Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Penembakan para perwira polisi Dallas 2016

Penembakan para perwira polisi Dallas 2016
LokasiMain Street dan S. Lamar Street, Dallas, Texas, Amerika Serikat
Koordinat32°46′46.4″N 96°48′15.4″W / 32.779556°N 96.804278°W / 32.779556; -96.804278
Tanggal7–8 Juli 2016
20.58 – ca 2.30 (CT)
SasaranPenegak hukum di Dallas
Jenis serangan
Penembakan massal, penyerangan penembak runduk
SenjataSenjata api
Korban tewas
6 (termasuk pelaku)
Korban luka
9
PelakuMicah Xavier Johnson[1]
MotifPenembakan yang melibatkan polisi di Alton Sterling dan Philando Castile,[2] kebencian terhadap suatu ras[3]

Pada tanggal 7 Juli 2016, Micah Xavier Johnson menyerbu dan menembak 12 petugas polisi dan dua penduduk sipil pada akhir sebuah unjuk rasa di Dallas, Texas, Amerika Serikat, dan menyebabkan lima polisi tewas. Johnson merupakan veteran Cadangan Angkatan Darat berkebangsaan Afrika-Amerika yang menujukkan kebenciannya terhadap warga kulit putih. Peristiwa unjuk rasa itu diadakan berkenaan dengan insiden penembakan di Alton Sterling di Baton Rouge, Louisiana, dan Philando Castile di Falcon Heights, Minnesota, pada beberapa hari sebelumnya.

Setelah penembakan tersebut, pihak polisi memaksa Johnson di sebuah garasi parkir dan memojokkannya. Pada tanggal 8 Juli dini hari, polisi membunuh Johnson dengan sebuah bom yang dipasangkan pada sebuah robot pengirim bom. Beberapa pakar percaya bahwa ini merupakan kali pertama polisi menggunakan robot dalam keadaan terjepit.

Peristiwa penembakan tersebut merupakan insiden mematikan bagi penegak hukum Amerika Serikat sejak serangan 11 September yang lalu.

Referensi

  1. ^ "Dallas sniper identified, wanted to 'kill whites'". New York Post (dalam bahasa bahasa Inggris). Diakses tanggal 9 Juli 2016. 
  2. ^ News, ABC (9 Juli 2016). "Dallas Suspect Had Rifles, Bomb-Making Materials in Home". ABC News (dalam bahasa bahasa Inggris). Diakses tanggal 9 Juli 2016. 
  3. ^ "Dallas Suspect Was Upset About Recent Police Shootings, 'Wanted to Kill White People'". NBC News (dalam bahasa bahasa Inggris). Diakses tanggal 9 Juli 2016. 
Kembali kehalaman sebelumnya