Jacques de Molay
Jacques de Molay adalah mahaguru (Grand Master) Kesatria Kenisah ke-23 dan yang terakhir. Molay memimpin tarekat sekitar tanggal 20 April 1292 sebelum dibubarkan oleh perintah Paus Klemens V pada tahun 1312.[3][4] Kehidupan awalSedikit yang diketahui dari kehidupan awalnya, namun Jacques de Molay kemungkinan lahir di desa Molay, Haute-Saône, Kadipaten Bourgogne, yang merupakan teritori yang berada di bawah kekuasaan Kaisar Romawi Suci, Otto III.[1] Diperkirakan dia lahir sekitar tahun 1240-1250.[1] De Molay lahir dalam keluarga bangsawan kecil, seperti kesatria Kenisah lainnya. Diperkirakan dia dinobatkan menjadi bagian dari Tarekat Kesatria Kenisah pada umur 21 tahun, yaitu pada tahun 1265, di sebuah kapel di kota Beaune. Molay kemudian ditempatkan di negara-negara Tentara Salib sekitar tahun 1270, namun segala aktivitas yang Ia lakukan di sana tidak tercatat selama 20 tahun.[5] MahaguruSetelah jatuhnya kota Akko ke tangan Kesultanan Mamluk pada tahun 1291, pasukan tentara salib mengevakuasikan diri ke pulau Siprus. Pulau Siprus kemudian menjadi pusat Kerajaan Yerusalem dan pusat operasi militer tentara salib yang berusaha menyerang tentara Mamluks yang terus menerus menguasai kekuasaan tentara Salib sebelumnya. Kesatria Kenisah yang ikut menyingkir ke Siprus di antaranya adalah Jacques de Molay dan Thibaud Gaudin, mahaguru ke-22. Dalam suatu pertemuan di Siprus pada tahun 1291, Molay menyatakan keinginannya untuk mereformasi tarekat dan mencalonkan diri sebagai mahaguru menggantikan Gaudin. Ketika Gaudin meninggal pada tahun 1292, Molay terpilih menjadi mahaguru setelah tidak ada kesatria lain yang mencalonkan diri pada saat itu.[6] Pada musim semi 1293, Molay memulai perjalanan ke Eropa Barat untuk mendapatkan dukungan untuk penaklukan kembali Tanah Suci. Dia menjalin komunikasi dengan berbagai pemimpin Eropa seperti Paus Bonifasius VIII, Edward I dari Inggris, Chaime I dari Aragon, dan Carlo II dari Napoli. Molay memohon dukungan untuk menguatkan pertahanan pulau Siprus dan membangun ulang pasukan Kesatria Kenisah.[7] Pada akhirnya, dia berhasil mendapatkan dukungan dari beberapa penguasa untuk menyediakan suplai ke Siprus, namun tidak mendapatkan komitmen untuk melakukan perang salib kembali.[8] Ada sebuah isu di mana Kesatria Kenisah digabung dengan tarekat kesatriaan lain, seperti Kesatria Hospitalaria. Kedua mahaguru dari kedua tarekat menolak penggabungan, meskipun sudah didorong oleh Kepausan. Selama kepemimpinannya, setidaknya dua pertemuan umum telah dilaksanakan di Prancis selatan, yaitu di kota Montpellier pada tahun 1293 dan kota Arles pada tahun 1296. Dalam kedua pertemuan tersebut, Molay mengusahakan pembaharuan tarekatnya. Molay kemudian kembali lagi ke Siprus pada musim gugur 1296 untuk menyelesaikan konflik tarekatnya dengan Henry II dari Yerusalem. Molay terlibat dalam perancangan dan pelaksanaan penyerangan ke wilayah yang telah dikuasai Mamluk dari tahun 1299 sampai 1303. Dia mengkoordinasi rencana tersebut bersama tarekat kesatriaan Kristen lainnya, raja dan bangsawan di Siprus, pasukan dari Armenia Kilikia, dan kerajaan Mongol Ilkhanat dari Persia, yang