Lipoprotein densitas rendah (bahasa Inggris: low-density lipoprotein, beta-2 lipoprotein, disingkat LDL) adalah golongan lipoprotein (lemak dan protein) yang bervariasi dalam ukuran (diameter 18-25 nm) dan isi, serta berfungsi mengangkut kolesterol, trigliserida, dan lemak lain (lipid) dalam darah ke berbagai bagian tubuh.[1] Secara lebih spesifik, fungsi utama dari LDL adalah untuk mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan dengan menggabungkannya ke dalam membran sel.[2] LDL sering kali disebut sebagai kolesterol jahat karena kadar LDL yang tinggi berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler, salah satunya adalah terjadinya penyumbatan arteri (pembuluh nadi) bila kadar LDL terlalu tinggi.[3] LDL terbentuk akibat endapan senyawaNEFA[4] yang tidak terserap oleh FATP[5]
Uji LDL
Uji atau pengukuran nilai LDL perlu dilakukan untuk mengetahui risiko terkena penyakit jantung.[3] Uji LDL umumnya dilakukan sebagai bagian dari pengukuran kolesterol total, lipoprotein densitas tinggi (HDL), dan trigliserida.[3] Hasil pengukuran LDL yang sehat umumnya berkisar antara angka optimal dan kisaran mendekati optimal.[3] Berikut adalah salah satu patokan kisaran angka yang digunakan dalam pengukuran lab (Laboratorium yang berbeda memiliki kisaran nilai yang sedikit berbeda-beda):
Optimal: kurang dari 100 mg/dL (kurang dari 70 mg/dL untuk individu yang memiliki riwayat penyakit jantung atau memiliki risiko sangat tinggi terkena penyakit aterosklerosis.)
Sebelum melakukan pemeriksaan LDL, penggunaan obat apapun harus dihentikan sementara dan tidak diperbolehkan makan-minum selama 9-12 jam.[3] Darah akan diambil dari vena (pembuluh balik), umumnya pada bagian siku atau bagian belakang tangan.[3] Untuk bayi dan anak kecil, dapat digunakan pisau bedah untuk membuat luka di kulit.[3]
Bahaya LDL
Saat LDL (kolesterol jahat) yang terlalu banyak di dalam darahd dapat membentuk dinding pada bagian dalam pembuluh nadi secara perlahan.[6] Bersama dengan senyawa lain, LDL dapat membentuk plak, lapisan tebal yang dapat mempersempit arteri dan membuatnya menjadi kurang fleksibel.[6] Kondisi tersebut dinamakan aterosklerosis.[6] Pembentukan gumpalan darah dan penyumbatan arteri dapat memicu terjadinya serangan jantung atau stroke.[6]
^ abcdefgh(Inggris) David C. Dugdale. "HDL test". Healthline Networks, Inc. hlm. 5 Februari 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-10. Diakses tanggal 2010-07-30.
^(Inggris)"Fatty acid transport proteins and insulin resistance". Atherosclerosis Research Unit, King Gustaf V Research Institute, Karolinska Institutet, Karolinska University Hospital; Fisher RM, Gertow K. Diakses tanggal 2010-05-07.