Pengiriman serum ke Nome 1925Pengiriman serum ke Nome 1925, disebut juga Great Race of Mercy, adalah pengiriman antitoksin difteri oleh estafet kereta salju anjing melintasi wilayah Alaska, Amerika Serikat, oleh 20 pemacu dan sekitar 150 anjing penarik sejauh 674 mil (1.085 km) dalam selama lima setengah hari. Mereka menyelamatkan kota kecil bernama Nome dan beberapa permukiman di sekitarnya dari wabah penyakit. Para pemacu dan anjing-anjingnya digambarkan sebagai pahlawan dalam siaran radio dan surat kabar di seluruh Amerika Serikat. Balto, anjing penarik terdepan dalam estafet terakhir ke Nome, menjadi hewan paling terkenal kala itu bersama Rin Tin Tin. Patungnya menjadi tempat wisata populer di Central Park, New York City, dan Anchorage, Alaska. Kenyataannya, Togo mengarungi rute terjauh sepanjang 260 mil, sedangkan Balto hanya memacu sepanjang 55 mil. Berita ini turut membantu merintis kampanye vaksinasi di Amerika Serikat yang dengan cepat meredam ancaman penyakit tersebut. Kereta salju anjing adalah moda transportasi dan komunikasi utama di permukiman subarktik di seluruh dunia. Pengiriman serum ini menjadi aksi besar-besaran terakhir dan paling terkenal dalam sejarah mushing. Penemuan pesawat terbang tahun 1930-an dan mobil salju tahun 1960-an hampir melenyapkan kereta salju anjing. Kebangkitan kembali mushing di Alaska pada tahun 1970-an dipicu oleh populernya Iditarod Trail Sled Dog Race yang mengenang sejarah balap kereta salju anjing. Letak dan geografiNome terletak kurang lebih 2 derajat di bawah Lingkar Arktik. Meski jumlah penduduknya sangat menyusut dari 20.000 jiwa pada masa demam emas awal abad ke-20, Nome masih menjadi kota terbesar di Alaska utara pada tahun 1925 dan dihuni oleh 455 Pribumi Alaska dan 975 pemukim keturunan Eropa.[1] Pada bulan November sampai Juli, pelabuhan di pesisir selatan Semenanjung Seward di Laut Bering tertutup es dan tidak bisa diakses kapal uap. Satu-satunya jalan yang menghubungkan kota ini dengan seluruh dunia pada musim dingin adalah Iditarod Trail yang membentang sejauh 938 mil (1.510 km) dari pelabuhan Seward di selatan, melintasi beberapa pegunungan dan Pedalaman Alaska yang sangat luas, sampai Nome. Moda pengangkutan surat dan pasokan penting utama pada tahun 1925 adalah kereta salju anjing. Namun, dalam kurun sepuluh tahun selanjutnya, pesawat terbang liar menjadi moda transportasi utama pada musim dingin. Surat dari luar Wilayah Alaska dikirim dengan kereta api sejauh 420 mil (680 km) dari pelabuhan air hangat Seward ke Nenana, kemudian diangkut dengan kereta salju anjing sejauh 674 mil (1.085 km) dari Nenana ke Nome. Waktu tempuh normalnya mencapai 25 hari. Wabah dan permintaan bantuanPada musim dingin 1924–25, satu-satunya dokter di Nome, kota berpenduduk kurang dari 2.000 jiwa, dan permukiman-permukiman sekitarnya adalah Curtis Welch. Ia dibantu oleh empat perawat di Maynard Columbus Hospital berkapasitas 25 kamar.[2] Beberapa bulan sebelumnya,[3] Welch memesan antitoksin difteri tambahan setelah mengetahui bahwa stok rumah sakit sudah habis. Akan tetapi, pelabuhan tutup menjelang musim dingin sebelum paketnya tiba[4][3] sehingga ia perlu menunggu sampai musim semi untuk memesan lagi.[5] Pada Desember 1924, beberapa hari setelah kapal terakhir meninggalkan pelabuhan, Welch merawat sejumlah anak yang awalnya didiagnosis mengalami radang tenggorokan atau tonsilitis. Ia tidak mencurigai difteri karena penyakit ini sangat mudah menular dan gejala-gejalanya pasti dialami oleh anggota keluarganya atau orang lain di kota itu.