti di sana. Di sana ada batu besar.[10]
Orang-orang Bet-Semes membelah kayu kereta itu dan mereka mempersembahkan lembu-lembu sebagai korban bakaran kepada TUHAN. Orang-orang suku Lewi menurunkan tabut TUHAN dengan peti yang ada di sebelahnya, yang di dalamnya ada benda-benda emas itu, lalu menaruhnya di atas batu besar itu, dan pada hari itu orang-orang Bet-Semes mempersembahkan korban bakaran dan korban sembelihan kepada TUHAN. Ketika kelima raja kota orang Filistin melihat hal itu, pulanglah mereka ke Ekron pada hari itu juga.[11]
Ayat 12
Lembu-lembu itu langsung mengikuti jalan yang ke Bet-Semes; melalui satu jalan raya, sambil menguak dengan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, sedang raja-raja kota orang Filistin itu berjalan di belakangnya sampai ke daerah Bet-Semes.[12]
Allah menyebabkan lembu-lembu itu membawa tabut perjanjian itu kembali ke Israel. Bet-Semes menjadi sebuah kota perbatasan dalam wilayah Yehuda (bandingkan Yosua 21, terutama Yosua 21:16) yang juga menjadi kota tempat tinggal orang Lewi dari keturunan Imam BesarHarun yang berhak mengurus Tabut Perjanjian.[13]
Referensi
^W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
^J. Blommendaal. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857