Tiye (sek. 1398 SM – 1338 SM, juga dieja Taia, Tiy dan Tiyi) merupakan putri Yuya dan Tjuyu (juga dieja Thuyu). Ia menjadi Permaisuri yang AgungMesirFiraunAmenhotep III. Ia adalah ibu Akhenaten dan nenek Tutankhamun. Muminya diidentifikasikan sebagai Nyonya Tua yang ditemukan di dalam Makam Amenhotep II (KV35) pada tahun 2010.
Keluarga dan Kehidupan Awal
Ayahanda Tiye, Yuya bukan anggota keluarga kerajaan melainkan seorang hartawan dari kota Mesir Hulu Akhmin,[1] dimana ia bekerja sebagai seorang imam dan pengawas lembu atau komandan kereta.[2] Ibunda Tiye, Thuya terlibat di dalam berbagai kultus keagamaan, karena gelar-gelarnya yang berbeda (Penyanyi Hathor, Kepala Penghibur baik Amun dan Min...),[3] yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang anggota keluarga kerajaan.
Diduga bahwa ayahanda Tiye, Yuya berasal dari Asia atau keturunan Nubia karena fitur mumi dan banyak ejaan yang berbeda dari namanya, yang mungkin berarti adalah bukan nama bangsa Mesir.[4] Beberapa orang menduga bahwa ratu yang berpandangan kuat di dalam politik dan agama yang tidak konvensional mungkin bukan hanya karena ia memiliki karakter yang kuat, melainkan karena ia berasal dari keturunan asing.[3]
Tiye juga memiliki seorang saudara yang bernama Anen, yang merupakan Nabi Kedua Amun.[5]Ilmuwan Mesir berspekulasi bahwa Ay ahli waris Tutankhamen sebagai firaun setelah kematian pendahulunya yang juga kemungkinan adalah keturunan Tiye. Tidak ada tanggal atau monumen yang jelas dapat mengkonfirmasikan hubungan antara keduanya, namun Mesir kuno menganggap asal usul Ay, yang juga dari Akhmin, dan karena ia mewarisi sebagian gelar ayahanda Tiye, Yuya, yang dipegang semasa hidupnya, diistana Amenhotep III.[3][6]
Tiye menikah dengan Amenhotep III pada tahun kedua masa pemerintahannya. Ia dilahirkan dari istri kedua ayahandanya dan memerlukan ikatan yang kuat dengan keluarga ningrat.[4] Ia tampaknya telah dinobatkan saat masih kanak-kanak, kemungkinan di antara usia enam sampai dua belas tahun. Mereka memiliki setidaknya tujuh orang anak, atau mungkin lebih:
1) Sitamun- Putri sulung, yang diangkat keposisi Permaisuri yang Agung pada usia 30 tahun dimasa pemerintahan ayahandanya.[7]
2) Isis- Juga diangkat ke posisi Permaisuri yang Agung.[7]
3) Henuttaneb- tidak diketahui posisinya, meskipun namanya muncul di dalam Cartouche setidaknya sekali.
4) Nebetah- Kadang diduga telah berganti nama menjadi Baketaten semasa pemerintahan saudaranya.
7) Smenkhkare- secara tradisional dianggap sebagai salah satu ahli waris Akhenaten, sekarang Ilmuwan Mesir seperti Aidan Dodson percaya bahwa ia adalah keturunan langsung Neferneferuaten dan wakil pemimpin muda Akhenaten yang tidak memiliki pemerintahan independen.[8] Kadang diidentifikasikan dengan mumi dari KV55 ayahanda Tutankhamun.
8) Nyonya Muda dari KV35- Putri Amenhotep III dan Tiye, ibunda Tutankhamun dan istri saudari KV55. Diduga salah satu dari putri-putri Amenhotep III dan Tiye yang dikenal.
9) Baketaten- Kadang diduga putri Ratu Tiye, umumnya berdasarkan dari prasasti Baketaten yang berlokasi disebelah Tiye pada sebuah makan malam dengan Akhenaten dan Nefertiti.[9]
Monumen
Suaminya memuja beberapa tempat pemujaan dan membangun kuil yang didedikasikan untuknya di Sedeinga, Nubia dimana ia dipuja sebagai bentuk dari dewi Hathor-Tefnut.[10] Ia juga membangun sebuah danau buatan untuknya pada tahun dua belas dimasa pemerintahannya.[11]
Pengaruh diistana
Tiye memegang banyak kekuasaan baik selama masa pemerintahan suaminya dan putranya. Amenhotep III menjadi seorang olahragawan yang baik, pecinta kehidupan luar dan seorang negarawan yang hebat. Ia kerap dipertimbangkan sebagai calon mertua yang hebat dan menerima pinangan untuk putri-putrinya dari beberapa raja asing seperti Tushratta di Mitanni dan Kadashman-Enlil I dari Babylon. Silsilah keluarga kerajaan yang dilakukan oleh para wanita Mesir kuno yaitu menikah dengan salah satu ahli waris untuk keturunan mereka. Tiye menjadi seorang penasehat tepercaya suaminya. Ia bijaksana, cerdas, kuat dan kejam, ia disegani oleh banyak pejabat asing. Para penguasa asing juga bersedia untuk membuat perjanjian langsung dengannya. Ia melanjutkan peran aktifnya di dalam hubungan luar negeri dan menjadi ratu Mesir pertama yang namanya dicatat pada tindakan-tindakan resmi.[12]
Tiye mungkin melanjutkan sebagai penasehat putranya, Akhenaten, ketika ia berkuasa. Korespondensi putranya dengan Tushratta, raja Mitanni, memuji pengaruh politik yang dimiliki ibundanya di istana. Di dalam surat Amarna EA 26, Tushratta, raja Mitanni, menjawab langsung Tiye untuk mengenang hubungan baik yang ia miliki bersama dengan almarhum suaminya dan berkeinginan untuk membina hubungan baik tersebut dengan putranya, Akhenaten.[13]
Amenhotep III meninggal pada tahun 38 atau tahun 39 dimasa pemerintahannya (1353 SM/1350 SM) dan dimakamkan di Lembah Para Raja di WV22; namun Tiye diduga hidup lebih lama darinya dua belas tahun. Tiye tetap disinggung di dalam Surat Amarna dan di dalam prasasti sebagai ratu dan raja tercinta. Di dalam surat Amarna EA 26, yang ditujukan kepada Tiye, dimasa pemerintahan Akhenaten. Ia diketahui memiliki sebuah rumah di Amarna, ibu kota Akhenaten yang baru dan ditampilkan pada dinding makam Huya – "pelayan rumah ibunda raja, permaisuri yang agung Tiye" – digambarkan dimeja makan malam dengan Akhenaten, Nefertiti, dan keluarganya dan kemudian dikawal oleh raja menuju kerainya.[14] Di dalam sebuah prasasti pada sekitar tanggal 21 November tahun 12 dimasa pemerintahan Akhenaten (1338 SM), baik ia dan cucu perempuannya Meketaten disebutkan untuk yang terakhir kalinya. Mereka diperkirakan meninggal tak lama setelah tanggal itu.
