Masjid Jennad
Masjid Jennad(bahasa Arab: جامع الجند) adalah masjid tua yang terletak 20 kilometer sebelah barat daya dari Taiz, Yaman. Masjid ini dianggap sebagai masjid pertama dan tertua yang masih bertahan di Yaman yang dibangun pada masa awal Islam, didirikan oleh Muadh ibn Jabal yang dikirim oleh nabi Muhammad ke Yaman untuk mengajari penduduk aturan-aturan agama dan tinggal diantara mereka dalam syariat Islam pada tahun 6 H (585 M).[1] Merupakan salah satu dari tempat religius paling penting di Taiz. Masjid tersebut juga dikenal dengan masjid Mu’adh.[2] SejarahMuadh ibn Jabal membangun masjid setelah bertemu dengan para tentara dari provinsi pada hari Jumat pertama bulan Rajab (bulan ketujuh dalam kalender islam). Sejak saat itu masyarakat mengadakan festival setiap hari Jumat pertama bulan Rajab, dengan dating ke masjid untuk Shalat dan melakukan ibadah lainnya. Sepanjang sejarah, tak terhitung berapa kali masjid ini telah direnovasi dan dipugar. Al-Husayn ibn Salama membangun kembali masjid selama tahun 896 sampai 981. Ada yang mengatakan bahwa Gubernur Sulayhid, Yaman juga mengerjakan pekerjaan konstruksi di masjid. Masjid tersebut rusak pada masa Mehdi bin Ali bin Mahdi al-Re'ai al-Humeiri pada tahun 1137, dan kemudian penguasa Ayyubiyyah, Saif al-Din Atabek memugar bangunan tersebut pada tahun 1154, yang menambah lorong samping dan sebuah sahn di bangunan koridor selatan. Sultan Al-Nasir Ayoub bin Saif al-Islam membangun langit-langit dengan plester dan diukir dengan emas dan lapis lazuli pada tahun 1206. ArsitekturSaat ini masjid tersebut berbentuk persegi panjang dengan ukuran 65.5 x 423 meter. Masjid ini dikelilingi oleh sebuah tembok dengan 144 balkon bergerigi. Susunan dasar terdiri dari sebuah sahn terbuka (35.5 x 25.5 m) dengan sebuah tiang persegi setinggi 2 m. Tempat kiblat, Yang terdiri dari empat liku dan menghiasi tembok kiblat, mempunyai 2 mihrab yang diletakkan diantara keduanya. Hal itu dianggap sebagai sebuah karya besar yang penuh dengan seni yang terletak pada ornament, ukiran dan dan pahatannya. Hal itu adalah salah satu dari serambi yang masih tersisa, kembali pada masa Taghtikin ibn Ayyub pada seperempat akhir abad ke 12. Menara menempati sebuah bagian di pojok barat daya dan terdiri dari bagian bawah yang silindris yang terdapat bentuk segidelapan di atasnya yang sebuah segienam memutar dan memahkotai Menara dari atas kubah. Di samping Menara terdapat sebuah papan batu yang bertuliskan nama Sultan Amer ibn Abdul Wahab, sebagai tambahan untuk piringan lain yang merekam renovasi berturut-turut yang bertempat di masjid, selama masa yang berbeda-beda. Masjid ini terbuka untuk dikunjungi sepanjang tahun. Referensi
|