Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Lanskap alami

Lanskap alami atau bentang lahan alami[1] adalah lanskap asli yang ada sebelum dieksploitasi oleh budaya manusia.[note 1] Lanskap alami dan lanskap budaya adalah bagian terpisah dari lanskap.[note 2] Namun, dalam abad ke-21, lanskap yang sama sekali tidak terjamah oleh aktivitas manusia tidak ada lagi, sehingga referensi sekarang kadang-kadang dibuat untuk tingkat kealamian dalam suatu lanskap.[note 3]

Dalam Silent Spring (1962) Rachel Carson menggambarkan sebuah pinggir jalan seperti yang biasa terlihat: "Di sepanjang jalan, pohon salam, viburnum dan alder, pakis besar, dan bunga liar memanjakan mata pengelana melalui hampir sepanjang tahun" dan kemudian bagaimana pemandangannya sekarang setelah penggunaan herbisida: "Pinggir jalan, yang dulu sangat menarik, sekarang dijajari dengan vegetasi yang kecokelatan dan layu seolah-olah tersapu oleh api".[2]

Frasa "lanskap alami" pertama kali digunakan sehubungan dengan lukisan lanskap, dan seni bertaman lanskap, untuk membedakan gaya formal dengan sesuatu yang lebih alami, lebih dekat dengan alam. Alexander von Humboldt (1769–1859) adalah yang mengkonseptualisasikan ini lebih lanjut menjadi gagasan lanskap alami yang terpisah dari lanskap budaya. Kemudian pada tahun 1908 ahli geografi Otto Schlüter mengembangkan istilah lansekap orisinal (Urlandschaft) dan lawannya, lanskap budaya (Kulturlandschaft) dalam upaya memberi ilmu geografi suatu materi pelajaran yang berbeda dari ilmu-ilmu lain. Penggunaan awal dari frasa "lanskap alami" yang sebenarnya oleh seorang ahli geografi dapat ditemukan dalam makalah Carl O. Sauer "The Morphology of Landscape" (1925).[3]

Asal-usul istilah

Konsep lanskap alami pertama kali dikembangkan sehubungan dengan lukisan lanskap, meskipun istilah yang sebenarnya itu sendiri pertama kali digunakan dalam kaitannya dengan seni bertaman lanskap. Dalam kedua kasus itu, istilah tersebut digunakan untuk membedakan gaya formal dengan yang lebih alami, yang lebih dekat dengan alam. Chunglin Kwa mengemukakan, "bahwa orang dari abad ke-17 atau awal abad ke-18 dapat melihat pemandangan alam "persis seperti yang ada pada sebuah lukisan", dan dengan atau tanpa menggunakan kata itu sendiri, menyebutnya sebagai lanskap."[4] Berkenaan dengan seni bertaman lanskap, John Aikin berkomentar pada tahun 1794: "Apa pun, oleh karena itu, ada "sesuatu yang baru" dalam pemandangan tunggal dari sebuah taman buatan, ia segera habis, sedangkan keanekaragaman tak terbatas dari sebuah lanskap alami menghadirkan flora bentuk baru yang tiada habisnya.".[5] Menulis pada tahun 1844, ahli seni bertaman lanskap Amerika yang terkenal, Andrew Jackson Downing, berkomentar: "kanal yang lurus, bagian-bagian perairan yang bundar atau bujur, dan semua bentuk reguler dari mode geometris ... jelas akan sangat bertentangan dengan seluruh karakter dan ekspresi lanskap alami".[6]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ "The area prior to the introduction of man 's activity is represented by one body of morphologic facts. The forms that man has introduced are another set. We may call the former, with reference to man, the original, natural landscape. In its entirety it no longer exists in many parts of the world, but its reconstruction and understanding are the first part of formal morphonology." Carl O. Sauer, "The Morphology of Landscape". University of California Publications in Geography, vol. 2, No. 2, 12 October 1925, p. 37.[1]
  2. ^ "The cultural landscape is fashioned from a natural landscape by a culture group. Culture is the agent, the natural area is the medium, the cultural landscape the result." Carl O. Sauer, "The Morphology of Landscape", p. 46.
  3. ^ The European Environment Agency's planned forest naturalness index is an example of an attempt to define one type of natural landscape in Europe. The Agency lists forests in three categories: (1) Plantations; (2) Semi-natural; and (3) Naturally dynamic. The latter are "forests whose structure, composition and function have been shaped by natural dynamics without substantial anthropogenic influence over a long period of time".

Referensi

  1. ^ Upi Supriyatna, S.Pd. "Bentang Lahan (Landscape) dan Bentuk Lahan (Landforms)" (PDF). Diakses tanggal 8 Juli 2019. 
  2. ^ Cambridge, Mass.: Riverside Press, 1962, p. 1.
  3. ^ Carl O. Sauer, "The Morphology of Landscape". University of California Publications in Geography 2 (2), pp. 19-53.
  4. ^ Chunglin Kwa, "Alexander von Humboldt's invention of the natural landscape", The European Legacy, Vol. 10, No. 2, pp. 149-162, 2005
  5. ^ J. Aikin, M.D., Letters from a Father to His Son, on Various Topics, Relative to Literature and the Conduct of Life. Written in the Years 1792 and 1793, (Philadelphia: Samuel Harrison Smith), p. 148.
  6. ^ A Treatise on the Theory and Practice of Landscape Gardening Adapted to North America.

Pranala luar

  • Developing a forest naturalness indicator for Europe [2]
  • Scottish heritage: Natural Spaces [3] Diarsipkan 2015-03-17 di Wayback Machine.
  • Carl O. Sauer, "The Morphology of Landscape" University of California Publications in Geography, vol. 2, No. 2, 12 October 1925, pp. 19–53 (scroll down): [4]
Kembali kehalaman sebelumnya