Sepat Rawa (Trichopodus trichopterus) atau sering disebut dengan sepat biasa adalah sejenis ikan anggota sukugurami (phronemidae). Seperti kerabatnya yang bertubuh lebih besar, sepat siam (T. pectoralis), ikan ini merupakan ikan konsumsi yang disukai orang, meski umumnya hanya bernilai lokal. Namun disamping itu terdapat pula varian-varian hiasnya yang berwarna menarik, yang populer sebagai ikan hias yang dipelihara dalam akuarium.
Sepat rawa yang telah diseleksi dalam penangkaran memiliki aneka pola warna. Ikan ini lebih populer daripada sepat siam dalam perdagangan ikan hias. Sepat rawa termasuk tahan dan mudah dipelihara dalam akuarium.
Ikan ini banyak dikenal dengan nama-nama lokal seperti sepat sawah, sepat (jw.), sepat biru, sepat ronggeng (Mly.), sapek (Min.) dan lain-lain. Dalam perdagangan ikan hias, bergantung pada varietasnya, ikan ini dikenal dengan nama-nama (Ingg.) seperti Three spot gourami, Blue gourami, Cosby gourami, Gold gourami, Golden gourami, serta Opaline gourami.[2]
Sepat tergolong ikan liar. Jarang dibudidayakan orang. Sesuai namanya, sepat banyak dijumpai di rawa-rawa, selokan, kolam ikan yang kurang terurus, maupun di air-air tergenang dalam durasi waktu cukup lama.
Pemerian
Ikan yang bertubuh pipih dan bermoncong runcing sempit, memiliki panjang total hingga 120mm. Umumnya sisik bewarna perak buram kebiruan atau kehijauan, dengan beberapa pita miring berwarna gelap, serta nokhtah hitam masing-masing sebuah pada tengah sisi tubuh dan pada pangkal ekor.[3] Namanya dalam bahasa Inggris, Three spot gourami, merujuk pada kedua bintik hitam itu, ditambah dengan mata sebagai bintik yang ketiga.[4] Sirip ekor berlekuk (berbelah) dangkal, berbintik-bintik.
Warna tubuh ikan ini amat bervariasi, baik perimbangan terang gelapnya maupun pola-pola warna tubuhnya. Demikian pula bilangan jari-jari pada sirip-siripnya. Rumus sirip dorsal, VI-VIII (jari-jari keras atau duri) dan 8–9 (jari-jari lunak); dan sirip anal X-XII, 33–38. Gurat sisi 30–40 buah. Panjang standar (tanpa ekor) 2,3–2,5 kali tinggi badan.[5] Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2–3 jumbai pendek.[6]
Ikan ini hidup di rawa-rawa, danau, aliran-aliran air yang tenang, dan umumnya lahan basah di dataran rendah termasuk sawah-sawah serta saluran irigasi. Di saat musim banjir, penyebarannya meluas mengikuti aliran banjir ini.
Sepat rawa memangsa zooplankton, krustasea kecil, dan aneka larvaserangga.[2] Pada musim berbiak, ikan jantan membangun sebuah sarang busa untuk menampung dan memelihara telur-telur sepat betina, yang dijaga dengan agresif.[8]
Sepat, sebagaimana kerabat dekatnya yakni tambakan, gurami, betok, dan cupang, tergolong ke dalam anak bangsa (subordo) Anabantoidei. Kelompok ini dicirikan oleh adanya organ labirin (labyrinth) di ruang insangnya, yang amat berguna untuk membantu menghirup oksigen langsung dari udara. Adanya labirin ini memungkinkan ikan-ikan tersebut hidup di tempat-tempat yang miskin oksigen seperti rawa-rawa, sawah, dan lain-lain.[9]
Manfaat
Bersama dengan sepat siam yang bertubuh lebih besar, ikan ini merupakan ikan konsumsi yang digemari terutama dalam bentuk ikan kering atau ikan asin. Sedangkan ikan sepat segar umumnya bernilai lokal yang dijual tidak sepanjang waktu.
Pada kondisi banjir, ikan sepat dijumpai dalam koloni besar berombongan. Mereka ditangkap menggunakan jala, tangkul atau tangguk/serok untuk digoreng, diasinkan atau dikeringkan.
Ikan sepat asin merupakan komoditas penting bagi wilayah-wilayah bersungai besar seperti Jambi.[10][11] Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Lampung dan daerah-daerah lainnya. Di beberapa tempat Ikan sepat juga dapat difermentasi menjadi bekasam.
^ abKottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd. dan Proyek EMDI KMNKLH Jakarta. hal 228.
^Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd. dan Proyek EMDI KMNKLH Jakarta. hal 218.