[4] Dalam kurun beberapa pekan berikutnya, jumlah kasus tonsilitis meningkat dan empat anak meninggal dunia (ia tidak bisa melakukan autopsi). Welch pun semakin yakin bahwa mereka mengidap difteri.[6] Pada pertengahan Januari 1925, Welch secara resmi mendiagnosis kasus difteri pertama pada seorang anak laki-laki berusia tiga tahun yang meninggal dunia dua pekan setelah jatuh sakit.[4] Keesokan harinya, ketika seorang anak perempuan berusia tujuh tahun mengalami gejala difteri serupa, Welch berusaha menyuntikkan antitoksin kedaluwarsa untuk mempelajari kemanjurannya, tetapi anak tersebut meninggal dunia beberapa jam kemudian.[7] Setelah menyadari bahwa wabah akan merebak, pada malam itu juga, Welch menelepon Wali Kota George Maynard untuk mengadakan rapat darurat dewan kota.[8] Dewan langsung memutuskan agar karantina dilaksanakn. Keesokan harinya, pada tanggal 22 Januari 1925, Welch mengirim telegram radio berisi peringatan bahaya kesehatan masyarakat ke semua kota besar di Alaska. Ia juga mengirim permintaan bantuan ke U.S. Public Health Service di Washington, D.C..[4] Isi pesannya ke Public Health Service sebagai berikut:
Meski sudah dikarantina, lebih dari 20 kasus difteri telah tercatat dan sedikitnya ada 50 kasus berisiko tinggi pada akhir Januari. Tanpa antitoksin, mereka memperkirakan bahwa tingkat kematian di kawasan sekitar yang berpenduduk 10.000 jiwa bisa mencapai 100 persen.[4] Wabah influenza sebelumnya, "Flu Spanyol", telah menerjang daerah ini pada tahun 1918 dan 1919 dan menewaskan sekitar 50 persen penduduk pribumi Nome dan 8 persen penduduk pribumi Alaska. Lebih dari 1.000 orang tewas di Alaska barat laut dan 2.000 orang tewas di seluruh negara bagian Alaska.[3] Sebagian besar korban jiwa adalah Pribumi Alaska yang belum kebal dengan dua jenis penyakit ini.[9] SolusiDalam rapat pengawas dewan kesehatan tanggal 2 Januari, Mark Summers dari Hammon Consolidated Gold Fields mengusulkan estafet kereta salju anjing yang dibagi menjadi dua tim cepat. Tim pertama berangkat di Nenana dan satu lagi di Nome. Mereka kemudian bertemu di Nulato. Perjalanan dari Nulato ke Nome biasanya memakan 30 hari, tetapi rekornya sembilan hari.[2] Welch memperkirakan bahwa serum ini hanya bisa bertahan selama enam hari di tengah cuaca buruk.[2] Karyawan Summers, seorang warga Norwegia bernama Leonhard Seppala, dipilih sebagai pemimpin perjalanan pulang pergi sejauh 630 mil (1.014 km) dari Nome ke Nulato dan kembali ke Nome. Ia pernah pergi dari Nome ke Nulato selama empat hari saja, tiga kali memenangi All-Alaska Sweepstakes, dan menjadi sosok legendaris karena kemampuan atletiknya dan keakrabannya dengan anjing husky Siberia. Anjing terdepannya, Togo yang berusia 12 tahun,[3] juga dikenal atas sifat kepemimpinan, kecerdasan, dan kemampuannya mengenali bahaya. Wali Kota Maynard mengusulkan pengiriman antitoksin menggunakan pesawat terbang. Pada bulan Februari 1924, penerbangan musim dingin pertama di Alaska dilakukan antara Fairbanks dan McGrath oleh Carl Eielson. Ia menerbangkan De Havilland DH-4 milik Kantor Pos Amerika Serikat dalam 8 penerbangan uji coba. Penerbangan terpanjangnya hanya sejauh 260 mil (420 km) dan suhu terendah yang pernah dilewatinya hanya −10 °F (−23 °C). Ia pun memerlukan baju musim dingin yang sangat banyak sampai-sampai pesawatnya hampir tidak bisa diterbangkan dan pernah beberapa kali mengalami pendaratan jatuh. Pesawat yang beroperasi di seluruh Alaska tahun 1925 adalah tiga pesawat sayap ganda Standard J usang milik perusahaan Fairbanks Airplane pimpinan Bennet Rodebaugh (kelak berganti nama menjadi Wien Air Alaska). Pesawat ini dibongkar saat musim