Setelah tahun 1878, kelompok nasionalis Serbia menggabungkan aspirasi mereka dengan kelompok pendukung Yugoslavisme dan mencoba meniru peran Piemonte dalam pergerakan Risorgimento di Italia. Selain menyatukan semua orang Serbia di dalam suatu negara, mereka juga ingin agar Serbia menjadi Piemonte Slavia Selatan yang akan menyatukan semua orang Slavia Selatan di dalam suatu negara yang bernama Yugoslavia.[1] Kelompok nasionalis Serbia menginginkan negara Yugoslavia yang tersentralisasi dan menjamin kesatuan semua orang Serbia.[1] Konstitusi Hari Santo Vitus yang diberlakukan di Yugoslavia pada tahun 1920 memperkuat sentralisasi negara tersebut di bawah kepemimpinan monarki Karađorđević.[3] Namun, kelompok-kelompok lain di Yugoslavia menentang sentralisasi dan menginginkan desentralisasi, seperti kelompok nasionalis Kroasia yang meminta otonomi untuk Kroasia; permohonan ini diterima oleh pemerintah Yugoslavia dan Persetujuan Cvetković–Maček disepakati pada tahun 1939.[4] Kelompok nasionalis Serbia menentang perjanjian ini karena dirasa melemahkan kesatuan "keserbiaan" dan menegaskan semboyan "Keserbiaan Kuat, Yugoslavia Kuat".[3] Pendudukan dan pembagian Yugoslavia oleh Blok Poros selama Perang Dunia II kemudian memicu konflik etnis antara kelompok nasionalis Serbia, Kroasia, dan Bosnia, serta menghasilkan ragam nasionalisme Serbia yang sektarian dan penuh kekerasan yang disebut pergerakan Chetnik.[3]
Desentralisasi Republik Federal Sosialis Yugoslavia pada tahun 1960-an dan penghapusan segala bentuk sentimen nasionalisme etnis memicu reaksi keras dari kelompok nasionalis Serbia pada tahun 1980 yang akan memicu disintegrasi Yugoslavia.[3][3] Setelah Yugoslavia terpecah belah pada tahun 1990-an, kelompok nasionalis Serbia meminta agar semua orang Serbia di bekas wilayah Yugoslavia disatukan di dalam suatu negara, sehingga memicu konflik etnis dengan kelompok-kelompok etnis lainnya yang ingin merdeka.[5]
Pantelić, Bratislav (2011). "Memories of a time forgotten: the myth of the perennial nation". Nations and Nationalism. 17 (2): 443–464. doi:10.1111/j.1469-8129.2010.00469.x.
Catatan: Nasionalisme berdasarkan suku bangsa disebutkan di atas. Ini tidak berarti semua nasionalis dengan etnis tertentu sesuai dengan ketentuan nasionalisme etnis.
Artikel bertopik politik ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.