Antara tanggal 7 Oktober 1944-17 April 1945 Dresden dibombardir oleh 8 penerbang dengan sekitar 2.500 pesawat pengebom. Pada malam antara 13-14 Februari 1945, kota ini dibom oleh 772 pesawat bom dari Inggris dan 311 dari AS seberat 3.500. Menurut perkiraan sejarawan revisionisDavid Irving jumlah total berat bom yang dijatuhkan di atas Dresden adalah 650.000 ton (bom tembak). Dalam peristiwa ini digunakan bom tembak generasi pertama petroleum, yang pertama kali menyebabkan badai api sebelum peledak itu dijatuhkan di kota ini. Api ini begitu intensif terhadap penduduk di bangunan rumah yang terbakar. 6.865 jenazah dikremasi di Altmarkt pada tanggal 25 Februari.
Jumlah korban tewas
Perikiraan yang paling tersebar luas atas jumlah kematian berasal dari sejarawan Britania Frederick Taylor, tokoh yang setelah perang menerjemahkan buku harian Joseph Goebbels. Ia memperkirakan jumlah kematian berkisar antara 25.000-35.000. Namun terdapat informasi yang menyebutkan bahwa korbannya jauh lebih banyak. Kota Dresden telah meminta komisi sejarawan seperti Rolf-Dieter Müller dan Götz Bergander untuk memberikan informasi lain. Komisi itu diharapkan melaporkan pada tahun 2008, tetapi kini sudah mulai jelas bahwa semua itu berujung pada sekitar 25.000 dengan kemungkinan bertambah 20% atau lebih.[1]
Jumlah yang tinggi itu malah telah banyak memengaruhi karya sastra:
"Kau telah membakar habis seluruh tempat itu, melakukannya hingga hanya menyisakan pilar api. Lebih banyak orang yang tewas di sana oleh badai api daripada yang tewas di Hiroshima dan Nagasaki bersama." --Kurt Vonnegut di "Slaughterhouse-Five".
Bangunan baru
Sejak tahun 1945 telah dimulai usaha untuk membangun kembali bangunan yang sempat menjadi puing, dan pada tahun 1946 dibuatlah rencana pembuatan bangunan baru yang pertama. Banyak bangunan bersejarah yang sejak itu kembali dibangun, dan sejak 3 Oktober 1990 kota ini menjadi ibu kota negara bagian federal Sachsen, yang kini memiliki sejumlah daerah tempat wisata yang penting.
Dalam buku hariannya tahun 1945, seorang warga Dresden bernama Erich Kästner menggambarkan kekagetannya saat mengunjungi kota ini segera setelah dibom dan menemukan setumpukan reruntuhan, sehingga ia tidak dapat mengenali lagi jalanan dan tempat di mana ia menghabiskan sebagian besar masa kanak dan mudanya.
Sejak tahun 1990, pengeboman Dresden telah menjadi tema populer dalam budaya Jerman, menjadi tema sebagian besar buku dan dokumenter (seperti Guido Knopp).