Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Zucchetto

Seorang kardinal mengenakan sebuah zucchetto merah yang sesuai dengan posisi jabatannya.
Sebuah zucchetto putih sebagaimana biasanya dikenakan oleh para paus

Zucchetto (bentuk jamaknya zucchetti, kata Bahasa Italia bagi "labu manis kecil"), yang juga disebut pileolus dalam Bahasa Latin, adalah sepotong penutup kepala yang dikenakan oleh para rohaniwan Gereja Katolik Roma dan juga dalam aliran Anglikan (Gereja Episkopal) di Amerika Serikat. Penutup kepala ini mulanya dipakai untuk melindungi bagian kepala rohaniwan yang sengaja dipangkas habis untuk alasan religius dari keadaan gereja yang dingin dan lembap; dan terus ada sebagai perlengkapan tradisional dari sebuah pakaian. Penutup kepala ini terdiri atas delapan panel yang dijahit bersama, dengan sepotong untaian tali di atasnya. Namanya mungkin lahir karena kemiripannya dengan potongan separuh buah labu, atau berasal dari kenyataan bahwa benda ini menutup "labu" yang lebih besar (yakni kepala manusia). Penampilannya sangatlah mirip dengan penutup kepala Yahudi, kippah, walau nilai pentingnya sangat berbeda.

Semua anggota Gereja Katolik Roma yang telah ditahbiskan berhak untuk mengenakan zucchetto. Sebagaimana dengan perlengkapan gerejawi lainnya, warna zucchetto ini menunjukkan tingkatan posisi pemakainya: zucchetto Sri Paus berwarna putih, kardinal berwarna merah, sementara uskup dan jabatan setingkatnya (kepala biara teritorial maupun prelatur teritorial) berwarna merah crimson. Para imam dan diakon mengenakan zucchetto berwarna hitam walau penggunannya di kalangan para imam sangatlah jarang (kecuali di kalangan imam pemimpin biara), dan bahkan lebih jarang lagi di kalangan para diakon. Sepotong kain mirip Zucchetto berwarna coklat dan penutup kepala yang mirip berwarna hitam kadang-kadang dikenakan oleh para biarawan Fransiskan dan Benediktin, tetapi hal ini biasanya lebih merupakan penutup kepala yang penting untuk menghangatkan kepala daripada hanya sebagai perlengkapan upacara.

Semua pejabat gereja yang memegang posisi karakter episkopal (pada intinya adalah Uskup, baik itu uskup yang menjadi paus, kardinal, uskup tituler maupun uskup keuskupan) mengenakan zucchetto hampir di seluruh masa prosesi misa liturgi, dan hanya melepaskannya pada saat dimulainya Doa Syukur Agung (Canon) dan mengenakannya kembali pada saat berakhirnya komuni (Liturgi Ekaristi). Sebuah tempat khusus yang diletakkan di atas altar, biasanya terbuat dari kuningan atau kayu, dan dikenal sebagai funghellino digunakan di beberapa gereja untuk meletakkan zucchetto selama bagian misa tersebut. Tidak ada orang lain yang diijinkan untuk mengenakan zucchetto selama misa. Juga, zucchetto terus dikenakan selama mitra dipakai; penutup kepala ini diletakkan di dalam mitra (mitra ini berlubang, sehingga zucchetto tetap berada di kulit kepala saat mitra dikenakan mengelilinginya).

Almarhum Paus Yohanes Paulus II sering kali memberikan zucchetto yang dikenakannya kepada para tamunya sebagai tanda mata apabila disediakan zucchetto yang baru sebagai hadiah kenang-kenangan bagi sang tamu. Paus-paus lainnya yang ada belakangan ini juga melakukan hal yang sama. Jika mengunjungi Sri Paus, seseorang lebih baik berkonsultasi dengan sekretaris Sri Paus sebelumnya mengenai tata cara ini, dan memastikan bahwa zucchetto yang baru berukuran pas dan apa saja yang layak untuk dilakukan.

Zucchetto dikenakan juga oleh beberapa uskup Anglikan, terutama di benua Afrika, tetapi digunakan berdasarkan tata cara yang sama dengan yang ada di dalam Gereja Katolik Roma. Salah satu contohnya adalah zucchetto yang dikenakan oleh Uskup Agung Desmond Tutu dari Afrika Selatan.

Lihat pula

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya