Jernang adalah sejenis resin yang dihasilkan dari beberapa spesiesrotan dari genusDaemonorops. Resin berwarna merah ini telah sejak lama diperdagangkan dan dimanfaatkan sebagai bahan pewarna, dupa, dan bahan obat tradisional. Terutama dihasilkan dari Sumatra dan Kalimantan, sebutannya dalam berbagai daerah di antaranya adalah jernang, jerenang, jeranang, jeronang, dan lain-lain.
Dalam bahasa-bahasa asing, resin ini dikenal sebagai dragon blood atau dragon's blood (Ingg.); drakenbloed (Bld.); sangre de drago (Prc.); sanguis draconis, dan lain-lain.[1] Dalam pada itu, di luar Indonesia, dragon's blood juga diperoleh dari tetumbuhan lain selain rotan jernang; dari Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan.[2][3]
Pengertian
Jernang diperoleh dari lapisan lilin (resin) yang melindungi buah-buah muda dari beberapa spesies rotan Daemonorops. Jenis-jenis rotan penghasil jernang itu di antaranya:[4][5]
Komponen kimia utama jernang adalah resin ester dan dracoresinotannol. Ia mengandung dracoresen, dracoalban, resin tak terlarut, residu, asam benzoat, asam benzoilasetat.[6] Juga dracohodin, dan beberapa jenis pigmen seperti nordracorhodin dan nordracorubin.[4][7]
Pemanfaatan dan produksi
Jernang secara tradisional dimanfaatkan sebagai bahan obat. Di samping itu, jernang dimanfaatkan sebagai bahan pewarna untuk mengecat barang-barang pernis, dahulu dan sekarang; meskipun sekarang tidak lagi sebanyak dulu pemanfaatannya. Beberapa barang seni dan kerajinan masih menggunakan pewarna ini, misalnya untuk mempernis biola.[2]
Ekspor terbesar jernang adalah dari Indonesia; yang rata-rata mengekspor lebih dari 50 ton pertahun di antara 1988-93, dengan puncaknya sebanyak 90 ton pada tahun 1991. Data penggunaan dalam negeri Indonesia tidak diketahui, sehingga tidak diketahui pula perkiraan produksi total dari tahun ke tahun.[2]