Rumah Kelahiran Bung Hatta adalah rumah yang dibangun sebagai upaya mengenang dan memperoleh gambaran tempat Bung Hatta dilahirkan dan menghabiskan masa kecilnya sampai berusia 11 tahun. Pendidikan formal Bung Hatta dimulai di Europese Lageree School (ELS) Bukittinggi. Selanjutnya Bung Hatta melanjutkan pendidikan menengahnya di Meer Uitgebred Lager Onderwijs (MULO) atau sekolah menengah di kota Padang. Ia lalu melanjutkan pendidikannya ke Prins Hendrik School (PHS) di Batavia, yang sekarang dikenal sebagai Jakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Hatta melanjutkan pendidikannya di Handels Hooge School, sebuah sekolah dagang di Rotterdam, Belanda, antara tahun 1921 hingga 1932.[1] Sebelum ia menempuh pendidikan menengah, Hatta menghabiskan masa kecilnya di rumah kelahirannya yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta No.37, Bukittinggi, Sumatera Barat.[2]
Rumah ini didirikan sekitar tahun 1860-an dan menggunakan struktur kayu yang terdiri dari bangunan utama, pavilion, lumbung padi, dapur dan kandang kuda serta kolam ikan. Bangunan utama berfungsi untuk menerima tamu, ruang makan keluarga, dan kamar ibu, paman, dan kakek Bung Hatta sedangkan pavilion berfungsi sebagai kamar tidur Bung Hatta.
Rumah Kelahiran Bung Hatta adalah sebuah tempat bersejarah yang menjadi tujuan wisata di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Sebagai tempat kelahiran Mohammad Hatta, rumah ini memiliki signifikansi historis karena menjadi tempat di mana Hatta dilahirkan dan menghabiskan masa kecilnya.[3] Lokasinya mudah dijangkau dari pusat kota dan hanya berjarak sekitar 10 menit dari Jam Gadang.
Pembangunan kembali
Rumah asli tempat Bung Hatta dilahirkan sudah runtuh pada tahun 1960-an, tetapi atas gagasan Ketua Yayasan Pendidikan Bung Hatta, maka rumah tersebut dibangun ulang. Penelitian pembangunan ulang dimulai dari bulan November 1994 dan dimulai pada tanggal 15 Januari 1995. Rumah ini diresmikan pada tanggal 12 Agustus 1995, bertepatan dengan hari lahir Bung Hatta sekaligus dalam rangka merayakan 50 tahun Indonesia Merdeka.[4]
Proses rekonstruksi Rumah Kelahiran Bung Hatta dimulai atas inisiatif Ketua Yayasan Pendidikan Wawasan Nusantara (sekarang bernama Yayasan Pendidikan Bung Hatta), yang mengelola universitas yang mengambil nama Bung Hatta. Setelah terhenti untuk beberapa waktu, pada bulan September 1994, pemerintah daerah Kota Bukittinggi berhasil membebaskan lahan rumah tersebut.[5]
Antara bulan November 1994 dan Januari 1995, dilakukan penelitian untuk merancang bentuk rumah yang akan dibangun. Foto-foto yang terdapat dalam memoar Bung Hatta serta beberapa foto yang masih ada dalam kepemilikan keluarga menjadi dasar untuk perencanaan. Sebelum dibeli oleh Haji Sabar, bagian belakang rumah masih berfungsi dan dihuni oleh beberapa keluarga secara bergantian.[5]
Pembangunan baru dimulai pada tanggal 15 Januari 1995 dan diresmikan pada tanggal 12 Agustus 1995, bertepatan dengan hari kelahiran Bung Hatta dan peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka. Bahan-bahan konstruksi seperti bambu, kayu, semen, pasir, batu kali, dan batu bata diperoleh dari berbagai daerah di sekitar Sumatera Barat. Untuk perlengkapan rumah seperti kunci, grendel, dan tiang kuno, diperoleh dari sumbangan masyarakat setempat.[5]
Untuk menciptakan atmosfer masa lalu, interior rumah dilengkapi dengan perabotan seperti tempat tidur kuningan dari Inggris, tempat tidur hitam, serta kursi dan meja yang digunakan oleh Bung Hatta, beserta beberapa koleksi foto dan lukisan dari keluarga. Taman di sekitar rumah juga dirancang ulang untuk menciptakan suasana yang serupa dengan masa lalu, dengan menanam tanaman seperti jambak, murbai, dan sawo, serta beberapa tanaman lain yang jarang ditemui saat ini. Proses pembangunan rumah ini melibatkan sekitar 40 orang tukang, ditambah dengan tukang khusus untuk bangunan kapuk dan penanam tanaman.[5]
Kelengkapan rumah
Rumah dibangun mengikuti bentuk aslinya yang dapat dilihat di memori Bung Hatta dan berbagai foto/dokumentasi milik keluarga Bung Hatta. Sebagian besar perabotan di dalam rumah masih asli dari peninggalan masa kecil Bung Hatta yang diperoleh dari keluarga dan kerabat beliau, begitupun tata letak perabotan tersebut masih dipertahankan di tempat asalnya.[6]
Selain sebagai sebuah rumah yang sarat dengan kandungan sejarah, secara umum rumah ini juga dapat menggambarkan dan menceritakan suasana masa lalu tentang teknologi pembangunan rumah, situasi dan kehidupan masyarakat masa lalu dan khususnya kehidupan keluarga besar Bung Hatta. Untuk masa yang akan datang, bangunan ini sangat berguna untuk misi pendidikan, sejarah serta objek wisata.
Rumah Kelahiran Bung Hatta terdiri dari berbagai bangunan, termasuk bangunan utama, dapur, lumbung padi, paviliun, dan kandang kuda. Pengunjung dapat menjelajahi rumah ini dan melihat peninggalan sejarah seperti perabotan asli milik keluarga Hatta, termasuk sepeda ontel yang diparkir di paviliun.[6]
Daya tarik utama dari Rumah Kelahiran Bung Hatta adalah kesederhanaannya yang mencerminkan kepribadian dan nilai-nilai Bung Hatta. Pengunjung dapat melihat kamar tidur kecil yang ditempati oleh Hatta, lengkap dengan lemari buku, yang menjadi gambaran dari gaya hidup sederhana yang dipegang teguh oleh tokoh tersebut. Rumah Kelahiran Bung Hatta bukan hanya sekadar destinasi wisata, tetapi juga menjadi tempat pendidikan dan penghormatan terhadap perjuangan Bung Hatta dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.