digadang-gadangkan menjadi sekutu baru. Rencana tersebut berfokus pada penyerangan kota Tartus, yang berada di pesisir Suriah. Pada tahun 1300, Molay dan beberapa pasukannya melakukan penyerangan di daerah pesisir Mesir dan Suriah. Pasukan tersebut dipimpin oleh Raja Henry II dari Yerusalem, disertai adiknya, Amalrik dari Tirus, dan perwakilan penguasa Mongol Ghazan. Penyerangan tersebut dimulai pada tanggal 20 Juli 1300 dari Famagusta, dan menyerang beberapa kota seperti Rasyid, Iskandariyah, Akko, Tartus, dan Maraqiya.[9] Pada akhir tahun 1300, pasukan Molay mulai mempersiapkan penyerangan ke Tartus dengan mendarat di pulau Ruad (sekarang bernama Arwad). Awalnya, mereka menunggu kedatangan pasukan Ghazan untuk membantu penyerangan, namun pasukan tersebut tidak kunjung datang, bahkan setelah 2 tahun menunggu. Pada akhirnya, pulau tersebut direbut oleh Mamluk pada tanggal 26 September 1302. Mengakhiri kekuasaan tentara Salib di daratan Syam. Sejak kekalahan di Ruad, Molay mengabaikan rencana penyerangan tersebut dan berfokus mengumpulkan dukungan untuk melakukan perang Salib kembali dan menguatkan kekuasaan Kesatria Kenisah di Siprus. Ketika terjadi konflik kekuasaan di antara Henry II dan Amalrik, Kesatriaan Kenisah mendukung Amalrik, yang memaksa Henry untuk mengasingkan diri pada tahun 1306. Sementara itu, kerajaan di Eropa menekan Tarekat Kesatriaan Kenisah untuk bergabung dengan tarekat kesatriaan lain, dengan harapan kesatuan tarekat dapat dipimpin oleh satu raja yang akan menjadi raja Yerusalem berikutnya ketika Yerusalem berhasil direbut kembali.[10] Keberangkatan ke PrancisPada tahun 1305, Paus Klemens V yang baru terpilih menanyakan beberapa pemimpin tarekat kesatriaan mengenai rencana perang salib baru dan penggabungan tarekat-tarekat.[11] Molay sendiri menolak usulan penggabungan, sebab dia berpendapat bahwa tarekat-tarekat kesatriaan memiliki tujuan yang berbeda-beda, sehingga lebih baik bila tarekat-tarekat dibiarkan terpisah. Mengenai perang salib baru, dia mengusulkan penyerangan berskala besar untuk meningkatkan efektivitas dalam perang.[10][12] Pada tahun 1306, mahaguru Kesatriaan Kenisah dan Hospitalaria diminta secara resmi oleh Paus untuk datang dan berdiskusi mengenai masalah penggabungan tarekat di Poitiers. Meskipun diskusi telah dijadwalkan akan dilangsungkan pada tanggal 1 November 1306, Paus yang jatuh sakit mengharuskan diskusi untuk ditunda, bahkan sampai akhir Mei 1307.[12] Raja Prancis saat itu, Philippe IV, yang telah berhutang pada Tarekat Kenisah, mendukung penggabungan dua tarekat dan menjadikannya pemimpin gabungan tarekat dengan gelar Rex Bellator (bahasa Latin untuk Raja Perang). Molay menolak ide dari raja. Meski demikian, Phillip tetap berusaha untuk menegaskan kekuasaannya atas Paus dan tarekat Kenisah, terutama setelah menempatkan Paus Klemens V, seorang Prancis, dan memindahkan kepausan dari Italia ke Poitiers. Mahaguru Kesatriaan Hospitalaria, Fulk de Villaret, menunda keberangkatannya ke Prancis, sebab Ia terlibat dalam pertempuran di Rhodes. Villaret belum dapat datang ke Poitiers hingga musim panas 1307,[12] sehingga Molay terlebih dahulu menemui Paus untuk