dingin, memiliki kokpit terbuka, dan digerakkan mesin berpendingin air yang tidak bisa diandalkan di tengah cuaca dingin. Karena kedua pilotnya berada di daratan utama Amerika Serikat, Delegasi Alaska Dan Sutherland mendapat izin untuk mengerahkan seorang pilot tak berpengalaman, Roy Darling. Meski peluang waktu tempuhnya lebih cepat, dewan kesehatan menolak opsi tersebut dan menyetujui estafet kereta salju anjing dengan suara bulat. Seppala diberitahu malam itu juga dan langsung bersiap-siap dalam rangka perjalanan jauh ini. Dinas Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat telah mencadangkan 1,1 juta ampul serum di berbagai rumah sakit di Pesisir Barat yang dapat dikirim ke Seattle, lalu diangkut ke Alaska.[2] Alameda adalah kapal selanjutnya yang berada di utara dan baru tiba di Seattle pada 31 Januari. Kapal ini perlu berlayar selama 6 sampai 7 hari ke Seward. Pada tanggal 26 Januari, 300.000 ampul ditemukan tersimpan di Anchorage Railroad Hospital ketika kepala dokter bedah, John Beeson, mendengar kabar tentang permintaan serum tersebut.[2] Ribuan ampul ini dibungkus tabung kaca, lalu dibungkus selimut tebal, dan akhirnya dibungkus tabung logam berbobot kurang lebih 9 kg.[2][3] Atas perintah Gubernur Scott Bone, pasokan ini dipak dan diserahkan ke Frank Knight yang tiba di Nenana tanggal 27 Januari. Meski tidak cukup untuk melawan wabah, 300.000 ampul tersebut cukup untuk mengulur waktu sampai paket yang lebih besar tiba. Suhu di Pedalaman Alaska mencapai titik terendah dalam 20 tahun karena sistem angin bertekanan tinggi dari Arktik. Suhu di Fairbanks mencapai −50 °F (−46 °C). Sistem angin kedua menerjang Tanjung Alaska. Angin berkecepatan 25 mph (40 km/h) meniupkan salju setebal 10-kaki (3,05 m). Pelayaran tidak mungkin dilakukan. Hampir tidak ada moda transportasi yang beroperasi di Pedalaman Alaska. Selain itu, jam terbang siang menjadi terbatas karena malam kutub. Ketika paket serum pertama sedang diantar ke Nenana, Gubernur Bone memberi persetujuan akhir untuk rencana estafet anjing, kemudian memerintahkan Edward Wetzler, Inspektur Kantor Pos Amerika Serikat, untuk menyiapkan estafet pemacu dan anjing terbaik untuk melintasi Pedalaman Alaska. Mereka akan bepergian siang dan malam sampai paketnya diserahkan ke Seppala di Nulato. Keputusan ini sangat mengecewakan William Fentress "Wrong Font" Thompson, penerbit Fairbanks Daily News-Miner dan pendukung pesawat terbang, yang sudah menyiapkan pilot dan pesawat. Ia pun menulis editorial pedas di surat kabarnya. EstafetRute pos dari Nenana ke Nome berjarak total 674 mil (1.085 km). Rute ini melintasi Pedalaman Alaska gersang, lalu menyusuri Sungai Tanana sejauh or 137 mil (220 km) sampai desa Tanana di percabangan dengan Sungai Yukon, kemudian mengikuti pegunungan Yukon sejauh 230 mil (370 km) sampai Kaltag. Rute ini kemudian mengarah ke barat sejauh 90 mil (140 km) melintasi Kaltag Portage sampai Unalakleet di pesisir Teluk Norton. Rute ini berlanjut sejauh 208 mil (335 km) ke barat laut mengitari pesisir selatan Semenanjung Seward yang rawan angin kencang dan hujan salju, termasuk bentang sejauh 42 mil (68 km) di atas es Laut Bering yang tidak stabil. Wetzler menghubungi Tom Parson, agen Northern Commercial Company, yang dikontrak untuk mengirim surat antara Fairbanks dan Unalakleet. Telepon dan telegram memaksa mereka kembali ke tempat istirahat yang sudah ditentukan. Pegawai pos adalah sosok yang sangat dihormati di daerah itu sekaligus pemacu anjing terbaik di Alaska. Sebagian besar pemacu estafet di Pedalaman Alaska adalah suku pribumi Athabaskan, keturunan langsung