Lingkar Studi Mahasiswa MarhaenisLingkar Studi Mahasiswa Marhaenis (LSMM) adalah organisasi mahasiswa ekstrakampus. Organisasi ini adalah organisasi pengkaderan dan perjuangan yang terbentuk pada 21 Juli 2021 di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.[1] LSMM pertama sekali didirikan oleh Ados Aleksander Sianturi beserta 16 mahasiswa Universitas Jambi. Untuk menjalankan roda organisasinya,LSMM menggunakan azas marhaenisme yang dicetuskan Bung Karno. Adapun tafsir marhaenisme yang dipakai adalah sepenuhnya tafsir yang disetujui oleh Bung Karno yakni apa yang termaktub dalam Deklarasi Marhaenis 1964. Dalam hal keanggotaannya, organisasi ini bersikap nasionalis dalam artian tidak memiliki tendensi terhadap suatu golongan, sehingga mahasiswa yang menjadi anggotanya bisa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda - beda. Pada 6 Desember 2021, LSMM mampu melebarkan sayapnya ke provinsi lain yakni Provinsi Sumatera Utara, Maluku, dan Sulawesi Tenggaradan terakhir adalah Kabupaten Asahan. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan organisasi ini dibentuk yaitu untuk membumikan marhaenisme Bung Karno ke seluruh penjuru negeri.[2] Ada beberapa hal yang menjadi perjuangan utama dari organisasi ini yaitu melaksanakan pendidikan yang ilmiah berdasarkan marhaenisme di Indonesia, meniadakan pembedaan terhadap perempuan dan laki - laki dalam kedudukan sosialnya, melaksanakan reforma agraria, nation and character building, mewujudkan ekonomi ekasila (gotong royong), dan mewujudkan Trisakti Bung Karno. LSMM memegang prinsip bahwa tanpa teori perjuangan yang revolusioner,gerakan yang revolusioner adalah suatu kemustahilan. Dalam hal ini,marhaenisme diyakini sebagai teori perjuangan yang revolusioner (kiri). LSMM meyakini sosialisme Indonesia hanya akan tercapai apabila semua elemen progresif revolusioner bersatu menjadi satu kesatuan yang utuh dalam naungan ideologi marhaenisme selama melanjutkan revolusi.
KegiatanAdapun beberapa kegiatan LSMM adalah sosialisasi, edukasi, advokasi, penggiatan literasi, ekonomi kreatif, kajian, diskusi, aksi[3], sosial dan demonstrasi[4]. Referensi
|