Perang Kemerdekaan Turki
Perang Kemerdekaan Turki[4][5][6] (bahasa Turki: Kurtuluş Savaşı atau İstiklâl Harbi) adalah peristiwa militer dan politik setelah ditaklukannya Kekaisaran Ottoman dan Blok Sentral Perang Dunia I dan pendudukan Sekutu terhadap teritori Kekaisaran Ottoman. Perlawanan terhadap sekutu dilakukan oleh Gerakan Nasional Turki yang berpusat di Anatolia. Gerakan ini berakhir dengan didirikannya Republik Turki. Setelah Gencatan Senjata Mudros (30 Oktober 1918), pendudukan Istanbul (13 November 1918) pemerintahan Ottoman di Istanbul berada di bawah kekuasaan Sekutu yang dipimpin oleh Inggris. Bagian selatan dan timur Ottoman di Anatolia direbut. Pasukan Yunani merebut İzmir (21 Mei 1919) dan menduduki Anatolia Barat. Deklarasi Konferensi Perdamaian Paris 1919 (21 Januari 1920) diikuti dengan Perjanjian Sèvres (Agustus 1920) yang menyerahkan seluruh teritori Ottoman di Balkan dan Semenanjung Arab kepada Sekutu. Usaha pergerakan nasionalis di Anatolia tengah mencapai puncak dengan pembentukan Dewan Nasional Turki di Ankara. Turki berhasil memobilisasikan sumbernya di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atatürk, memukul mundur tentara pendudukan Yunani, Inggris, Prancis dan Italia dan menggagalkan Perjanjian Sèvres. Hasil ini diakui melalui Perjanjian Lausanne pada Juli 1923, meninggalkan Anatolia dan Thrace Timur untuk membentuk negaranya sendiri. Republik Turki dideklarasikan pada Oktober 1923, dengan Ankara sebagai ibu kotanya. Referensi
|