Kuil Bulguk didirikan pada tahun 751 pada masa pemerintahan Gyeongdeok dari Kerajaan Silla dan pembangunanya dikonstruksikan oleh perdana menteri Kim Daeseong. Pembangunannya selesai pada tahun 774, setelah kematian Kim dan dinamakan Bulguksa.
Kuil Bulguk direnovasi pada zaman Goryeo dan awal Dinasti Joseon. Namun pada masa Invasi Jepang tahun 1592-1598, ia tak luput dari kehancuran. Rekonstruksi kembali dilakukan sebanyak 40 kali antara tahun 1604 sampai tahun 1805. Renovasi juga dilakukan pada zaman penjajahan Jepang, tetapi beberapa buah harta kuil dikabarkan lenyap.
Restorasi setelah Perang Dunia II dan Perang Korea dilaksanakan pada tahun 1966. Barulah antara tahun 1969 dan 1973, almarhum Presiden Park Chung Hee memulai upaya restorasi dan perbaikan besar-besaran hingga strukturnya menjadi seperti yang sekarang ini. Bagian-bagian pagoda batu dikembalikan bentuknya seperti sediakala.
Kuil Bulguk berada di kaki Gunung Toham dan saat ini menjadi kuil utama distrik ke-11 dari Sekte Jogye.
Struktur
Gerbang masuk ke kuil adalah Sokgyemun. Gerbang Sokgye dan tangga batu menuju kuil adalah arsitektur unik yang merupakan bagian dari harta nasional nomor 23. Tangga bawah dinamakan Cheong-ungyo ("Jembatan Awan Biru"), panjangnya 6,3 meter dan berjumlah 17 buah pijakan. Jembatan atas dinamakan Baek-ungyo ("Jembatan Awan Putih"), panjangnya 6,3 meter dan pijakannya berjumlah 16 buah. Pijakan kedua jembatan ini berjumlah 33, yang melambangkan 33 tahap pencerahan dalam ajaran Buddha. Jembatan ini mengarah ke pintu Gerbang Jaha.
Bulguksa mempunyai dua buah pagoda batu, Seokgatap dan Dabotab. Seokgatab disebut juga dengan "Pagoda Sakyamuni" memiliki 3 tingkap, tingginya 8,2 meter. Arsitektur Seokgatab lebih sederhana daripada Dabotab karena tidak banyak terdapat ukiran. Pagoda seperti ini merupakan tipikal pagoda di sebagian besar kuil Buddha di Korea, tetapi berbeda dengan Dabotab yang merupakan pagoda satu-satunya di Korea yang memiliki arsitektur kaya ornamen. Dabotab atau "Pagoda Berlimpah Harta" memiliki tinggi 10,4 meter. Kedua pagoda ini merupakan harta nasional nomor 20 dan 21.
Daeungjeon, atau "Aula Pencerahan Agung" adalah aula utama Bulguksa. Aula Daeung menyimpan patung Buddha Sakyamuni yang disepuh emas. Di bagian belakang aula utama terdapat Aula Museol. Aula penting lainnya adalah Gwaneumjeon atau "Aula Dewi Kwan-Im". Gwaneumjeon berdampingan dengan Aula Biro yang menyimpan harta nasional nomor 26, patung Buddha Wairocana dalam posisi duduk. Geuknakjeon ("Aula Kebahagiaan Tertinggi") menyimpan patung Buddha Amitabha yang disepuh emas. Patung Buddha ini merupakan harta nasional nomor 27.
Stupa Sarira (사리탑) adalah harta nasional nomor 61, merupakan tempat yang berbentuk lentera batu yang menyimpan relik pendeta atau anggota kerajaan. Sarira tersebut berasal dari zaman Goryeo, tetapi memperlihatkan pengaruh seni Silla. Stupa Sarira berada di sebelah kiri taman Aula Biro. Stupa ini pernah dibawa ke Jepang pada tahun 1906, tetapi dikembalikan pada tahun 1933.
Galeri
Aula Museol.
Cheong-ungyo (Jembatan Awan Biru) dan Baek-ungyo (Jembatan Awan Putih).