para pemacu anjing pertama. Pemacu pertama dalam estafet ini adalah "Wild Bill" Shannon. Ia menerima paket berbobot 20 pon (9,1 kg) di stasiun kereta Nenana tanggal 27 Januari pukul 21:00 AKST pada malam hari. Meski suhunya −50 °F (−46 °C), Shannon langsung berangkat bersama 11 anjing tak berpengalaman yang dipimpin Blackie. Suhu udara terus menurun sehingga tim terpaksa melewati lapisan es yang lebih dingin di atas sungai karena rute aslinya dirusak oleh kuda. Walaupun Shannon berlari di samping kereta salju demi menjaga suhu tubuhnya, ia tetap diterpa hipotermia. Ia tiba di Minto pukul 03:00. Sebagian wajahnya hitam akibat radang dingin.[2] Suhu saat itu −62 °F (−52 °C). Usai menghangatkan serum dengan api dan beristirahat selama empat jam, Shannon melepas tiga anjing dan berangkat dengan delapan anjing sisanya. Tiga anjing mati tidak lama setelah Shannon kembali untuk menjemput mereka. Anjing keempat mungkin juga mati. Kedatangan di MintoEdgar Kalland, separuh berdarah pribumi Athabaska, tiba di Minto pada malam sebelumnya dan dikirim kembali ke Tolovana. Ia pergi sejauh 70 mi (110 km) sehari sebelum estafet. Shannon dan timnya tiba dalam keadaan sakit pada pukul 11:00 dan menyerahkan serum. Usai menghangatkan serum di tempat istirahat, Kalland berangkat melewati hutan. Suhu naik hingga −56 °F (−49 °C). Menurut sebuah laporan, pemilik tempat istirahat di Manley Hot Springs perlu menyiram tangan Kalland supaya tidak menempel dengan gagang kereta ketika ia tiba pukul 16:00.[butuh rujukan] Tidak ada kasus difteri baru pada 28 Januari, tetapi dua kasus baru didiagnosis pada 29 Januari. Karantina dipatuhi, tetapi tidak efektif karena tidak ada alat diagnosis dan virusnya cepat menyebar. Stok serum kembali ditemukan di sekitar Juneau pada hari yang sama. Meski jumlah pastinya tidak diketahui, jumlah berdasarkan bobotnya diperkirakan kurang lebih 125.000 ampul, cukup untuk menangani 4 sampai 6 pasien. Krisis ini mulai diangkat di berbagai surat kabar di San Francisco, Cleveland, Washington D.C., dan New York, kemudian menyebar lewat teknologi radio yang saat itu semakin populer. Sistem badai dari Alaska menerjang daratan utama Amerika Serikat, menjatuhkan suhu di New York sampai angka terendah, dan membuat Sungai Hudson beku. Korban tewas kelima jatuh pada tanggal 30 Januari. Maynard dan Sutherland kembali mengusulkan pengiriman serum tersisa menggunakan pesawat. Usulan-usulan ini meliputi penerbangan pesawat besar sejauh 2.000 mil (3.200 km) dari Seattle ke Nome, pengiriman pesawat ke pinggir es laut menggunakan kapal Angkatan Laut dan menurunkannya, serta rencana awal berupa pengiriman serum menggunakan pesawat dari Fairbanks. Meskipun mendapat sorotan di seluruh Amerika Serikat, dukungan dari beberapa kementerian[butuh rujukan] dan petualang Arktik Roald Amundsen, rencana ini ditolak oleh sejumlah pilot berpengalaman, Angkatan Laut, dan Gubernur Bone.[10] Editorial Thompson pun semakin tajam mencerca pihak-pihak yang menolak rencana itu. Sebagai tanggapan, Bone memutuskan mempercepat estafet dan mengizinkan pengerahan pemacu tambahan untuk rute estafet Seppala supaya serum bisa bergerak tanpa henti. Seppala masih ditugaskan untuk melaju di rute paling berbahaya, jalan pintas melintasi Teluk Norton, tetapi kabel telepon dan telegraf tidak tersambung ke desa-desa kecil yang ia lewati. Tidak ada cara untuk memberitahu Seppala agar menunggu di Shaktoolik. Rencana ini bergantung pada pemacu dari utara yang bertemu Seppala di tengah rute. Summers menyiapkan beberapa pemacu untuk rute terakhir, termasuk kolega Seppala, Gunnar