Sejak 1860-an hingga 1950-an, aplikasi utama proyektil penembus zirah adalah untuk mengalahkan zirah tebal yang digunakan oleh banyak kapal perang. Sejak 1920-an dan selanjutnya, senjata penembus zirah dibutuhkan untuk misi antitank. Peluru PP yang lebih kecil dari 20 mm biasanya dikenal sebagai "amunisi penembus zirah", dan ditujuan untuk melawan sasaran berzirah tipis seperti zirah tubuh, kaca anti peluru dan kendaraan berzirah ringan. Peluru PP klasik saat ini jarang digunakan dalam pertempuran laut, karena kapal perang modern hanya memiliki sedikit atau tanpa perlindungan zirah. Teknologi baru juga telah menggantikan peluru PP klasik dalam peran antitank.
Sebuah peluru penembus zirah harus menahan gelombang kejut saat menumbuk pelat zirah. Peluru yang dirancang untuk tujuan ini memiliki badan yang diperkuat dengan pucuk yang diperkeras dan tajam. Satu tambahan yang sering ditemui kemudian ialah penggunaan tudung atau cincin logam yang lebuh lunak yang dikenal sebagai tudung penembus, yang mengurangi gelombang kejut dari tumbukan untuk mencegah pecahnya peluru yang kaku sekaligus membantu kontak antara zirah sasaran dengan pucuk penembus untuk mencegah peluru memantul. Idealnya, tudung ini memiliki bentuk tumpul, sehingga perlu menggunakan tudung aerodinamis tipis untuk meningkatkan performa balistik. Peluru PP mungkin mengandung sedikit atau tanpa peledak. Beberapa peluru PP kaliber kecil memiliki pengisi inert atau pembakar sebagai pengganti peledak.
Sejarah
Pada akhir 1850-an, terjadi pengembangan kapal perang ironclad, yang membawa zirah besi tempa dengan ketebalan yang diperhitungkan. Perisai ini tahan baik terhadap bola meriam besi cor yang digunakan saat itu maupun peluru peledak yang baru saja dikembangkan.
Solusi pertama untuk masalah ini diusulkan oleh Mayor Sir W. Palliser, yang dengan peluru Palliser nya, menemukan metode untuk mengeraskan kepala dari peluru besi cor runcing.[1] Dengan mengecor proyektilnya yang diarahkan ke bawah dan membentuk kepalanya dalam cetakan besi, logam panas itu secara tiba-tiba didinginkan dan menjadi sangat keras (tahan terhadap deformasi melalui transformasi fase Martensite), sementara bagian cetakan lainnya terbuat dari pasir agar logam panas menjadi dingin secara perlahan, sehingga badan dari peluru menjadi liat (tahan terhadap pemecahan)[1]
Peluru besi yang didinginkan ini terbukti sangan efektif melawan zirah besi tempa, tetapi tidak dapat melawan zirah besi campuran dan baja,[1] yang pertama kali diperkenalkan pada 1880-an. Maka dari itu, terobosan baru harus dibuat, dan peluru baja tempa dengan ujung yang diperkeras menggantikan posisi peluru Palliser. Mulanya, peluru-peluru baja tempa ini dibuat dengan baja karbon biasa. Namun seiring dengan perkembangan zirah, proyektil peluru dengan material yang lebih baik juga mengikutinya.[1]
Selama 1890-an dan setelahnya, zirah baja semen menjadi hal yang lumrah, awalnya hanya ditempatkan pada bagian zirah kapal perang yang lebih tebal. Untuk menghadapi ini, proyektil peluru dibuat dari baja tempa atau cor dan mengandung nikel serta kromium. Perubahan lainnya dalah dikenalkannya tudung logam lunak di ujung peluru, dinamakan "ujung Makarov" karena ditemukan oleh laksamana Rusia Stepan Makarov. "Ujung" ini meningkatkan penetrasi dengan memberi bantalan terhadap gelombang kejut saat bertumbukkan dan mencegah ujung penembus zirah menjadi rusak sebelum bertumbukkan dengan zirah, atau mencegah badan peluru terpecah. Ujung ini juga membantu penetrasi dari sudut miring dengan menjaga ujung peluru agar tidak melenceng dari zirah.