Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Wasabi

Wasabi
Wasabi (lukisan Iwasaki Kanen, 1828)
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo: Brassicales
Famili: Brassicaceae
Genus: Eutrema
Spesies:
E. japonicum
Nama binomial
Eutrema japonicum
Sinonim[3]
  • Wasabia japonica (Miq.) Matsum.
  • Alliaria wasabi (Maxim.) Prantl
  • Cochlearia wasabi Siebold.
  • Eutrema koreanum
  • Eutrema okinosimense Taken.
  • Eutrema wasabi Maxim
  • Lunaria japonica (basionym) Miq.[2]
  • Wasabia hederifolia
  • Wasabia okinosimensis (Taken.) Hatus.
  • Wasabia pungens Matsum.
  • Wasabia wasabi (Maxim.) Makino
Budidaya wasabi di Semenanjung Izu, Jepang

Wasabi (わさび atau 山葵)(Eutrema japonica, sinonim: Wasabia japonica, bahasa Inggris: Japanese Horseradish) adalah tanaman asli Jepang dari suku kubis-kubisan (Brassicaceae). Parutan rimpang (rizoma) yang juga disebut wasabi, dimakan sebagai penyedap masakan Jepang, seperti sashimi, sushi, soba, dan ochazuke. Daun, tangkai, dan rizoma memiliki aroma harum, sekaligus rasa tajam menyengat hingga ke hidung seperti mustar, tetapi bukan pedas di lidah seperti cabai.

Unsur kimia yang menjadikan wasabi memiliki rasa menyengat (pedas) adalah isotiosianat (6-methylthiohexyl isothiocyanate, 7-methylthioheptyl isothiocyanate, dan 8-methylthiooctyl isothiocyanate).[4] Senyawa ini bersifat antimikrob yang menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga irisan ikan segar selalu dimakan bersama wasabi.

Pemerian

Di alam bebas, tanaman hanya tumbuh liar daerah beriklim sejuk, di lembah pinggiran sungai atau di tengah air bersih yang mengalir perlahan-lahan. Di Jepang, wasabi tumbuh liar di sepanjang aliran sungai yang bersih dan sejuk (10–17℃) di daerah pegunungan pulau Honshu, Kyushu, dan Shikoku.

Tanaman herba tahunan, seluruh bagian tanaman memiliki aroma harum sekaligus rasa pedas menyengat bila dimakan. Rizoma berwarna hijau terang, berbentuk bulat panjang dan mengecil di bagian bawah. Daun keluar langsung dari bagian rizoma, tangkai agak panjang dan tumbuh ke atas dengan daun yang melebar. Daun berbentuk seperti jantung, diameter sekitar 10 cm. Di musim semi, dari rizoma keluar tangkai untuk bunga, letak daun bersilangan, dan ukuran daun lebih kecil dari daun yang keluar langsung dari rizoma. Bunga keluar di ujung tangkai, mekar di akhir bulan Februari–Maret, berwarna putih, daun mahkota 4 helai, dan mekar tidak secara berturut-turut.

Sejarah

Budi daya wasabi dimulai sekitar tahun 1596–1615[5] di hulu Sungai Abe, Utōgi, Prefektur Shizuoka. Pada waktu itu, penduduk desa Utōgi mencabut wasabi yang tumbuh liar dan memindahkannya ke lahan di sekitar mata air yang terletak di Idōgashira. Budi daya wasabi di Idōgashira menjadi usaha budi daya wasabi yang pertama di Jepang. Hasilnya dipersembahkan kepada Tokugawa Ieyasu yang tinggal di Istana Sumpu. Menurut cerita, Ieyasu sangat menyukai rasa wasabi hadiah penduduk desa, dan begitu gembira dengan bentuk daun wasabi yang mirip lambang keluarga klan Tokugawa. Menurut cerita lain, penyebaran wasabi ke seluruh Jepang dimulai di pertengahan zaman Edo dari bibit tanaman wasabi yang diterima Itagaki Kanshirō setelah mengajarkan budi daya shiitake kepada penduduk Utōgi.[6]

Budi daya

Berdasarkan tempat penanaman, wasabi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, wasabi air (sawa wasabi) yang ditanam di anak sungai (bahasa Jepang: sawa), dan wasabi ladang (hatake wasabi) yang ditanam di ladang. Wasabi ladang bisa dipanen setelah berumur 18 bulan. Daun, tangkai, dan rizoma wasabi ladang dicampur dengan ampas beras hasil perasan sake. Hasilnya makanan olahan yang disebut wasabizuke untuk teman makan nasi, rasanya asin, manis, dan pedas menyengat. Wasabi air ditanam untuk diambil bagian rizoma yang dimakan mentah setelah diparut. Budi daya kecil-kecilan wasabi di saluran air dan anak sungai sering dijumpai di kawasan pegunungan di Jepang. Wasabi air perlu air yang bersih dan sejuk di tanah berpasir yang kaya hara. Dalam kondisi penanaman yang ideal, pupuk seperti pupuk kandang tidak diperlukan karena air menjadi kotor.

