Tentara Pembebasan Kosovo (bahasa Albania: Ushtria Çlirimtare e Kosovës—UÇK; bahasa Inggris: Kosovo Liberation Army—KLA) adalah organisasi paramiliteretnis Albania yang memiliki tujuan untuk memerdekakan Kosovo dari Republik Federal Yugoslavia (RFY) dan Serbia pada tahun 1990-an dan dengan tujuan akhir terciptanya Albania Raya.[a] Mereka melawan melawan pasukan keamanan, polisi, pejabat pemerintah Yugoslavia dan desa dengan etnis mayoritas Serbia. Hal tersebut membuat militer Yugoslavia dan organisasi paramiliter berusaha untuk menumpas mereka yang kemudian peperangan tersebut dikenal sebagai Perang Kosovo pada tahun 1998-99. Organisasi KLA didanai sebagian besar oleh organisasi diaspora Albania dan perdagangan narkotika. NATO yang dipimpin oleh Amerika Serikat mendukung KLA dan mengintervensi Perang Kosovo pada bulan Maret 1999.
Pada September 1999, dengan berakhirnya pertempuran dan pasukan internasional mulai ditarik dari dalam Kosovo, KLA secara resmi dibubarkan dan ribuan anggotanya bergabung dengan Korps Perlindungan Kosovo, lembaga keamanan sipil yang menggantikan KLA dan Kepolisian Kosovo. Walau telah dibubarkan secara resmi, kelompok bersenjata Albania lainnya muncul; dan ikut serta dalam pemberontakan di Serbia bagian selatan (1999-2001) dan Makedonia (2001). Mantan pemimpin KLA juga terjun dalam dunia politik, beberapa dari mereka menjadi pejabat tinggi.
KLA menggunakan "Narkoterorisme" untuk membiayai kegiatannya.[7]
Terdapat laporan pelanggaran dan kejahatan perang yang dilakukan oleh KLA selama dan setelah konflik, seperti pembantaian warga sipil dan kamp-kamp penjara.[8] Pada bulan April 2014, Majelis Kosovo mempertimbangkan dan menyetujui pembentukan pengadilan khusus untuk memproses kasus-kasus yang melibatkan kejahatan dan pelanggaran serius yang dilakukan pada tahun 1999-2000 oleh anggota KLA.[9]
Latar belakang
Organisasi yang menjadi cikal bakal Tentara Pembebasan Kosovo adalah Gerakan Rakyat Kosovo (LPK). Gerakan ini berpandangan bahwa kemerdekaan Kosovo hanya akan didapat melalui perjuangan bersenjata. Gerakan ini didirikan pada tahun 1982, dan memainkan peran penting dalam penciptaan KLA pada tahun 1993.[10][11] Penggalangan dana dimulai pada tahun 1980-an di Swiss oleh eksil Albania yang terlibat dalam demonstrasi tahun 1981 dan berikutnya oleh emigran.[12]Slobodan Milošević mencabut hak otonomi Kosovo pada tahun 1989 dan mengembalikan statusnya seperti pada tahun 1945, sehingga etnis Albania tidak boleh berada di pemerintahan Kosovo dan menumpas demonstrasi dengan kejam.[13][14] Etnis Albania di Kosovo akhirnya mendirikan Liga Demokrasi Kosovo (LDK) yang dipimpin oleh Ibrahim Rugova. Tujuan LDK adalah memerdekakan Kosovo dari Serbia, tetapi melalui cara-cara damai. Untuk mencapai tujuan ini, LDK mendirikan dan mengembangkan sebuah "negara paralel" dengan fokus khusus pada pendidikan dan kesehatan.
