Yahudi Soviet adalah orang-orang Yahudi yang tinggal di seluruh belahan Uni Soviet. Sebelum invasi Jerman Nazi, Uni Soviet masih memiliki populasi Yahudi terbesar di dunia dengan jumlah hampir lima juta orang untuk populasi permanen, dan setengah juta pengungsi. Pada akhir perang, hanya kurang dari setengahnya yang tersisa. Beberapa tewas, beberapa pindah ke wilayah lain, dan beberapa dipindahkan ke Israel.
Uni Soviet juga memerangi agama Yahudi seperti halnya agama-agama lain. Sinagoga ditutup dan bangunannya dijadikan gudang atau rumah budaya. Banyak orang Yahudi Soviet menjadi ateis dan memutuskan hubungan dengan tradisi Yahudi.
Pada 1960-an, banyak orang Yahudi di Uni Soviet mulai merasa didiskriminasi. Kata 'Yahudi' di kolom 'Etnis' pada paspor Soviet hampir mirip dengan stigma dan orang-orang merasa tidak nyaman untuk mengungkapkannya. Banyak orang Yahudi yang secara diam-diam dihalangi untuk masuk ke lembaga pendidikan tinggi dan dicegah untuk menaikkan karier. Selain itu, terjadi juga antisemitisme yang lazim. Banyak orang mulai menyembunyikan latar belakang mereka dan bahkan memalsukan dokumen identitas mereka. Hal ini menyebabkan banyak orang kemudian mengalami masalah dalam proses aliyah karena mereka tidak memiliki dokumen yang diperlukan untuk mengonfirmasi latar belakang etnis mereka.
Pada 1970-an sampai zaman perestroika, terjadi eksodus massal orang Yahudi ke Israel. Sekitar 600.000 orang Yahudi beremigrasi atau berpindah dari Uni Soviet. Saat ini, lebih dari seperempat populasi Israel terdiri dari orang-orang yang pindah dari Uni Soviet dan merupakan penutur bahasa Rusia.[1]