Jika Tiye meninggal setelah tahun 12 dimasa pemerintahan Akhenaten (1338 SM), hal ini menempatkan waktu kelahirannya pada tahun 1398 SM, pernikahannya dengan Amenhotep III pada usia sebelas atau dua belas tahun, dan menjanda pada usia empat puluh delapan atau empat puluh sembilan. Dugaan dari kepememimpinan bersama di antara Amenhotep III dan putranya Akhenaten berlangsung sampai dua belas tahun, namun banyak sarjana yang menduga pemerintahan bersama itu berlangsung tidak lebih dari setahun,[15] atau tidak ada pimpinan bersama sama sekali.[14]
Pemakaman dan mumi
Tiye diduga mulanya dimakamkan di dalam makam kerajaan Akhenaten di Amarna bersama dengan putra dan cucu perempuannya, Meketaten, karena sebuah fragmen dari makam yang belum lama ini diidentifikasikan dari Sarkofagus miliknya. Sepuhan ditempat pemujaan di dalam makamnya (menunjukkan dirinya dengan Akhenaten) berakhir di dalam KV55 ketika shabtinya ditemukan di dalam makam Amenhotep III, WV22.[16]
Sisa mumi wanita itu ditemukan berdekatan dengan dua mumi lain disisi yang berlawanan dari ruang Amenhotep II di dalam KV35 oleh Victor Loret pada tahun 1898. Dua mumi lainnya adalah seorang anak laki-laki yang meninggal pada usia sekitar sepuluh tahun, yang diduga adalah Webensenu atau Pangeran Thutmose dan satunya lagi, seorang wanita muda yang tidak diketahui. Ketiganya ditemukan bersamaan, berbaring telanjang bersisian dan belum diidentifikasikan diruang depan makam. Makam tersebut telah dirusak banyak oleh para perampok makam kuno.[17] Awalnya, para peneliti tidak dapat mengidentifikasikan kedua mumi wanita dan sebaliknya diberi nama dengan Tiye yang dicap sebagai 'Nyonya Tua' dan wanita lainnya sebagai 'Nyonya Muda'. Beberapa peneliti berpendapat bahwa Nyonya Tua adalah Ratu Tiye. Beberapa mencatat bahwa peti mati miniatur yang bertuliskan namanya ditemukan dimakam cucunya, Tutankhamun, sebagai kenang-kenangan dari neneknya tercinta.[18] Ada juga beberapa ulama yang skeptis mengenai teori ini seperti seorang sarjana Inggris yang bernama Aidan Dodson dan Dyan Hilton, yang pernah menyatakan bahwa "tampaknya sangat tidak mungkin bahwa mumi itu bisa menjadi apa yang disebut 'Nyonya Tua' di dalam makam Amenhotep II."[16]
Pada tahun 2010, dari sebuah analisis DNA yang disponsori oleh Jenderal Sekretaris Dewan Tertinggi Purbakala Mesir yang bernama Zahi Hawass, dengan resmi dapat mengidentifikasikan Nyonya Tua sebagai Ratu Tiye. Juga, melalui sehelai rambut di dalam makam Tutankhamun cocok dengan DNA milik Nyonya Tua.[19]
^Kozloff, Arielle (1992). "Royal and Divine Statuary". Egypt’s Dazzling Sun: Amenhotep III and his World. Cleveland. ISBN978-0-940717-16-9.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
^Hawass Z, Gad YZ, Ismail S, Khairat R, Fathalla D, Hasan N, Ahmed A, Elleithy H, Ball M, Gaballah F, Wasef S, Fateen M, Amer H, Gostner P, Selim A, Zink A, Pusch CM (February 2010). "Ancestry and Pathology in King Tutankhamun's Family". JAMA : the journal of the American Medical Association. 303 (7): 638–47. doi:10.1001/jama.2010.121. PMID20159872.Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Dodson & Hilton, The Royal Families of Ancient Egypt p. 157
^Hawass, Zahi et al. "Ancestry and Pathology in King Tutankhamun's Family" The Journal of the American Medical Association pp.640-641