berdiskusi. Salah satu topik yang didiskusikan adalah tuduhan mengenai upacara inisiasi di Tarekatnya oleh beberapa mantan kesatria Kenisah. Molay telah menjawab tuduhan tersebut sebelumnya dengan raja di Paris pada tanggal 24 Juni 1307. Ketika di Poitiers, Molay diminta Paus untuk mengadakan penyelidikan tuduhan tersebut. Dari diskusi tersebut, penyelidikan disetujui untuk dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 1307. Tuduhan yang dilayangkan pada Kesatria Kenisah dan didiskusikan bersama Paus adalah sebagai berikut.[13]
Penangkapan dan hukuman matiMendengar bahwa terdapat rumor dan tuduhan dalam Tarekat Kenisah, Raja Philippe menginginkan Kesatria Kenisah ditangkap dan harta Tarekat untuk disita sehingga masuk dalam kas kerajaan dan Ia dapat bebas dari hutangnya terhadap Tarekat yang telah menumpuk. Pada tanggal 14 September, Phillippe mengirimkan perintah rahasia kepada agen kerajaan ke seluruh Perancis untuk mempersiapkan diri dalam melakukan penangkapan besar-besaran terhadap kesatria Kenisah di seluruh negeri. Sebelum penangkapan dilakukan, Jacques de Molay berada di Paris dan menjadi pengusung jenazah dalam penguburan Catherine dari Courtenay, istri Pangeran Charles dari Valois dan ipar Raja Philippe. Sehari setelahnya, yaitu tanggal 13 Oktober 1307, Molay ditangkap beserta kesatria lainnya di loji utama di Paris.[4] Philipe melakukan penangkapan atas tuduhan ajaran sesat. Pada saat interogasi di Universitas Paris pada tanggal 24[14] dan 25[4] Oktober, Molay mengaku bahwa inisiasi di Tarekatnya melibatkan "penolakan Kristus dan penginjakan salib". Dia juga dipaksa untuk menulis sebuah surat untuk mengajak kesatria Kenisah lain mengakui perbuatannya. Di bawah tekanan Philippe IV, Paus Klemens V memerintahkan penangkapan seluruh kesatria Kenisah di seluruh Negara Kristen. Paus masih ingin mendengarkan kesaksian dari Molay dan memerintahkan dua kardinal ke Paris pada bulan Desember 1307. Di hadapan kardinal, Molay menarik kembali pengakuannya. Karena hal itu, terjadi pertikaian kekuasaan di antara raja dan paus, yang kemudian terselesaikan pada bulan Agustus 1308, di mana kedua pihak sepakat untuk melakukan penyelidikan terpisah. Paus kemudian mengeluarkan bulla kepausan, Faciens misericordiam, sebuah prosedur untuk menuntut Tarekat yang membedakan penuntutan anggota Tarekat secara tersendiri dengan penuntutan keseluruhan Tarekat. Paus Klemens kemudian mengadakan konsili di Vienne pada tahun 1310 untuk menentukan nasib Tarekat Kenisah. Sementara itu, pejabat tinggi Tarekat, termasuk Molay, akan diadili oleh Paus.[15] Di istana kerajaan di Chinon, Molay kemudian diinterogasi kembali oleh kardinal dan disaksikan oleh agen kerajaan. Dia kemudian kembali mengaku seperti pada saat interogasi pertama. Pada bulan November 1309, Komisi Kepausan untuk Kerajaan Prancis memulai audiensi. Pada saat audiensi, Molay kembali menarik pengakuannya dan menolak tuduhan yang ditujukan pada Tarekatnya. Pada akhirnya, Philippe menggunakan pengakuan paksa pada tahun 1307 untuk menjatuhkan hukuman mati pada Molay dan 54 kesatria Kenisah lainnya pada tanggal 10-12 Mei 1310. Konsili Vienne yang ingin diadakan