Saksi dan kesaksian memberikan pandangan penting dan berharga terkait dengan peristiwa yang terjadi, baik selama maupun setelah peristiwa Genosida Armenia. Genosida Armenia disiapkan dan dilakukan oleh Pemerintah Utsmaniyah pada tahun 1915 dan pada tahun-tahun berikutnya. Akibatnya, sebanyak 1,5 juta orang Armenia yang tinggal di tanah leluhur mereka (saat itu merupakan bagian dari Kesultanan Utsmaniyah) dideportasi dan dibantai.
Sejumlah wartawan, diplomat, tentara, dokter, penulis, dan misionaris menyaksikan genosida ini,[1] dengan ratusan saksi dari berbagai negara Eropa (Jerman, Austria, Italia) dan Amerika Serikat yang mengalami peristiwa itu secara langsung. Mereka memberikan kesaksian yang sangat dihargai oleh para sejarawan sebagai laporan yang dapat dipercaya atas peristiwa tersebut.[2][3][4] Mereka memberikan bukti yang signifikan mengenai peristiwa dan khususnya sifat sistematis dari deportasi dan pembantaian berikutnya.[5]
"Ini mungkin terlihat luar biasa, tetapi kenyataan bahwa apa yang terjadi pada tahun 1915 adalah pembunuhan massal diterima oleh semua orang yang hidup pada masa itu, dan tidak pernah menjadi objek argumen."
Para misionaris yang mengalami langsung, berperan penting dalam menyebarkan berita tentang peristiwa ini di seluruh dunia.[7] Beberapa misionaris juga telah memberikan informasi terperinci mengenai peristiwa tersebut kepada kepala negara seperti Woodrow Wilson.[1] Para misionaris ini tercatat juga memberikan bantuan secara sembunyi-sembunyi dan seringkali menyelamatkan banyak nyawa orang Armenia.[7]
James Bryce dan Arnold Toynbee menyusun sebuah tulisan berupa pernyataan sebagai reaksi dari cerita para korban dan saksi mata yang selamat dari negara lain termasuk Jerman, Italia, Belanda, Swedia, dan Swiss. Tulisan tersebut juga membuktikan pembantaian yang diduga dilakukan secara sistematis terhadap orang-orang Armenia yang tidak bersalah oleh pasukan Pemerintah Utsmaniyah. Mereka menerbitkan The Treatment of Armenians in the Ottoman Empire, 1915–1916 pada tahun 1916. Meskipun buku tersebut telah dikritik oleh para penyangkal Turki sebagai propaganda untuk membangun dukungan bagi perang,[8] Bryce telah memberikan karya tersebut kepada para peneliti untuk diverifikasi sebelum diterbitkan. Profesor Regius Universitas OxfordGilbert Murray pada saat itu menyatakan bahwa, "bukti dari surat-surat dan laporan-laporan ini akan memberikan wawasan dan mengalahkan skeptisisme apa pun. Keasliannya tidak diragukan lagi."[9] Profesor lain, termasuk Herbert Fisher dari Universitas Sheffield dan mantan presiden Asosiasi Pengacara Amerika, Moorfield Storey, menegaskan kesimpulan yang sama.[10]
Catatan saksi mata lainnya berasal dari para orang-orang yang selamat dari peristiwa Genosida Armenia.[11] Setidaknya hingga tahun 2013, hanya ada "segelintir" dari mereka yang selamat yang masih hidup.[12][13] Banyak dari kisah-kisah dari mereka direkam dalam kaset-kaset beberapa dekade setelah peristiwa tersebut.[14] Ratusan kesaksian dan laporan saksi mata ini akan dimasukkan ke dalam USC Shoah Foundation Institute for Visual History and Education sebagai bagian dari proyek penelitian arsip untuk peringatan 100 tahun Genosida Armenia.[15][16]
Seperti yang ditegaskan oleh seorang sejarawan Armenia, Richard G. Hovannisian, bahwa "Catatan para saksi mata dari peristiwa yang menentukan ini mungkin sama berharganya dengan kiriman dan laporan resmi. Dalam versi seperti itulah unsur manusia menjadi nyata, memberikan wawasan yang tidak dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen mana pun".[14] Beberapa kisah para korban yang selamat telah divisualisasikan menjadi film seperti kisah Aurora Mardiganians dalam film Ravisded Armenia.[17]
Terkait dengan pentingnya kesaksian mereka ini, peneliti Genosida, Samuel Totten, menyatakan bahwa:
Laporan dari para korban dan mereka yang menjadi orang pertama dalam kejadian ini, mampu menembus angka-angka yang menakjubkan, karena mereka telah menuangkan pikiran, hasrat, dan suara mereka dari pengalaman dan/atau kesaksian bencana mengerikan, yang saat ini disebut sebagai genosida. Dan sementara laporan orang pertama ini melayani banyak kepentingan. Di antara kepentingan-kepentingan ini, yang paling signifikan adalah fakta bahwa laporan otentik tersebut merupakan kesaksian berharga tentang apa makna dari genosida, yakni terperangkap dalam pusaran kebencian dan kebiadaban.[14]
Duta Besar AS untuk Kesultanan Utsmaniyah, Henry Morgenthau, Sr. diakui sebagai salah satu saksi mata utama genosida. Morgenthau menerbitkan sebuah memoar mengenai pembantaian Armenia dalam buku Ambassador Morgenthau's Story pada tahun 1918. Buku tersebut memberikan dokumentasi terperinci mengenai peristiwa tersebut dan menegaskan seruannya untuk menghentikan genosida tersebut.[18]
Diwawancarai oleh Berliner Tageblatt pada Mei 1915, Talat menyatakan bahwa, "Kami telah disalahkan karena tidak membuat perbedaan antara orang-orang Armenia yang bersalah dan tidak bersalah. [Untuk melakukan seperti itu] tidaklah mungkin. Karena sifat alamiahnya, seseorang yang tidak bersalah hari ini, sangat mungkin melakukan kesalahan di kemudian hari. Tujuan utamanya adalah untuk keselamatan Turki, sehingga harus membungkam tujuan-tujuan yang lain. Tindakan kami ini ditentukan oleh kebutuhan nasional dan sejarah.[21]
Talat mengatakan kepada duta besar Jerman Johann von Bernstoff, bahwa "apa yang Anda inginkan di dunia? Pertanyaannya sudah selesai, tidak ada lagi orang Armenia".[22]
"Tidak ada gunanya bagi Anda untuk berdebat ... kami telah menyingkirkan tiga perempat orang Armenia, tidak ada yang tersisa sama sekali di Bitlis, Van, dan Erzeroum. Kebencian antara Turki dan Armenia sekarang begitu kuat, sehingga kita harus menghabisi mereka. Jika tidak, mereka akan merencanakan aksi balas dendam".[23]
Pada 3 Agustus 1915, Talat bertemu dengan duta besar AS Morgenthau dan mengatakan kepadanya "bahwa kebijakan kami terhadap Armenia adalah benar-benar tetap dan tidak ada yang dapat mengganggu-gugatnya. Kami tidak akan memiliki orang Armenia di mana pun di Anatolia. Mereka dapat hidup di padang pasir, tetapi tidak di tempat lain".[23]
"Entah orang Armenia yang memilih untuk memusnahkan orang Turki, maupun orang Turki yang memilih untuk memusnahkan mereka. Saya tidak ragu ketika dihadapkan dengan dilema ini. Ke-Turki-an saya lebih mendominasi dari pada profesi saya. Saya membayangkan, dari pada mereka memusnahkan kami, kami akan lebih dulu memusnahkan mereka. ... Terkait dengan pertanyaan, bagaimana saya sebagai dokter yang malah membunuh. Saya akan menjawabnya dengan tegas: orang Armenia telah menjadi kuman berbahaya di dalam tubuh negara ini. Sehingga, bukan kah tugas dokter adalah untuk melenyapkan kuman-kuman tersebut?"[24]
"Sejarah Utsmaniyah tidak pernah membukakan halaman-halamannya, bahkan selama Abad Pertengahan, tentang pembunuhan dan kekejaman berskala besar seperti itu".
"Jika Anda ingin membanjiri pertanyaan terkait dengan orang-orang Armenia secara politis, maka Anda harus menyebarkan mereka di provinsi-provinsi Armenia, namun sebarkan lah mereka dengan cara yang manusiawi. Gantung para pengkhianat, bahkan jika ada ribuan dari mereka. Siapa yang akan menghibur orang-orang Rusia yang bersembunyi [dan] para pendukungnya? Tapi berhenti di situ. Anda telah dengan beraninya melenyapkan kehidupan seluruh bangsa, bukan [hanya] keberadaan politik mereka. Keduanya sama-sama jahat dan bodoh. Hati nurani seperti apa yang Anda miliki [sehingga] menerima pemusnahan, di gunung-gunung dan kemudian ke danau-danau, kepada mereka para wanita, anak-anak, serta orang tua yang kalian usir?!"
