Persema merupakan klub eks Perserikatan yang berdiri pada 1950.
Persema tercatat 20 Juni 1953 sebagai tanggal berdirinya, tetapi tampaknya itu tidak benar, namanya sudah tercatat, ketika tampil pada Kejuaraan yang diselenggarakan oleh PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) untuk menggantikan sementara PSSI yang masih vakum, di kualifikasi Regional Jawa Timur, pada 29 Juli 1950 di Stadion Tambaksari Surabaya, saat itu Persema harus mengakui kekalahan dengan Persibaja (sekarang Persebaya) dengan skor akhir 3-0. Satu tahun kemudian, Persema sudah terdata tampil berlaga pada Kejurnas PSSI kualifikasi Regional Jawa Timur musim 1951. Yang tergabung di grup rajon B bersama Persibaja, Probolinggo, & Bangil, skor yang diketahui yaitu menang melawan Probolinggo dengan skor 3-1 (7 Juli 1951) dan kalah dengan Persibaja 0-2 (22 Juli 1951), saat itu Persema gagal lolos ke putaran nasional mewakili Jawa Timur. Setelah ditaklukkan Persibaja pada laga ulangan di Surabaya. Dengan skor 1-4, pada 30 September 1951.[1][2]
Cikal bakal Persema Malang, yang pernah memiliki gelandang Tim nasional sepak bola Indonesia era 1952-1961, Kho Thiam Gwan, sejatinya sudah ada sejak terbentuknya semacam federasi sepak bola lokal (askab/askot saat ini). Yaitu MVB (Malangsche Voetbal Bond) didirikan pada 7 Agustus 1922 (sebuah federasi sebelumnya dengan nama yang sama telah didirikan pada tahun 1917 dengan empat klub anggota, termasuk satu klub Cina, menyelenggarakan liga pada tahun yang sama (single round robin) dan meminta keanggotaan NIVB pada Mei 1919, tetapi tidak disetujui. setelah itu berafiliasi dengan NIVB pada tahun 1926 (di mana tahun itu stadion pertama di Hindia Belanda dibuka di Malang juga, pada 2 Agustus 1926) dan mengalahkan dua federasi pemberontak lokal, keduanya disebut Unitas Voetbal Bond (yang pertama didirikan dan dibubarkan pada tahun 1926, yang kedua berlangsung dari tahun 1928 hingga 1929), tetapi dibubarkan pada tahun 1933 dan digantikan oleh VMO (Voetbalbond Malang en Omstreken). Setahun kemudian, tiga klub lokal mundur dari VMO dan membentuk OJVB (Oost Java Voetbal Bond). Semua klub bersatu kembali di bawah MVU (Malangsche Voetbal Unie), yang didirikan pada 11 Juli 1935.
MVU (yang didirikan kembali pada 23 September 1948) diubah namanya menjadi MVU/PSM pada akhir tahun 1949.[2]
Pada tahun 1933, insan sepak bola pribumi di Malang, juga tak tinggal diam. Mereka mendirikan federasi sendiri. Yakni PSIM (Persatoean Sepakbola Indonesia Malang) atau dalam bahasa Belandanya disebut DIIV (Districselftal van den Inlandschen Voetbalbond).[2] PSIM kemudian berganti nama menjadi PST (Persatoean Sepakbola Toemapel) pada 8 Oktober 1934. PST saat itu, sudah berafiliasi dengan PSSI. Bahkan pada 8 Oktober 1934 itu juga, melalui tujuh pionir pentingnya dengan susunan pengurusnya adalah: Ketua R Soedarno; Sekretaris 1 R. Abdoel Rachman; Sekretaris 2 R. Soewarno; Bendahara R. Soedomo dan komisioner R. Koesno, Takim dan Soekaswati., membentuk kepengurusan pertama. Pada Kongres PSSI tahun 1934, bersama 12 bond lainnya, menjadi kekuatan utama PSSI, melawan arogansi dan kesewenang-wenangan NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie). Yang merupakan PSSI atau federasi sepak bola bentukan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Bond Malang hadir di Kongres PSSI 1934 di Surakarta. Bersama lima bond baru lainnya. Yaitu PPSM Magelang, PSISa Salatiga, VIT Tegal (Persekat Tegal?), PSTS Tasikmalaja (Persitas Tasikmalaya?) dan PSIS Semarang. Pada bulan Juni 1938, PST mengutus bendahara R. Soedomo dan sejumlah komisaris untuk mengikuti Kongres PSSI di Solo. Ketika itu PSSI memutuskan untuk membatalkan perjanjian kerjasamanya dengan NIVU. Perjalanan PST kemudian tidak banyak diberitakan, kecuali permintaan mereka pada Dewan Kota untuk menggunakan stadion, bergantian dengan MVU, Setelah itu
Pada Mei 1939, PSSI memiliki dua puluh federasi anggota; Nama PST sudah tidak ada, namun Bond Malang tercatat menjadi anggota PSSI dengan nama PERSIM (Persatoean Sepak bola Indonesia Malang).[2][3][4][5]
Mundur dari Liga Super dan bergabung ke Liga Primer
Pada tahun 2011, Persema menyatakan keluar dari Liga Super Indonesia, kompetisi tertinggi yang diselenggarakan PSSI, dan bergabung dengan Liga Primer Indonesia.[6][7] Persema bergeming meski PSSI mengancam menjatuhkan hukuman yang berat.[8][9][10] Bahkan pemain bintang mereka Irfan Bachdim dan Kim Jeffrey Kurniawan terancam meninggalkan Persema karena ancaman tidak dapat memperkuat timnas[11][12], meski akhirnya tidak menjadi kenyataan karena keduanya memilih berkomitmen dengan Persema dengan menandatangani kontrak selama tiga tahun[13][14], dan hak memperkuat timnas dijamin oleh Menpora.[15] Persema beralasan kepindahan mereka disebabkan mereka sering diteror oleh PSSI[16]
Vakum & Bangkit
Pada tahun 2013, Persema Malang dibubarkan karena belum ada kepastian sanksi dari Komisi Banding PSSI (setelah PSSI kepengurusan baru).
Tahun 2013 Askot Malang mendirikan Persema 53 dan kembali berkompetisi di Liga Nusantara sampai 2018.
Tahun 2017 Persema mendapat pemutihan dari PSSI
Persema Malang kembali bisa berkompetisi di Liga 3 Jatim.
Liga 3 Jatim 2018 di ikuti dua nama Persema yaitu Persema & Persema 53.
Pada 1 Maret 2019, Persema & Persema 53 merger dan diserahkan kepada Askot PSSI Kota Malang dari pengelola lama era 2010-2018. Dan kembali bernama Persema Malang.
Tahun 2020 Persema Malang di lepas oleh dana APBD/APBK dan mendirikan perusahaan baru bernama PT. Singosari Sakti Persema.