Paus kemudian ditunda sampai dua tahun dikarenakan pengadilan terhadap petinggi Tarekat yang berlangsung lama. Pada akhirnya, Konsili Vienne kembali diadakan pada tahun 1312. Melalui konsili tersebut, Tarekat Kesatriaan Kenisah secara resmi dibubarkan oleh perintah paus pada tanggal 22 Maret 1312. Jacques de Molay dieksekusi mati dengan cara dibakar bersama dengan Geoffrey de Charney, seorang pemimpin kesatria Kenisah dari Normandia. Eksekusi dilakukan di Ile des Javiaux, di Sungai Seine, Paris.[16] Diperkirakan Molay dieksekusi pada tanggal 11 Maret 1314, meskipun beberapa riset juga menuliskan tanggal eksekusi pada 18 Maret 1314.[17][18][19] LegendaPenangkapan mendadak pada Kesatria Kenisah, kisah yang saling bertentangan mengenai pengakuan Molay, dan eksekusi Molay yang dramatis memunculkan banyak legenda dan mitos mengenai Tarekat tersebut dan Jacques de Molay. Penaklukan YerusalemPada abad ke-19, mitos bahwa Molay telah menaklukan Yerusalem pada tahun 1300 menjadi populer di Prancis. Kemungkinan besar mitos ini berhubungan dengan sebuah catatan sejarah yang ditulis oleh kesatria Kenisah di Tyre yang menyebut bahwa seorang jenderal dari Mongol bernama "Mulay" menduduki beberapa wilayah di Siria dan Palestina selama beberapa bulan di awal tahun 1300-an.[20] Seringkali nama Mulay dan Molay tertukar oleh sejarawan, sehingga menimbulkan kebingungan dalam mengonfirmasi peristiwa sejarah. Mitos ini menjadi populer pada tahun 1805, ketika dramawan dan sejarawan Prancis, François Raynouard menyatakan klaim bahwa Yerusalem pernah diduduki oleh bangsa Mongol yang dipimpin oleh Jacques de Molay. Cerita tersebut kemudian dilukiskan pada tahun 1846 oleh Claude Jacquand. KutukanJacques de Molay diklaim mengutuk raja Phillippe IV dari Prancis dan keturunannya ketika dibakar. Seorang saksi mata eksekusi mati menyatakan bahwa Molay tidak menunjukkan rasa takut dan memberitahu kepada hadirin di situ bahwa Tuhan akan membalas kematian mereka.[16] Versi lain dari mitos ini dinyatakan oleh penulis sejarah modern, Ferreto dari Vincenza, yang menyatakan bahwa Molay mengecam ketidakadilan paus dan raja. Ketika ia hendak dibakar, dia berkata bahwa satu tahun setelah eksekusi, Paus Klemens V dan Raja Philippe IV akan diwajibkan untuk diadili di hadapan Tuhan.[21] Philippe IV dan Klemens V meninggal setahun setelah eksekusi Molay, di mana Klemens V meninggal akibat sakit yang telah lama dideritanya pada tanggal 20 April 1314 dan Philippe IV meninggal akibat stroke pada saat berburu. Kematian Philippe IV diikuti oleh suksesi terakhir Wangsa Capet, di mana Prancis diperintah oleh 3 anak dan 1 cucu Philippe dari 1314 sampai 1328. Ketika Charles IV meninggal, Wangsa Kapetia yang telah menjadi raja Perancis sejak 300 tahun digantikan oleh Wangsa Valois. Sejarawan Amerika, Henry Charles Lea menulis mengenai kutukan Jacques de Molay:
FreemasonrySekitar 400 tahun setelah kematiannya, persaudaraan Freemasonry mulai muncul di Eropa bagian utara. Anggota Freemasonry telah mengembangkan mitos mengenai Tarekat Kenisah dan mengklaim Freemasonry sebagai penerusnya.[23] Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Jacques de Molay. |