Penembakan Alton Sterling
Pada tanggal 5 Juli 2016, Alton Sterling, seorang pria kulit hitam berusia 37 tahun menjadi sasaran penembakan berulang kali setelah dipegang oleh dua orang polisi berkulit putih dari Departemen Kepolisian Baton Rouge di Baton Rouge, Louisiana. Petugas menanggapi laporan bahwa seorang pria yang berpakaian merah dan menjual CD[1] menggunakan sebuah senjata untuk mengancam seseorang di luar sebuah toko serba ada. Penembakan tersebut direkam oleh kamera ponsel orang yang menonton peristiwa tersebut. Penembakan tersebut berujung pada unjuk rasa di Baton Rouge dan investigasi hak sipil oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat. Awal mulaKorbanAlton Sterling dikenal dengan nama "CD Man".[1] Ia memiliki rekam kriminal, termasuk pelaku kekerasan dan membawa senjata api.[2] Ia tinggal di sebuah gubuk selama beberapa bulan sebelum kematiannya. Pada hari kematian, ia berusia 37 tahun dan memiliki lima orang anak.[3] Pemilik toko tempat peristiwa tersebut terjadi, Abdullah Muflahi, mengatakan bahwa Sterling telah membawa senjata api selama beberapa hari sebelum peristiwa tersebut, karena vendor CD lain baru saja dirampok. Muflahi juga mengatakan bahwa Sterling bukan "hanya orang yang membuat masalah" dalam situasi yang membuat polisi datang tersebut.[4] PolisiPetugas kepolisian yang terlibat dalam penembakan tersebut adalah Howie Lake II dan Blane Salamoni. Lake telah memiliki pengalaman selama tiga tahun dalam kepolisian yang juga terlibat dalam penembakan seorang pria campuran Afrika-Amerika, dan Salamoni memiliki empat tahun pengalaman.[5] Mereka berdua sebelumnya telah diinvestigasi dalam penggunaan tindakan kekerasan yang berlebihan.[6] PenembakanPada pukul 00.35 di 2112 North Foster Drive, di tempat parkir Triple S Food Mart, Sterling telah ditahan oleh petugas kepolisian Baton Rouge setelah penelepon tanpa nama melaporkan bahwa seorang pria yang diyakini adalah Sterling telah menerornya dan mengayunkan sebuah senjata api saat menjual CD. Ia lalu ditembak dengan pengejut listrik oleh pihak kepolisian,[7][8] dan polisi langsung memeganginya. Dengan postur tubuh yang besar, Sterling sempat ditahan dan dipegangi dari atas sebuah mobil lalu dikunci ke tanah, dengan satu orang berlutut di atas dadanya dan satu orang lainnya di atas pahanya untuk menjaga lengan Sterling.[7] Seorang polisi berteriak, "Ia bersenjata! Senjata!" Polisi lain berteriak, "Jika kamu bergerak, aku bersumpah!" Lalu, Polisi Salamoni dalam sebuah video mendengar, "Lake, ia akan menggunakan senjatanya!" Salah seorang polisi menodongkan senjatanya kepada Sterling, lalu tiga tembakan terdengar, dan kamera beralih; sebelum kamera beralih pandangan, tiga tembakan lain terdengar. Petugas kepolisian yang duduk di atas dada Sterling tidak tampak dalam video,[9] dan polisi yang mengeluarkan senjata berdiri dengan jarak satu meter dari Sterling. Berdasarkan kesaksian Muflahi, petugas kepolisian lalu mengambil senjata dari saku Sterling,[7] lalu memanggil Layanan Medis Darurat (Emergency Medical Services). William Clark, petugas koroner East Baton Rouge, mengungkapkan hasil otopsi Sterling dan mengatakan bahwa Sterling tewas karena dibunuh dan akibat ditembak beberapa kali di dadanya dan punggungnya.[7] Beberapa rekaman ponsel oleh saksi sekitar memfilmkan peristiwa itu, selain rekaman dari kamera pengawas toko dan kamera di tubuh polisi.[10] Salah satu video yang direkam oleh sebuah kelompok bernama "Stop the Killing" mendengarkan pemindai polisi dan memfilmkan kemajuan kriminal dan interaksi polisi untuk mengurangi kekerasan dalam masyarakat.[11] Video kedua direkam oleh pemilik toko serba ada dan saksi, Abdullah Muflahi.[8] Dalam pernyataannya, ia mengatakan bahwa Sterling tidak pernah menodongkan senjata atau mengancam polisi.[8] Akibat dan reaksiMalam hari tanggal 5 Juli, sebanyak 100 pendemo di Baton Rouge meneriakkan "tanpa keadilan, tidak ada kedamaian", melepaskan kembang api, dan menutup persimpangan jalan untuk memprotes kematian Sterling.[12] Karangan bunga dan pesan diletakkan pada lokasi kematiannya. Polisi yang menjaga dan membubarkan massa mencapai 200 orang, namun pemimpin massa mengatakan mereka akan berkumpul lagi di depan Balai Kota.[13] Pada tanggal 6 Juli, Black Lives Matter mengadakan sebuah penjagaan dengan lilin di Baton Rouge, dengan bernyanyi "We love Baton Rouge" (bahasa Indonesia: Kami cinta Baton Rouge) dan meminta keadilan.[14] Setelah dua insiden penembakan tersebut, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama tidak memberikan komentar terkait insiden tertentu, namun ia meminta Amerika untuk melakukan yang "lebih baik".[15] Pada tanggal 7 Juli, sebuah unjuk rasa terjadi di Dallas, Texas, terkait dengan insiden penembakan tersebut dan Philando Castile pada tanggal 6 Juli. Pada akhir unjuk rasa itu, beberapa orang menembak sejumlah polisi dan masyarakat sipil. Setelah tiga insiden penembakan tersebut, pemerintah Bahama mengeluarkan peringatan kepada penduduknya agar berhati-hati jika ingin berkunjung ke Amerika Serikat karena insiden tersebut.[16] Khususnya kepada kaum muda agar menjaga sikap jika berhadapan dengan polisi dan berusaha agar tetap kooperatif dan tidak melawan.[17] Referensi
|