Sekolah Pendeta HKBP merupakan salah satu lembaga Pendidikan Teologi HKBP yang mendidik para calon-calon Hamba Tuhan atau Pendeta HKBP. Mereka adalah guru Huria atau guru Jemaat (Parhangir/voorhanger) yang sudah 10 hingga 15 tahun. Pendidikan ini berlansung selama 3 tahun secara periodik.
Sejarah Berdirinya Sekolah Pendeta HKBP
Pada tahun 1883 Sekolah Pendeta Pertama dibuka, dan 4 orang putera Batak pertama untuk Sekolah Pendeta, yaitu: Johannes Siregar, Markus Siregar, Petrus Nasution dan Johannes Sitompul. Tetapi, Johannes Sitompul wafat sebelum menyelesaikan studinya.
Pada tanggal 8 Januari 1890, dimulai Nona Hester Needham melayani anak-anak, kaum perempuan di Pansurnapitu, serta turut membimbing murid-murid Sekolah Pendeta di Seminari Pansurnapitu.
Sekolah Pendeta HKBP sempat lama vakum atau dinonaktifkan, dan pada tahun 1947 Sekolah Pendeta berdiri kembali di Seminarium Sipoholon, dan beberapa tahun kemudian kembali vakum, serta pada tahun 2006, Sekolah Pendeta HKBP dibuka kembali di Seminarium Sipoholon.
Sekolah Pendeta HKBP adalah Lembaga Pendidikan HKBP yang dikhususkan untuk melatih mempersiapkan Guru Huria menjadi Pendeta di HKBP. Sekolah Pendeta pada awalnya merupakan satu-satunya Lembaga pengadaan tenaga pendeta sebelum adanya pendidikan Teologi di HKBP, yakni: Sekolah Tinggi Teologi HKBP (sebelumnya Falkultas Theologi Univ. HKBP Nommensen) yang berkedudukan di Pematang Siantar, atau Sekolah Tinggi Teologi HKBP Pematangsiantar sekarang.
Setelah adanya Pendidikan Teologi HKBP, Sekolah pendeta dibuka secara periodik dengan tujuan yang sama, yaitu: menseleksi para guru huria yang dianggap terampil melayani di jemaat dan dipersiapkan menjadi pendeta melalui pendidikan Sekolah Pendeta.
Program Studi
Sekolah Pendeta HKBP diselenggarakan dan dikembangkan berdasarkan studi teologi terapan untuk menghasilkan pelayan yang terampil, kritis, kreatif dan berdedikasi. Untuk mencapai hal tersebut bidang studi yang diberikan pada Sekolah Pendeta antara lain: Bidang Biblika, Sistematik: Dogmatika dan Etika, Teologi Kristen dalam konteks global maupun local (kontekstualisasi dan teologi kontemporer), Teologi Agama-agama, Teologi Praktika menyangkut: Homiletika, Liturgi, Missiologi, Pastoral, Managemen, Penatalayanan dan Administrasi serta Sosiologi masyarakat dan issu-issu yang aktual di tengah-tengah gereja dan masyarakat pada era globalisasi.
Sekolah Pendeta HKBP dirancang selama tiga tahun dan dibagi dalam enam semester. Dalam tiga tahun perkuliahan diadakan evaluasi bertahap. Evaluasi bertahap dilaksanakan pada setiap akhir semester didasarkan pada evaluasi akademik, spritualitas, moral dan tata hidup berasrama; sedangkan evaluasi terakhir adalah pelulusan melalui evaluasi akademik, spiritual, karya tulis akhir, meja hijau (Judicium) dan dinyatakan lulus. Mahasiswa yang lulus akan ditempatkan oleh HKBP melayani sebagai Pendeta Praktik selama satu tahun dan kemudian ditahbiskan menjadi Pendeta oleh Ephorus HKBP setelah melalui LPP I dan II.
LPP I adalah Latihan Pelayanan sebelum ditempatkan sebagai Pendeta Praktik dan LPP II adalah latihan Persiapan Pelayanan untuk mempersiapkan penahbisan.
Periode Pembelajaran
Angkatan 2015
Pada tahun 2015 HKBP mengumumkan akan melanjutkan program Sekolah Pendeta dengan membuka kembali pendaftaran, terdapat 23 orang Guru Huria yang lolos seleksi dan terdaftar sebagai mahasiswa di Sekolah Pendeta angkatan 2015, terdapat satu orang yang merupakan perempuan pertama sebagai mahasiswi di lembaga Sekolah Pendeta HKBP, yaitu Gr. Uli Soneta Sirait. Angkatan 2015 dipimpin oleh Plt (Pelaksana Tugas) Pendeta Robinson Butarbutar, pada tahun ini pula lokasi Sekolah Pendeta kembali mengalami perpindahan dari Kompleks Seminarium HKBP di desa Simanungkalit. Sipoholon ke Kompleks Sekolah Tinggi Teologi HKBP di Kota Pematangsiantar. Bangunan yang digunakan oleh Sekolah Pendeta HKBP yang berada di Kompleks Sekolah Tinggi Teologi HKBP merupakan bangunan baru yang disumbangkan oleh Devi Simatupang, istri dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan pada saat itu.