Wasabi air hasil budi daya memiliki rizoma yang lebih besar dibandingkan wasabi ladang atau wasabi liar. Rizoma mengeluarkan allyl isothiocyanate yang bersifat antimikrob, sehingga tanah di sekitarnya bebas mikrob. Tanaman tidak bisa menjadi besar karena di tanah sekeliling tempat tumbuhnya tidak terdapat mikrob yang dapat menyuburkan tanah. Selain itu, wasabi perlu tumbuh di aliran air yang bersih dan bening supaya allyl isothiocyanate ikut terbawa bersama air, dan tanaman tidak ikut teracuni. Rizoma wasabi air bisa menjadi besar bila semua kondisi terpenuhi.

Panen wasabi tidak mengenal musim dan bisa dipanen kapan saja. Tanaman siap panen setelah 3–4 tahun, dan akar yang dapat dipanen sedikit, sehingga wasabi terutama wasabi segar berharga mahal. Hanya ada sedikit tempat yang cocok dijadikan sentra produksi di Jepang:

Produksi dalam negeri tidak pernah mencukupi dan wasabi berharga mahal, sehingga Jepang perlu mengimpor sejumlah besar wasabi dari daratan Tiongkok, Taiwan, dan Selandia Baru.

Penggunaan

Wasabi dan alat parut dari logam

Selain wasabi segar, di pasaran tersedia bubuk wasabi dalam bubuk wasabi kemasan kaleng, dan wasabi kemasan tube. Di Jepang, daun dan bunga wasabi digoreng sebagai tempura, dan wasabi digunakan sebagai perasa untuk berbagai produk makanan ringan hingga es krim.

Rizoma wasabi diparut dengan alat parut dari logam (oroshigane). Walaupun demikian, sebagian kecil orang berpendapat aroma wasabi tidak hilang dan terasa lebih enak bila diparut dengan alat parut tradisional dari kulit ikan hiu. Wasabi hanya diparut seperlunya saja sebelum dimakan, karena aroma wasabi hilang di udara terbuka. Rasa pedas hingga keluar air mata merupakan kenikmatan tersendiri bagi penikmat wasabi. Anak-anak yang belum terbiasa, biasanya memakan sushi yang tidak diberi wasabi (bahasa Jepang: sabinuki).

Rizoma wasabi berharga mahal dan metode pengawetannya sulit, sehingga bubuk wasabi dan pasta wasabi dalam tube digunakan sebagai pengganti. Bubuk wasabi dan wasabi dalam tube sering dibuat dari bahan pengganti berupa lobak, dicampur rizoma Armoracia rusticana (bahasa Inggris: horseradish), dan bahan pewarna makanan. Bubuk wasabi kemasan kaleng dicampur dengan air untuk menghasilkan pasta wasabi yang siap santap.

Komposisi bubuk wasabi dan wasabi tube bergantung kepada merek dan produsen. Bila produk mengandung kadar wasabi asli lebih dari 50%, maka di kemasannya ditulis, Hon Wasabi (wasabi asli) atau Hon wasabi shiyō (本わさび使用, Menggunakan wasabi asli). Definisi "wasabi asli" bisa berarti bagian rizoma atau bagian lain dari tumbuhan (daun dan tangkai). Bila pasta wasabi mengandung kurang wasabi kurang dari 50%, maka pada kemasan ditulis sebagai Hon wasabi iri (本わさび入り, Mengandung wasabi asli).

Referensi

  1. ^ Iwashina Tsukasa (2016). "Eutrema Japonicum". Curtis's Botanical Magazine. Wiley. 33 (3): 217–225. doi:10.1111/curt.12151. JSTOR 48505819. 
  2. ^ Miquel, F.A.G. (1866). "Prolusio Florae Japonicae". Annales Musei Botanici Lugduno-Batavi. 2: 69–212. 
  3. ^ "Eutrema japonicum Koidz. Fl. Symb. Orient.-Asiat. : 22 (1930)". Plants of the World Online. Board of Trustees of the Royal Botanic Gardens, Kew. 2022. Diakses tanggal 4 December 2022. 
  4. ^ "Wasabi (Wasabia japonica (Miq.) Matsum.)". Gernot Katzer's Spice Pages. Diakses tanggal 7 December 2012. 
  5. ^ "Wasabi saibai no rekishi". Wasabiya no Monzen. Diakses tanggal 26 May 2007. 
  6. ^ "Wasabi". Encyclopedia of Japanese culture. Diakses tanggal 26 May 2007. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya