Peter Waldo
Peter Waldo, Valdo, Valdes, atau Waldes (ca 1140 – ca 1205), juga Pierre Vaudès atau de Vaux, dipandang sebagai pendiri gerakan Waldens, suatu gerakan spiritual Kristen yang timbul pada Abad Pertengahan. Dikatakan bahwa para pengikutnya secara berangsur-angsur bergabung dengan kelompok Protestan regional lainnya di Eropa, dan keturunan mereka tetap melanjutkannya di sejumlah wilayah Eropa selatan. Bagaimanapun, Eberhard de Béthune mengajukan bukti yang menurutnya memperlihatkan bahwa nama Waldens telah ada dalam dokumen-dokumen tahun 1170, bertarikh lebih dari 10 tahun sebelum tahun-tahun utama aktivisme Waldo. Rahib Bernard de Foncald menulis tentang para penganut bidah yang dikenal sebagai "Valdensis", yang dikecam pada masa kepemimpinan Paus Lusius II tahun 1144, beberapa dasawarsa sebelum Peter Waldo. Sumber-sumber kutipan yang masih terlestarikan mendokumentasikan bahwa nama Valdenses telah digunakan untuk menyebut kelompok-kelompok religius sebelum masa Peter Waldo. BiografiSebagian besar rincian kehidupan Waldo tidak diketahui. Sumber-sumber yang masih terlestarikan menceritakan bahwa ia adalah seorang pedagang pakaian dari Lyon dan seorang pria yang relatif terpelajar. Beberapa waktu sebelum tahun 1160, ia terilhami oleh serangkaian peristiwa, pertama, setelah mendengar khotbah tentang kehidupan St. Aleksius, kedua, penolakan terhadap ajaran transubstansiasi bilamana penolaknya dianggap patut diganjar hukuman mati, ketiga, kemangkatan seorang temannya secara mendadak pada saat makan malam.[1][2][3] Sejak saat itu ia mulai menjalani suatu kehidupan Kristen yang dipandang radikal, memberikan properti miliknya kepada istrinya, sementara sisa harta miliknya ia bagi-bagikan sebagai derma kepada kaum miskin. Kira-kira sekitar periode waktu tersebut Waldo mulai berkhotbah dan mengajar di muka publik, berdasarkan pada gagasan-gagasannya seputar kesederhanaan dan kemiskinan, khususnya ajaran bahwa "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan ... kepada Allah dan kepada Mamon." Ia mengecam apa yang dianggapnya sebagai ekses-ekses kepausan dan dogma-dogma Katolik, termasuk purgatorium dan transubstansiasi. Menurutnya, dogma-dogma tersebut adalah "pelacur" dari Kitab Wahyu.[4] Pada tahun 1170, Waldo berhasil menghimpun sejumlah besar pengikut, menyebutnya sebagai Kaum Miskin dari Lyon, Kaum Miskin dari Lombardia, ataupun Kaum Miskin dari Allah. Mereka menyebarluaskan ajaran-ajaran mereka sembari menempuh perjalanan sebagai penjaja atau pendagang keliling.[5] Mereka sering disebut sebagai kaum Waldensian (atau Waldens), berbeda dengan kaum Albigens atau Katar. Gerakan Waldensian dicirikan bermula dari pewartaan awam, hidup dalam kemiskinan secara sukarela, dan apa yang mereka anggap sebagai ketaatan ketat pada Alkitab. Antara tahun 1175-1185, dikatakan bahwa Waldo menugaskan seorang klerikus dari Lyon untuk menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Arpitan (Franco-Provençal), bahasa ibu mereka yang tinggal di sana, atau mungkin juga ia sendiri terlibat dalam penerjemahannya. Terlepas dari sumber terjemahan yang digunakan, ia dipandang berjasa memberikan Eropa terjemahan pertama Alkitab dalam suatu bahasa modern selain bahasa Latin.[6] Pada tahun 1179, Waldo dan salah seorang muridnya pergi ke Roma, tempat mereka disambut oleh Paus Aleksander III dan Kuria Roma. Mereka diminta menjelaskan iman mereka di hadapan suatu panel yang terdiri dari tiga klerikus, meliputi isu-isu yang saat itu menjadi sumber perbedaan pendapat di dalam Gereja, seperti Injil dalam Vulgata atau bahasa setempat dan kemiskinan secara sukarela. Pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesimpulan tertentu. Gagasan-gagasan Waldo, namun bukan gerakan itu sendiri, dikecam dalam Konsili Lateran III pada tahun yang sama. Ketika itu para pemimpin gerakan Waldensian belum diekskomunikasi. Waldo dan para pengikutnya diusir dari Lyon lalu menetap di lembah-lembah Piemonte, Italia, dan di Luberon, Prancis, karena mereka tetap bertahan dalam pencarian Kekristenan berdasarkan Perjanjian Baru menurut pandangan mereka. Waldo kemudian diekskomunikasi oleh Paus Lusius III pada sinode yang berlangsung di Verona pada tahun 1184. Doktrin yang dianut Kaum Miskin dari Lyon kembali dikecam oleh Konsili Lateran IV pada tahun 1215, tempat kelompok mereka disebutkan namanya untuk kali pertama, dan menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang mereka anut adalah bidah. Karena mengkhawatirkan penindasan dari Gereja, para pengikut Waldo melarikan diri ke daerah pegunungan di Italia utara.[7] Kalangan Katolik mulai melakukan penindasan terhadap kaum Waldensian, 80 orang diadili dan dijatuhi hukuman mati di Prancis. Setelah peristiwa itu, kaum Waldensian menjadi kritis terhadap keyakinan Katolik. Mereka akhirnya bergabung dengan berbagai jemaat Protestan yang terbentuk pada akhir abad ke-16.[8] Dikatakan bahwa, berabad-abad setelah wafatnya Waldo, gerakan yang ia prakarsai tersebut berafiliasi dengan cabang Reformed dari Reformasi Protestan. Referensi
Bacaan lanjutan
Pranala luar |