Kaasen. Dari Manley Hot Springs, serum diserahkan ke rata-rata pemacu pribumi Athabaskan. George Nollner kemudian menyerahkannya ke Charlie Evans di Bishop Mountain pada tanggal 30 Januari pukul 03:00. Suhu sedikit menghangat, tetapi setelah mencapai −62 °F (−52 °C), suhu kembali jatuh. Evans bergantung pada anjing-anjing terdepannya saat bergerak melintasi kabut es di tengah Sungai Koyukuk yang meluap dan membanjiri es. Ia lupa menutupi selangkangan dua anjing ras campuran bulu pendek di depan dengan kulit kelinci. Keduanya jatuh akibat radang dingin. Evans kemudian menarik sendiri kereta saljunya. Ia tiba pukul 10:00; kedua anjing tersebut mati. Tommy Patsy berangkat setengah jam kemudian. Serum ini kemudian dibawa melewati Kaltag Portage oleh Jack Nicolai alias "Jackscrew" dan seorang penduduk pribumi Alaska, Victor Anagick, yang menyerahkannya ke sesama penduduk pribumi Alaska, Myles Gonangnan, di pesisir Teluk Norton di Unalakleet pada tanggal 31 Januari pukul 05:00. Gonangnan melihat tanda-tanda badai dan memutuskan tidak mengambil jalan pintas melintasi lapisan es di teluk. Ia berangkat pukul 05:30. Saat ia melintasi perbukitan, "putaran awan salju yang lewat di antara kaki dan di bawah perut anjing membuat mereka tampak seperti sedang mengarungi sungai deras."[11] Kabut putih mereda saat ia tiba di pesisir, dan angin badai menurunkan suhu angin hingga −70 °F (−57 °C). Pada pukul 15:00, ia tiba di Shaktoolik. Seppala tidak berada di sana, tetapi Henry Ivanoff menunggu untuk jaga-jaga. Pada tanggal 30 Januari, jumlah kasus di Nome sudah mencapai 27 dan stok antitoksinnya habis. Menurut seorang wartawan yang tinggal di Nome, "Satu-satunya harapan [kita] adalah [tim] anjing beserta para pemacunya yang berani... Nome sudah seperti kota mati."[12] Setelah mempelajari laporan perjalanan Gonangnan tanggal 31 Januari, Welch memperkirakan serum ini akan tiba di sana bulan Februari. Rute di Teluk NortonLeonhard Seppala bersama tim kereta salju anjing yang dipimpin Togo meluncur sejauh 91 mil (146 km) dari Nome pada tanggal 27 Januari sampai 31 Januari ke arah badai. Mereka mengambil jalan pintas melintasi Teluk Norton dan berbelok ke Shaktoolik. Suhu di Nome relatif hangat, yaitu −20 °F (−29 °C), tetapi suhu di Shaktoolik diperkirakan mencapai −30 °F (−34 °C). Angin badai menurunkan suhu angin sampai −85 °F (−65 °C). Togo bergerak sejauh 350 mil. Tim Henry Ivanoff menabrak seekor rusa dan terhambat tidak jauh dari Shaktoolik. Seppala yakin bahwa ia masih perlu bergerak sejauh lebih dari 100 mil (160 km) dan berusaha keluar dari Teluk Norton sebelum badai menerjang. Ia berpapasan dengan tim ketika Ivanoff berteriak, "Serumnya! Serumnya! Ada di sini!"[13] Seiring datangnya kabar tentang memburuknya wabah, Seppala memutuskan maju menerjang badai dan melintasi es terbuka di Teluk Norton setelah tiba di Ungalik pada malam hari. Suhu diperkirakan mencapai −30 °F (−34 °C), tetapi suhu angin dan angin badainya mencapai −85 °F (−65 °C). Togo memimpin tim meluncur lurus di tengah malam dan tiba di tempat istirahat di Isaac's Point di seberang pada pukul 20:00. Dalam satu hari, mereka telah bepergian sejauh 84 mi (135 km) dengan kecepatan rata-rata 8 mph (13 km/h). Tim memutuskan beristirahat dan berangkat pukul 02:00 di tengah badai. Pada malam hari, suhu turun hingga −40 °F (−40 °C) dengan angin yang semakin kencang (sekitar 65 mph (105 km/h)). Tim berlari melintasi es sambil menyusuri pesisir. Mereka kembali ke pesisir untuk menyeberangi Pegunungan McKinley Kecil setinggi 5.000 kaki (1.500 m). Setelah tiba di tempat istirahat di Golovin, Seppala