"Dengan tindakan tersebut, kita telah [menghancurkan] segalanya. Kita telah mencoretkan noda yang tak terhapuskan pada pemerintahan saat ini".—Catatan harian untuk 29 Agustus - 24 September 1915[25]
Presiden Pertama Turki sekaligus Pendiri Republik Turki
Ada banyak perdebatan mengenai apakah Atatürk sepenuhnya sifat sistematis dari pembantaian pada tahun 1915.[26] Menurut David Gaunt dan para sejarawan lainnya, Kemal "terlibat dalam menuntaskan genosida dan pembersihan etnis pada 1919 - 1924 [dan] dia menggunakan retorika anti-Kristen untuk memengaruhi pengikutnya agar mengusir umat Kristiani yang tersisa".[27] Seorang sejarawan bernama Rouben Paul Adalian berpendapat bahwa "Mustafa Kemal menuntaskan apa yang telah dimulai oleh Talat dan Enver pada tahun 1915.[7]
"Sisa-sisa dari Partai Muda Turki ini, yang seharusnya mempertanggungjawabkan kehidupan jutaan rakyat Kristen kita yang diusir secara massal dari rumah mereka dan dibantai, yang juga telah membuat pergolakan di bawah pemerintahan Republik. Mereka sampai sekarang hidup dari penjarahan, perampokan, dan penyusupan, serta tidak mau diberi saran atau ide apa pun agar mendaftar dalam pekerjaan yang bermanfaat dan mencari nafkah dengan keringat di dahi mereka.[28]
"Pembantaian Perang Dunia I terhadap orang-orang Armenia (Ermenilere karşı katliam) [adalah] tindakan yang memalukan (fazahat)".[29][30][31][32]
Perwira angkatan laut Utsmaniyah dan negarawan Rauf Orbay menyebutkan dalam memoarnya ketika berdiskusi dengan James Harbord: "Kemal menggunakan angka 800.000 untuk menggambarkan jumlah korban Armenia. Dia, pada kenyataannya, 'tidak setuju dengan pembantaian Armenia ini' (Ermeni katlini o da takbih ediyordu)".[33]
Syekh dan anggota parlemen UtsmaniyahFaiz El-Ghusein sempat diasingkan ke Diyarbakir karena dia dicurigai mendukung Pemberontakan Arab.[34] Saat berada di Diyarbakir, El-Ghusein menyaksikan pembantaian orang-orang Armenia di dalam dan sekitar wilayah tersebut.[35] El-Ghusein kemudian menuangkan kesaksiannya dalam bukunya yang berjudul Martyred Armenia. Buku ini memberikan laporan dan kesaksian langsung mengenai pembantaian dan mengungkap sifat sistematisnya.[34][36] Laporan tersebut pada mulanya diterbitkan dalam bahasa Arab pada tahun 1916 dengan judul "Pembantaian di Armenia" yang kemudian dialihbahasakan ke dalam bahasa inggris menjadi "Martyred Armenia".[35] Dalam kata pengantar buku tersebut, El-Ghusein menyatakan bahwa "Perang harus berakhir setelah beberapa saat, dan kemudian akan menjadi jelas bagi pembaca buku ini bahwa semua yang saya tulis adalah kebenaran, dan hanya berisi sebagian kecil dari kekejaman yang dilakukan oleh Turki terhadap rakyat Armenia yang malang".[36]
"Seperti mengenai persiapan mereka, bendera, bom, dan sejenisnya, bahkan dengan asumsi ada beberapa kebenaran dalam pernyataan itu, tidak menjadi pembenar dari pemusnahan seluruh orang, pria maupun wanita, orang tua dan anak-anak. Hal ini tidak menjadi pembenar protes terhadap seluruh umat manusia, dan lebih khusus lagi Islam dan seluruh umat Islam, karena mereka tidak mengetahui fakta-fakta yang sebenarnya. [Jika mengetahuinya mereka] dapat menganggap perbuatan ini sebagai fanatisme Muhammad".[36]
"Pemusnahan tampaknya menjadi satu-satunya cara pembebasan, mereka menemukan kesempatan ini di masa perang, dan mereka melanjutkan perbuatan keji ini. Mereka melakukan hal-hal ini secara brutal - perbuatan yang bertentangan dengan hukum Islam itu sendiri".[36]
Gubernur atau Vali di Provinsi Sivas, Dewan Negara dan menteri kabinet di pemerintahan Utsmaniyah.Reşid Akif Paşa memberikan kesaksian penting pada pidatonya di parlemen Utsmaniyah pada 21 November 1918.[37] Pidatonya tersebut menguraikan proses pernyataan resmi yang menggunakan terminologi tidak jelas ketika memerintahkan deportasi hanya untuk diklarifikasi dengan perintah khusus. Perintah khusus tersebut memerintahkan "pembantaian" yang dikirim langsung dari markas besar Komite Persatuan dan Kemajuan, serta seringkali berasal dari kediaman Talat Pasha sendiri.[38]
"Selama beberapa hari saya bertugas di pemerintahan ini, saya telah memelajari beberapa rahasia dan menemukan sesuatu yang menarik. Perintah deportasi dikeluarkan melalui saluran resmi oleh menteri dalam negeri dan dikirim ke provinsi-provinsi. Mengikuti perintah ini Komite Sentral (CUP) menyebarkan perintahnya yang tidak menyenangkan kepada semua pihak untuk mengizinkan kelompok-kelompok itu berada di lapangan yang siap untuk melaksanakan pembantaian mereka yang mengerikan."[38]
"Misi dalam surat edaran tersebut adalah: menyerang konvoi dan membantai penduduk ... Saya malu sebagai seorang Muslim, saya malu sebagai negarawan Utsmaniyah. Betapa menodai marwah Kesultanan Utsmaniyah, orang-orang kriminal ini ..."[39]
^ abThe Armenian Herald (dalam bahasa Inggris). Armenian National Union of America. 1918. hlm. 362.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abcdFà'iz el-Ghusein, Fā 'iz al-Ghusayn (1918). Martyred Armenia (dalam bahasa English). University of Michigan. G.H. Doran.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)