Wiratman Wangsadinata
Wiratman Wangsadinata adalah pendiri dari Wiratman & Associates, yang telah berdiri sejak tahun 1976 dan sampai kini telah terlibat dalam perencanaan dan supervisi ratusan bahkan ribuan proyek-proyek konstruksi dari mulai jembatan, dam, jalan dan yang cukup banyak adalah gedung-gedung tinggi. Ia adalah yang menggagas tentang peraturan gempa di Indonesia. Ia diangkat menjadi profesor di ITB setelah pensiun dari ITB dan juga diangkat menjadi guru besar di Universitas Tarumanagara. Ia mengambil doktor di ITB pada saat bersamaan dengan putrinya yang juga mengambil doktor di Wisconsin. Meskipun sudah sukses dibidang praktisi, dan diakui keberadaannya di komunitas teknik sipil tetapi karena kecintaannya pada dunia teknik sipil ia tetap melakukan riset disertasi. Promotornya adalah Prof. Moh. Sahari Besari M.Sc., Ph.D yang hanya beda usia sekitar dua tahun. Setelah sukses menempuh program doktor dan lulus cum-laude, beberapa tahun kemudian ia diangkat menjadi guru besar di ITB Bandung. Putri keduanya yang mengambil program doktornya pada waktu yang sama tersebut saat ini juga tetap berkecimpung di bidang teknik sipil, yang dimaksud tersebut adalah Prof. Sofia Alisjahbana M.Sc., Ph.D sebagai rektor Universitas Bakrie. BiografiWiratman merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara yang lahir 25 Februari 1935, di Jatinegara, Jakarta, dari pasangan asal Sumedang Raden Ating Wangsadinata dan Siti Asiyah.[1] Ayahnya adalah seorang pegawai PTT (Post, Telegraaf & Telefoon Dienst) pada zaman kolonialisme Hindia Belanda sedangkan ibunya adalah lulusan sekolah guru pada zaman Belanda yang disebut Kweekschool. Karena selisih usianya dan kakaknya yang terdekat cukup jauh, yaitu 7 tahun, ia dijuluki kakak-kakaknya adik kecil atau dalam bahasa Belanda "broerie". Nama inilah yang hingga saat ini masih menempel padanya. Saat usianya 2 tahun, orang tuanya pindah ke Bandung sehingga ia menganggap kota itu sebagai kediaman tetapnya. 2 tahun kemudian, ayahnya meninggal dalam usia 42 tahun. Namun ibunya adalah sosok yang sangat mandiri, ia mampu mengurus serta memberikan pendidikan terhadap anak-anaknya. Setelah menderita sakit selama cukup lama, ia akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta pada tanggal 5 April 2017. Pendidikan
Karier
Penghargaan
Pranala luar
Referensi
2. http://properti.kompas.com/read/2017/04/05/213000821/wiratman.wangsadinata.tutup.usia properti.kompas.com 3. https://majalah.tempo.co/read/album/151208/penghargaanwiratman-wangsadinata 4. http://lipi.go.id/berita/wiratman-dan-tampubolon-terima-penghargaan-pii/4464 |