Nama KLA mulai dikenal oleh publik pertama kali pada tahun 1995,[15] dan tampil di hadapan umum pada tahun 1997 saat anggotanya masih berjumlah 200 orang. KLA mendapat momentum setelah Perjanjian Dayton ditandatangani, karena Kosovo tidak mendapat apapun dari perjanjian ini, sehingga cara damai yang diinginkan LDK mulai ditolak oleh rakyat dan KLA mulai menjarah persenjataan yang ada setelah pemberontakan Albania tahun 1997.[16] Pada tahun 1997-98, Tentara Pembebasan Kosovo berkembang pesat dan unggul di atas LDK..[17]
Pada Februari 1996, KLA melakukan serangkaian serangan terhadap kantor polisi dan aparat pemerintah Yugoslavia, mengatakan bahwa mereka telah membunuh warga sipil Albania dalam rangka untuk pembersihan etnis.[18] Kemudian pada tahun itu, majalah mingguan Inggris The European menuliskan artikel dari ahli di Prancis yang menyatakan bahwa "Intelijen sipil dan militer Kerman terlibat dalam melatih dan mempersenjatai para pemberontak dengan tujuan untuk memperkuat pengaruh Jerman di wilayah Balkan. (...) Berdirinya KLA pada tahun 1996 bertepatan dengan penunjukan Hansjoerg Geiger sebagai kepala BND. (...) Agen BND bertugas memilih rekrutan untuk struktur komando KLA dari 500.000 warga Albania di Kosovo."[19] Mantan penasihat senior Parlemen Jerman Matthias Küntzel mencoba membuktikan bahwa diplomasi diam-diam Jerman telah berjasa membantu KLA sejak awal berdirinya.[20]
Otoritas Serbia mengecam KLA sebagai organisasi teroris dan meningkatkan jumlah pasukan keamanan di wilayah tersebut. Hal ini berdampak pada meningkatnya kredibilitas KLA di antara penduduk Albania di Kosovo. Tidak lama sebelum tindakan militer NATO dimulai, Komisi Amerika Serikat untuk Pengungsi dan Imigran melaporkan bahwa "Serangam KLA bertujuan untuk 'membersihkan' Kosovo dari etnis Serbia."[21]
Palang Merah Yugoslavia memperkirakan terdapat pengungsi dan pengungsi internal sebesar 30.000 orang dari Kosovo, sebagian besar dari mereka beretnis Serbia. UNHCR memperkirakan terdapat 55.000 pengungsi yang melarikan diri ke Montenegro dan Serbia Tengah, kebanyakan dari mereka etnis Serbia di Kosovo: "Lebih dari 90 desa di Kosovo kini ditinggalkan oleh penduduk Serbia, mereka mengungsi ke wilayah lain dari Kosovo atau melarikan diri ke Serbia Tengah."
Dewan Atlantik Utara NATO telah menekankan bahwa KLA adalah "penyebab utama dari kekerasan" dan "meluncurkan apa yang tampaknya menjadi sebuah kampanye provokasi yang disengaja".
Pendanaan
KLA didanai sebagian besar oleh diaspora Albania di Eropa dan Amerika Serikat[22] dan hasil dari perdagangan narkotika yang disumbangkan oleh bandar narkoba Albania . Ketika Departemen Luar Negeri AS memasukkan KLA dalam daftar organisasi teroris pada tahun 1998, KLA terindikasi mempunyai jaringan perdagangan heroin.[23] Pada tahun 1999, badan intelijen Barat memperkirakan lebih dari $250 juta dari perdagangan narkotika masuk ke kantong KLA.[24] Setelah pemboman NATO tahun 1999, pedagang heroin yang mempunyai koneksi dengan KLA mulai menggunakan Kosovo sebagai rute pasokan utama; pada tahun 2000, diperkirakan 80% dari pasokan heroin di Eropa dikendalikan oleh etnis Albania di Kosovo.[25]
^"Unknown Albanian 'liberation army' claims attacks", Agence France Presse, 17 February 1996
^Fallgot, Roger (1998): "How Germany Backed KLA", in The European, 21–27 September. pp. 21–27.
^Küntzel, Matthias (2002): Der Weg in den Krieg. Deutschland, die Nato und das Kosovo (The Road to War. Germany, Nato and Kosovo). Elefanten Press. Berlin, Germany. pp. 59–64 ISBN3885207710.