menyerahkan serum ke Charlie Olsen pada tanggal 1 Februari pukul 15:00. Tanggal 1 Februari, jumlah kasus di Nome naik menjadi 28. Serum yang diantar cukup untuk 30 orang. Di tengah badai salju kencang dan angin berkecepatan 80 mph (130 km/h), Welch memerintahkan estafet dihentikan sampai badai reda. Alasannya, penundaan lebih baik daripada kehilangan serum. Mereka meninggalkan pesan di Solomon dan Point Safety sebelum listrik padam. Olsen melenceng dari rute dan tangannya mengalami radang dingin parah saat mengenakan selimut pada anjingnya. Suhu angin mencapai −70 °F (−57 °C). Ia tiba di Bluff tanggal 1 Februari pukul 19:00 dalam keadaan sakit. Gunnar Kaasen menunggu badai reda sampai pukul 22:00, tetapi badainya semakin parah dan timbunan salju akan menutupi rute. Ia memutuskan berangkat melawan arah angin. Kaasen meluncur sepanjang malam melintasi tumpukan salju dan luapan sungai di Pegunungan Topkok setinggi 600-kaki (183 m). Balto memimpin tim melintasi kabut salju yang sangat tebal sampai-sampai Kaasen tidak selalu bisa mengawasi anjing yang paling dekat dengan dirinya. Ia kemudian sadar bahwa ia sudah berada dua mil (3 km) di depan Solomon dan memutuskan untuk lanjut. Angin di luar Solomon sangat kencang sehingga kereta saljunya terbalik. Ia hampir kehilangan tabung berisi serum ketika tabungnya jatuh dan terkubur salju. Ia terkena radang dingin ketika ia berusaha mencari tabung di dalam salju tanpa sarung tangan. Kaasen tiba di Point Safety lebih awal pada tanggal 2 Februari pukul 03:00. Ed Rohn percaya bahwa Kassen dan tim estafetnya terhambat di Solomon, jadi ia tidur. Karena cuacanya membaik, tim Rohn perlu waktu untuk bersiap. Balto dan anjing-anjing lainnya tidak mengalami masalah. Kaasen melaju sejauh 25 mil (40 km) ke Nome dan tiba di Front Street pukul 05:30. Tak satu ampul pun yang rusak. Antitoksinnya kemudian dihangatkan dan siap dipakai pada siang hari. Tim ini bersama-sama mengarungi jarak sejauh 674 mil (1.085 km) dalam waktu 127,5 jam, rekor dunia saat itu, dalam suhu di bawah nol di tengah cuaca yang mendekati badai salju dan angin badai. Sejumlah anjing mati di tengah perjalanan. Estafet keduaMargaret Curran dari tempat istirahat Solomon terinfeksi difteri. Berbagai pihak khawatir wabah akan menyebar dari pemilik tempat istirahat ke permukiman sekitarnya. 1,1 juta ampul dipasok dari Seattle pada 31 Januari dan baru diantar menggunakan kereta salju anjing pada 8 Februari. Welch meminta separuh serum dikirim dengan pesawat dari Fairbanks. Ia menghubungi Thompson dan Sutherland. Darling melakukan penerbangan uji coba keesokan paginya. Bersama penasihat kesehatannya, Gubernur Bone menyatakan bahwa kasus di Nome semakin berkurang dan menunda pemberian izin, tetapi persiapan tetap dilakukan. Angkatan Laut Amerika Serikat memberangkatkan sebuah kapal penyapu ranjau dari Seattle ke utara. Korps Sinyal diminta menyalakan api untuk memandu pesawat. Pada 3 Februari, 300.000 ampul pertama terbukti masih efektif dan wabahnya dapat dikendalikan. Korban jiwa keenam, mungkin tidak ada hubungannya dengan difteri, dikabarkan secara luas sebagai tanda wabah terbaru. Pasokan dari Seattle tiba diangkut kapal Admiral Watson tanggal 7 Februari. Di bawah tekanan, Gubernur Bone memerintahkan separuh pasokannya dikirim dengan pesawat. Tanggal 8 Februari, separuh pertama pengiriman kedua mulai dikirim dengan kereta salju anjing, sedangkan pesawat tidak bisa menyala karena penutup radiator yang rusak menyebabkan mesinnya kepanasan. Pesawat juga tidak bisa menyala keesokan harinya sehingga misi ini dibatalkan. Thompson menulis editorial bernada positif. Estafet kedua rata-rata melibatkan para pemacu yang sama dan juga mengalami medan berat. Serum tiba tanggal 15 Februari. BuntutKorban jiwa akibat difteri di Nome tercatat sebanyak 5, 6, atau 7 orang.