Pada akhir tahun 2016, pimpinan baru HKBP yang terpilih pada Sinode Godang HKBP ke-63 mengganti jabatan Plt Sekolah Pendeta dari Pendeta Robinson Butarbutar dan mengangkat Pendeta Robert Silitonga sebagai direktur tetap Sekolah Pendeta HKBP. Pada bulan Februari 2017, mahasiswa Sekolah Pendeta HKBP berkurang menjadi 22 orang dikarenakan salah satu mahasiswa yaitu Gr. Tumbur Parulian Silitonga meninggal dunia. Masa periode pembelajaran Sekolah Pendeta HKBP pada angkatan ini juga diperpanjang menjadi empat tahun dengan diadakannya program Kuliah Mandiri bagi para mahasiswa, yaitu kegiatan praktik pelayanan secara langsung di gereja-gereja yang berada di tiga distrik sekitar kota Pematangsiantar, yaitu: Distrik V Sumatera Timur, Distrik XIV Tebing Tinggi - Deli dan Distrik XXIV Tanah Jawa.
Pada tanggal 16 Februari 2019, Sekolah Pendeta HKBP melaksanakan wisuda bagi 22 mahasiswa yang teleh selesai menyelesaikan masa studi. Wisuda dipimpin oleh Direktur Sekolah Pendeta, Pendeta Robert Silitonga dan Ephorus HKBP Pendeta Darwin Lumbantobing, turut juga hadir keempat pimpinan HKBP lainnya pada acara wisuda, yaitu: Sekretaris Jenderal Pendeta David Farel Sibuea, Kepala Departemen Koinonia Pendeta Martongo Sitinjak, Kepala Departemen Marturia Pendeta Anna Vera Pangaribuan, dan Kepala Departemen Diakonia Pendeta Debora Sinaga.[2]
Setelah diwisuda, Kedua puluh dua mahasiswa kemudian menjalani masa praktik sebagai calon pendeta di berbagai gereja HKBP. Pada hari minggu tanggal 04 April 2021, Ephorus HKBP Pendeta Robinson Butarbutar memimpin ibadah dan melaksanakan penahbisan sebagai pendeta kepada 22 mahasiswa Sekolah Pendeta angkatan 2015. Diantara para pendeta yang ditahbiskan, pendeta Uli Soneta Sirait merupakan pendeta perempuan pertama yang ditahbiskan sebagai pendeta yang sebelumnya berasal dari Guru Huria dan Sekolah Pendeta HKBP.
Angkatan 2020
Pada tahun 2019 HKBP mengumumkan akan melanjutkan program Sekolah Pendeta dengan membuka kembali pendaftaran dan memulai masa perkuliahan pada tahun 2020. HKBP juga mengumumkan untuk pertama kalinya calon mahasiswa untuk periode pembelajaran ini tidak hanya berasal dari Guru Huria, namun juga dari Bibelvrouw dan Diakones. Terdapat 15 mahasiswa yang lolos seleksi di Sekolah Pendeta pada angkatan ini, yang terdiri dari 10 Guru Huria, 3 Bibelvrouw, dan 2 Diakones. Angkatan 2020 masih tetap dipimpin oleh Direktur Sekolah Pendeta Pdt. Robert Silitonga, dan masa pembelajaran diadakan dari awal tahun 2020 hingga akhir tahun 2022. Program Kuliah Mandiri, yaitu praktik pelayanan secara langsung di gereja-gereja bagi para mahasiswa juga diterapkan di angkatan ini, dimana program tersebut dilaksanakan di tiga distrik yang sama seperti angkatan sebelumnya.
Pada tanggal 07 Februari 2023, Sekolah Pendeta HKBP melaksanakan wisuda bagi 15 mahasiswa yang teleh selesai menyelesaikan masa studi. Wisuda dipimpin oleh Direktur Sekolah Pendeta, Pendeta Robert Silitonga dan Ephorus HKBP Pendeta Robinson Butarbutar, turut juga hadir keempat pimpinan HKBP lainnya pada acara wisuda, yaitu: Sekretaris Jenderal Pendeta Victor Tinambunan, Kepala Departemen Marturia Pendeta Daniel Taruli Asi Harahap, dan Kepala Departemen Diakonia Pendeta Debora Sinaga.[3]
Pengorganisasian
Kuratorium
Kuratorium adalah dewan kehormatan yang mengarahkan dan mengevaluasi tujuan Pendidikan Sekolah Pendeta.
Dewan Kurator terdiri dari Pimpinan HKBP:
Ephorus
Sekretaris Jenderal
Kepala Departemen Koinonia
Kepala Departemen Marturia
Kepala Departemen Diakonia
Unsur Praeses yang terdiri dari: Praeses Distrik Silindung, Humbang, Toba, Sumatra Timur, Medan-Aceh, Sibolga.