Kesultanan Kampar Kiri atau Kerajaan Gunung Sahilan ialah kerajaan yang berada di sekitar Batang Kampar Kiri, sekarang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Kampar, Riau. Kerajaan ini didirikan pada 1700 oleh Tengku Yang Dipertuan Bujang Sati[2] yang merupakan putra Yang DipertuanPagaruyung.[3]
Sejarah
Sebelum berdirinya kerajaan Kampar Kiri, wilayah Rantau Kampar Kiri pernah dikuasai oleh Kerajaan Kuntu di Minangkabau Timur. Belum banyak peninggalan fisik yang ditemukan di Kuntu selain makam Syaikh Burhanuddin al-Kamil yang wafat pada 610 H (1214M). Kubur ini mengisyaratkan bahwa Islam telah masuk ke Sumatra bagian tengah setidaknya sejak abad ke-13.[4]
Kerajaan Kampar Kiri didirikan pada 1700 oleh salah satu putra Yang DipertuanPagaruyung, Tengku Yang Dipertuan Bujang Sati gelar Sutan Pangubayang. Sutan Pangubayang dipilih setelah rakyat Kampar Kiri meminta raja kepada Pagaruyung. Setelah raja sampai ke Kampar Kiri, Gunung Sahilan ditetapkan sebagai pusat pemerintahan.[1]
Kampar Kiri berstatus sebagai vasal Pagaruyung sampai jatuhnya Pagaruyung pada 1833 akibat Perang Padri. Selama perang berlangsung, Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sori, adik Sultan Bagagarsyah, bersama suaminya, Sultan Abdul Jalil, melarikan diri ke Singingi, wilayah yang berbatasan langsung dengan bagian selatan Kampar Kiri. Tuanku Ismail gelar Yang Dipertuan Gunung Hijau dari Gunung Sahilan kemudian menikah dengan Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sumpu, putri Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sori.[5]
Daerah kekuasaan Kampar Kiri dibagi menjadi 2 jenis jajahan, yakni Rantau Daulat dan Rantau Andiko. Rantau Daulat merupakan daerah pusat kerajaan, sedangkan Rantau Andiko ialah daerah yang dikendalikan oleh Khalifah nan Berempat di Mudik.[3] Sistem empat khalifah ini diilhami oleh Basa Ampek Balai yang diterapkan di Pagaruyung.[1]
Rantau Daulat, dipegang oleh Datuk Besar Khalifah Kampar Kiri di Gunung Sahilan yang berkuasa atas 14 kenegerian (Gunung Sahilan, Subarak, Kebun Durian, Lipat Kain, Lengung, Lubuk Campur, Simalinyang, Sijawi-Jawi, Mentulik, Supawai, Rantau Teras, Penghidupan, Sungai Pagar, dan Londar).
Rantau Andiko, dipegang oleh Khalifah nan Berempat:
Datuk Bandaharo Khalifah Kuntu, berkuasa atas 3 kenegerian (Kuntu, Padang Sawah, dan Domo).
Datuk Bandaharo Khalifah Ujung Bukit, berkuasa atas 3 kenegerian (Ujung Bukit, Pasir Emas, dan Tanjung Belit).
Datuk Godang Khalifah Batu Sanggan, berkuasa atas 6 kenegerian (Batu Sanggan, Miring, Gajah Bertalut, Aur Kuning, Terusan, dan Pangkalan Serai).
Datuk Marajo Besar Khalifah Ludai, berkuasa atas 3 kenegerian (Ludai, Kota Lama, dan Pangkalan Kapas).
Keturunan kerajaan
Tengku Muhammad Nizar bin Tengku Ghazali bin Tengku Yang Dipertuan Besar Sulung dinobatkan sebagai waris takhta Kampar Kiri.[7]
Daftar
Yang Dipertuan
Tengku Yang Dipertuan Bujang Sati (1700-1730)
Tengku Yang Dipertuan Nan Elok (1730-1760)
Tengku Yang Dipertuan Muda (1760-1800)
Tengku Yang Dipertuan Hitam (1800-1840)
Tengku Yang Dipertuan Abdul Jalil Khalifatullah (1840-1870)
Tengku Yang Dipertuan Besar Daulat (1870-1905)
Tengku Yang Dipertuan Muda Abdurrahman (1905-1930)
Tengku Yang Dipertuan Besar Sulung (Raja Adat) dan Tengku Yang Dipertuan Sati Abdullah (Raja Ibadat) (1930-1945)[3]