[14] Welch kemudian memperkirakan bahwa mungkin ada sedikitnya 100 kasus tambahan di "perkemahan Eskimo di luar kota. Suku pribumi sudah biasa mengubur anak-anaknya tanpa mencatat kematiannya." 3 kasus baru didiagnosis pada tahun 1926, tetapi dapat dikendalikan berkat pasokan serum baru.[15] Semua orang yang terlibat dalam pengerahan kereta salju anjing menerima surat pujian dari Presiden Calvin Coolidge.[10] Senat Amerika Serikat menghentikan sidang untuk mengakui keberhasilan mereka. Setiap pemacu pada estafet pertama menerima medali emas dari H. K. Mulford Company. Wali Kota Los Angeles mempersembahkan kunci berbentuk tulang kepada Balto di depan Balai Kota;[10] aktris film bisu Mary Pickford mengalungkan karangan bunga di leher Balto.[10] Syair dan surat dari anak-anak terus berdatangan. Kampanye penggalangan dana dadakan diselenggarakan di seluruh Amerika Serikat. Gunnar Kaasen dan timnya menjadi selebriti dan keliling Pesisir Barat pada Februari 192 sampai Februari 1926. Mereka juga terlibat dalam film berdurasi 30 menit berjudul Balto's Race to Nome. Patung Balto karya pemahat Frederick Roth dipersembahkan di Central Park, New York City, dalam kunjungan tanggal 15 Desember 1925. Balto bersama anjing lainnya kelak menjadi figuran semata dan hidup dalam keadaan mengenaskan sebelum diselamatkan oleh George Kimble, perintis kampanye penggalangan dana anak-anak Cleveland, Ohio. Pada tanggal 19 Maret 1927, semua anjing mendapat sambutan pahlawan setibanya di tempat tinggal permanen mereka di Cleveland Zoo. Karena faktor usia, Balto menjalani eutanasia tanggal 14 Maret 1933 pada usia 14 tahun. Jasadnya diawetkan dan dipajang di Cleveland Museum of Natural History. Walaupun Kaasen dan Balto menjadi sorotan berbagai pihak, banyak pemacu[siapa?] yang menganggap Seppala dan Togo sebagai pahlawan sejati dalam aksi ini karena mereka mengarungi rute terpanjang dan paling berbahaya. Mereka bolak-balik sejauh 261 mil (420 km) dari Nome ke Shaktoolik dan kembali ke Golovin dan berhasil mengantar serum sejauh 91 mil (146 km), hampir dua kali lipat jarak tim lain. Setelah Kaasen pulang, ia dituding sebagai pencari perhatian. Seppala kecewa karena media mencantumkan Balto sebagai anjing paling berjasa alih-alih Togo. Ia berkomentar, "saya sudah tidak bisa tahan lagi ketika 'anjing koran' Balto dianugerahi patung atas 'prestasinya yang hebat.'"[16] Pada Oktober 1926, Seppala membawa Togo dan timnya tur dari Seattle ke California, lalu melintasi Midwest ke New England, dan selalu disambut banyak orang. Mereka diperkenalkan di Madison Square Garden di New York City selama 10 hari. Togo menerima medali emas dari Roald Amundsen. Di New England, tim anjing husky Siberia milik Seppala mengikuti berbagai perlombaan dan dengan mudahnya mengalahkan tim anjing Chinook lokal. Seppala menjual sebagian besar anjingnya ke penampungan hewan di Poland Spring, Maine, dan sebagian besar anjing husky di Amerika Serikat adalah keturunan salah satu anjing Seppala. Seppala terus menjenguk Togo sampai ia menjalani eutanasia tanggal 5 Desember 1929. Usai kematiannya, Seppala meminta Togo diawetkan dan dipajang. Kini, Togo dipajang dalam kotak kaca di museum Iditarod di Wasilla, Alaska. Tak satupun pemacu lain yang mendapat sorotan serupa, tetapi Wild Bill Shannon sempat ikut tur bersama Blackie. Sebagian besar media melupakan pemacu Athabaskan dan Pribumi Alaska yang justru mengarungi dua per tiga rute ke Nome. Menurut Edgard Kalland, "berdasarkan pengalaman kami, [liputan seperti] ini sudah biasa."