Johannes Pujasumarta
Mgr. Johannes Maria Trilaksyanta Pujasumarta (27 Desember 1949 – 10 November 2015) adalah Uskup Agung di Keuskupan Agung Semarang. Ia ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 25 Juni 1977 dan terpilih menjadi Uskup Agung di Keuskupan Agung Semarang pada tanggal 12 November 2010 sampai wafat pada 10 November 2015. KeluargaMgr. Johannes Maria Trilaksyanta Pujasumarta lahir di Surakarta, 27 Desember 1949. Ia adalah anak ketiga (dari sembilan bersaudara) dari pasangan Hubertus Soekarto Pudjasumarto dan Agnes Soekarti Pudjasumarto.[2] Ia merupakan adik daripada Ignatius Ismartono, S.J. Pendidikan dan penugasanIa mengawali pendidikan imamatnya di Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang pada tahun 1963. Selepas lulus dari Seminari Menengah Mertoyudan, Romo Puja kemudian meneruskan pendidikan imamatnya ke Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan Yogyakarta dari tahun 1970 hingga ditahbiskan menjadi imam tanggal 25 Januari 1977.[butuh rujukan] Sejak tahun 1983 hingga 1987, ia melanjutkan studi teologi spiritual di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas, Roma, Italia. Ia meraih gelar Licentiate (studi tahun 1983–1985) dan gelar doktor setelah menyelesaikan studi yang dijalani di tahun 1985 hingga 1987.[butuh rujukan] Pada tahun 1998, ia diangkat menjadi Vikaris jenderal Keuskupan Agung Semarang. Tanggal 17 Mei 2008, ia ditunjuk sebagai Uskup Keuskupan Bandung oleh Paus Benediktus XVI. Pada 16 Juli 2008, ia ditahbiskan oleh Penahbis Utama, Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja, bersama dengan Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo dan Nuncio Apostolik untuk Indonesia, Mgr. Leopoldo Girelli yang bertindak sebagai Uskup Ko-konsekrator. Ia berkarya menjadi gembala di Keuskupan Bandung sampai tahun 2010, di mana pada tanggal 12 November 2010 Ia ditunjuk sebagai Uskup Agung Semarang oleh Paus Benediktus XVI.[butuh rujukan] Pada tanggal 25 Agustus 2014, Mgr. Pujasumarta menjadi Uskup ko-konsekrator dalam pentahbisan Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C. bersama dengan Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, O.F.M.. Dalam pentahbisan ini, Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta yang sebelumnya menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Bandung, menjadi Uskup Penahbis Utama.[butuh rujukan] Penyakit dan kematianPada masa akhir hidupnya di dunia, Mgr. Pujasumarta menderita sakit kanker paru-paru stadium empat—dan diketahui telah menjalar ke ginjalnya—sehingga harus keluar-masuk rumah sakit.[3] Dalam keadaan tersebut ia tetap melayani umatnya di Keuskupan Agung Semarang,[3] serta menghadiri berbagai acara seperti silaturahmi ke Pondok Pesantren Al Islah dan aula Masjid Agung Jawa Tengah saat Hari Raya Idul Fitri 2015.[4][5] Sambil tetap berjuang menghadapi penyakitnya, pada pertengahan September 2015, ia memainkan lagu Indonesia Pusaka dengan saksofon di Auditorium RRI Semarang saat peringatan hari jadi Lindu Aji, suatu acara yang juga dihadiri tokoh Muslim KH Mustofa Bisri (Gus Mus), pengusaha Irwan Hidayat, dan dipandu oleh budayawan Prie GS.[4] Setelah sekitar 1,5 tahun menghadapi penyakit yang dideritanya, pada bulan September 2015 Mgr. Pujasumarta dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang untuk menjalani perawatan intensif.[3] Seorang kolega Mgr. Pujasumarta mengatakan bahwa, "Dia tidak mau dirawat di ICU dan menolak dibawa berobat ke luar negeri. Dia berpesan ingin meninggal seperti umatnya."[4] Kardinal Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ melayankan Sakramen Perminyakan kepadanya pada tanggal 15 Oktober 2015.[2] Setelah sekitar 2 bulan dirawat inap, Mgr. Pujasumarta dikabarkan meninggal dunia pada hari Selasa tanggal 10 November 2015 pukul 23.35 di RS St. Elisabeth Semarang.[2] Pada tanggal 12 November 2015 pukul 05.30 diadakan Perayaan Ekaristi yang dihadiri ribuan umat Katolik, dan dilanjutkan ibadat pemberangkatan jenazah pada pukul 08.00.[6] Upacara pemberangkatan jenazah Mgr. Pujasumarta dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang tidak hanya menganggapnya sebagai "Eyang dan Bapak", namun juga "rekan seperjuangan dalam membangun kerjasama dan saling keterbukaan menuju suatu persaudaraan sejati".[7] Setelah ibadat—menjelang pemberangkatan jenazah Mgr. Pujasumarta ke Yogyakarta—seluruh umat yang hadir menyanyikan lagu "Ndherek Dewi Maria" dengan diiring tarian sufi oleh Kiai Budi Hardjana, pengasuh Pondok Pesantren Al Islah Meteseh di Tembalang.[6] Pada tanggal 13 November 2015, setelah Misa Requiem, jenazah Mgr. Pujasumarta dimakamkan di pemakaman para romo dalam kompleks Seminari Tinggi Santo Paulus di Kentungan, Yogyakarta.[2][3] Referensi
Pranala luar
|