Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Umlaut dalam bahasa Jermanik

Umlaut dalam bahasa Jermanik adalah sebuah gejala linguistik ketika sebuah vokal belakang berubah menjadi vokal depan. Gejala ini juga disebut dengan nama umlaut i atau mutasi i.

Tanda jalan Jerman dengan tiga kota berisi umlaut dalam nama mereka.

Gejala ini mulai muncul secara terpisah dalam beberapa bahasa-bahasa Jermanik pada sekitar tahun 450 sampai 500 M dan memberi pengaruh kepada semua bahasa-bahasa Jermanik awal[1] kecuali bahasa Gotik.[2] Sebuah contoh yang menghasilkan alternasi vokal ini misalkan bentuk jamak foot (kaki) dalam bahasa Inggris yang menjadi feet (kaki-kaki) (dari rekonstruksi bahasa Jermanik proto */fōts/, jamak */fōtiz/).

Gejala umlaut dalam bahasa Jermanik yang dibahas di artikel ini, tidak mengikutsertakan gejala sejarah lainnya yang menyangkut vokal seperti mutasi a atau mutasi u dan juga gejala ablaut (gradasi vokal) dalam rumpun bahasa Indo-Eropa yang bisa diamati dalam penasrifan kata kerja kuat Jermanik seperti dalam bahasa Inggris contohnya sing/sang/sung.

Deskripsi

Vokal-vokal dalam bahasa Proto Jermanik dan arah perubahannya pada dialek-dialek Jermanik yang lebih mutakhir.

Umlaut adalah sebuah bentuk asimilasi atau harmoni vokal. Ini adalah sebuah proses untuk mengubah sebuah vokal direalisasikan secara mirip dengan bunyi di dekatnya. Jika sebuah kata memuat dua vokal, sementara vokal yang pertama direalisasikan di belakang mulut dan yang kedua di depan, maka diperlukan lebih banyak usaha untuk mengucapkan kata ini daripada jika kedua vokal ini berdekatan realisasinya. Oleh karena itu sebuah perkembangan linguistik terjadi untuk membuat kedua vokal ini direalisasikan secara berdekatan.

Umlaut dalam bahasa Jermanik merupakan sebuah contoh historis yang menciri dari proses ini yang belum terjadi pada tahap awal bahasa Inggris Kuno dan bahasa Norwegia Kuno serta tampaknya baru kemudian terjadi pada bahasa Jerman Hulu Kuno, dan beberapa bahasa Jermanik kuno lainnya. Perkembangannya berbeda dari satu bahasa ke bahasa lainnya, tetapi secara umum ialah demikian:

  • Jika ada vokal belakang (/a/, /o/ atau /u/, baik pendek maupun panjang) muncul di sebuah suku kata dan vokal depan /i/ atau semivokal depan /j/ muncul kemudian, vokal pada suku kata pertama sering kali dibulatkan (biasanya menjadi /æ/, /ø/, atau /y/). Jadi, misalkan, Jermanik Barat *mūsiz "tikus-tikus" berubah menjadi bahasa proto Inggris Kuno *mȳsiz, yang kemudian akhirnya menjadi mice dalam bahasa mutakhir, sementara bentuk tunggal *mūs yang tidak diikuti oleh /i/ dan tidak berubah, akhirnya menjadi kata mutakhir mouse.[3]
  • Jika ada sebuah vokal rendah atau depan tengah muncul di sebuah suku kata dan vokal depan /i/ atau semivokal /j/ muncul pada sukukata selanjutnya, maka vokal pada sukukata awal akan naik. Hal ini jarang terjadi pada bahasa-bahasa Jermanik, karena sebagiannya adanya harmonisasi vokal pada gejala serupa. Walau demikian, bunyi /æ/ dalam bahasa proto Inggris Kuno menjadi /e/ di misalkan, */bæddj-/ > /bedd/ 'tempat tidur'.[4]

Variasi depan yang disebabkan oleh umlaut pada awalnya adalah sebuah alofon (yang bisa diramal dari lokasinya direalisasikan), tetapi kemudian menjadi fonemik ketika konteksnya hilang dan variasi bunyi tetap ada. Contoh berikut menunjukkan bagaimana -i pada posisi akhir menghilang, dan variasi -ȳ- menjadi fonem barum dalam bahasa Inggris Kuno:[5]

Proses Bahasa Tunggal Jamak Tunggal Jamak
Bentuk asli[6] Proto Jermanik *mūs *mūsiz *fō(t)s *fōtiz
Luluhnya -z pada posisi akhir bahasa Jermanik Barat *mūs *mūsi *fōt *fōti
Umlaut Jermanik Pra Inggris Kuno *mūs *mȳsi *fōt *fø̄ti
Luluhnya i setelah suku kata berat Pra Inggris Kuno mūs mȳs fōt fø̄t
Pembatalbulatan ø̄ (> ē) Kebanyakan dialek Inggris Kuno mūs mȳs fōt fēt
Pembatalbulatan ȳ (> ī) Bahasa Inggris Pertengahan Awal mūs mīs fōt fēt
Pergeseran Besar Vokal Bahasa Inggris Baru dan Inggris Modern /maʊs/ /maɪs/ /fʊt/ /fiːt/

Referensi

  1. ^ Cercignani, Fausto (1980). "Early "Umlaut" Phenomena in the Germanic Languages". Language. 56 (1): 126–136. doi:10.2307/412645. 
  2. ^ Cercignani, Fausto (1980). "Alleged Gothic Umlauts". Indogermanische Forschungen. 85: 207–213. 
  3. ^ Campbell, A. 1959. Old English Grammar. Oxford: Clarendon Press. §§624-27.
  4. ^ Hogg, Richard M., ‘Phonology and Morphology’, in The Cambridge History of the English Language, Volume 1: The Beginnings to 1066, ed. by Richard M. Hogg (Cambridge: Cambridge University Press, 1992), pp. 67–167 (p. 113).
  5. ^ Table adapted from Campbell, Historical Linguistics (2nd edition), 2004, p. 23. See also Malmkjær, The Linguistics Encyclopedia (2nd Edition), 2002, pp. 230-233.
  6. ^ Ringe 2006, hlm. 274, 280
Kembali kehalaman sebelumnya