[17] Pos udaraPengiriman serum ini mendorong disahkannya Undang-Undang Kelly pada tanggal 2 Februari. Undang-undang ini memungkinkan perusahaan penerbangan swasta mengajukan tender kontrak pengiriman pos. Teknologi semakin canggih sehingga dalam kurun satu dasawarsa, rute pos udara mulai dioperasikan di Alaska. Pengiriman pos terakhir yang mengontrak kereta salju anjing swasta terjadi pada tahun 1938. Rute kereta salju anjing Kantor Pos Amerika Serikat terkahir ditutup tahun 1963. Peluncuran kereta salju anjing tetap populer di pedalaman Alaska, tetapi nyaris lenyap ketika mobil salju populer pada tahun 1960-an. Mushing atau pacuan anjing kembali bangkit sebagai cabang olahraga pada tahun 1970-an seiring populernya Iditarod Trail Sled Dog Race. Iditarod Trail Sled Dog Race menjelajahi rute sejauh lebih dari 1.000 mil (1.600 km) dari Anchorage ke Nome. Balap anjing ini sebenarnya didasarkan pada All-Alaska Sweepstakes, tetapi mempertahankan sejumlah tradisi yang mengenang pengiriman serum ke Nome, khususnya rute Seppala dan Togo. Gelar pemacu kehormatan untuk tujuh balap pertama dipegang oleh Leonhard Seppala. Tokoh pengirim serum lainnya, termasuk "Wild Bill" Shannon, Edgar Kalland, Bill McCarty, Charlie Evans, Edgar Nollner, Harry Pitka, dan Henry Ivanoff juga menerima gelar ini. Iditarod 2005 mengakui jasa Jirdes Winther Baxter, penyintas wabah terakhir yang diketahui. Gelar ini sekarang bernama Leonhard Seppala's Honorary Musher. Leonhard Seppala Humanitarian Award dianugerahkan kepada para pemacu yang memberi perawatan terbaik bagi anjingnya di tengah lomba. Leonhard Seppala Heritage Grant dipersembahkan sebagai beasiswa dari Iditarod. Dua balapan anjing tersebut mengikuti rute yang sama dari Ruby ke Nome. Reka ulang pengiriman serum digelar pada tahun 1975 dan memakan waktu 6 hari lebih lama (lebih dari dua kali lipat) daripada pengiriman serum tahun 1925. Banyak peserta reka ulang merupakan keturunan dari 20 tokoh pengirim aslinya. Pada tahun 1985, Presiden Ronald Reagan mengirim surat penghargaan kepada Charlie Evans, Edgar Nollner, dan Bill McCarty, para tokoh yang masih hidup. Nollner adalah tokoh terakhir yang meninggal dunia pada tanggal 18 Januari 1999 akibat serangan jantung. Media masyarakatEstafet ini diabadikan di berbagai media. Pada tahun 1976, kisah ini diceritakan kembali dalam Race against Death: A True Story of the Far North karya pengarang buku anak-anak ternama Seymour Reit. Buku ini diangkat dalam episode The Book Bird tahun 1978, acara antologi buku anak-anak di PBS. Tokoh judul dalam film animasi Balto (1995) terinspirasi oleh anjing terdepan dalam rute terakhir pengiriman serm, tetapi tokoh dan sub-alur lainnya fiktif. Kisah orang-orang yang terlibat beserta peristiwa yang terjadi dalam pengiriman serum ini, termasuk kisah para pemacu pribumi dan perawat lokal yang merawat orang-orang sakit dan sekarat, diceritakan dalam buku The Cruelest Miles: The Heroic Story of Dogs and Men in a Race Against an Epidemic (2003) karya Gay dan Laney Salisbury.[3][10] Sebuah dokumenter berjudul Icebound — The Greatest Dog Story Ever Told tentang buntut peristiwa ini dirilis tahun 2013.[18] Tim estafet dan jarakPemacu (berurutan) dan jarak yang mereka tempuh.[19] Sebagian besar porsi rute awalnya ditetapkan sejauh kurang lebih 25 mil, jarak yang umumnya tergolong "pacuan harian ekstrem".
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Serum run to Nome. |