Prof. Irwandi Jaswir, M.Sc., Ph.D. (lahir 20 Desember 1970) adalah seorang ilmuwan dan ahli bioteknologi Indonesia. Ia bekerja sebagai koordinator riset di Halal Industry Research Centre, Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM), Kuala Lumpur.[1] Pada 2018, ia menerima Penghargaan Internasional Raja Faisal untuk Pelayanan Islam dari Kerajaan Arab Saudi.[2] Ia tercatat sebagai orang Indonesia kedua yang menerima penghargaan itu setelah Mohammad Natsir pada 1980.
Riwayat
Latar belakang dan pendidikan
Irwandi lahir di Medan, Sumatera Utara sebagai anak keenam dari tujuh orang bersaudara. Orang tuanya bernama Jaswir Rajo Ameh dan Sudarni dari suku Minangkabau. Setelah lahir, orang tuanya membawa keluarganya kembali ke kampung halaman di Jorong Baringin, Nagari Koto Tangah, Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ayahnya adalah seorang pedagang keliling antardaerah Sumatra yang tamatan sekolah dasar. Ibunya seorang lulusan madrasah tsanawiyah yang mengurus rumah tangga.[3]
Irwandi berjalan kaki menempuh satu kilometer ke sekolah dasar (SD). Ketika SD itu ia suka menulis dan mengirimkan tulisan cerita ke surat kabar lokal. Saat kelas lima SD ia mendapat beasiswa untuk siswa berprestasi. Ia menabung uang beasiswa sebagian dan sebagiannya dibelikan sepeda. Dengan sepeda itu ia mengenyam pendidikan ke SMP Negeri Tilatang Kamang di Pekan Kamis. Setelah tamat dari SMA Negeri 1 Bukittinggi pada 1989, ia diterima melalui jalur undangan di Jurusan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor dan meraih gelar sarjana pada 1993. Ia lalu menjadi asisten dosen di kampusnya.[3]
Pada 1994, ia lulus seleksi beasiswa master (S2) bidang Food Science and Biotechnology di Universitas Pertanian Malaysia (UPM, kini Universitas Putra Malaysia) dan meraih gelar Master of Science (M.Sc.) pada 1996. Selama kuliah itu, ia mempublikasikan empat karya ilmiah, dan sebuah makalahnya dinobatkan sebagai karya terbaik di bidang pangan di Malaysia. Pada 1997, ia menempuh pendidikan doktoral dan meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.) dalam bidang dan kampus yang sama pada 2000. Dia juga mengikuti PhD Twinning Program di Universitas British Columbia di Kanada pada 1998–1999.[3]
Karier
Setelah tamat doktor, Irwandi diminta menjadi dosen di Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM). Di kampus itu ia membuka Program Bioteknologi yang kini menjadi pilihan favorit mahasiswa. Sejak 1994 ia memulai kariernya sebagai peneliti dan pakar bioteknologi bertaraf internasional di Malaysia.[3]
Kehidupan pribadi
Ia menikah dengan Fitri Octavianti yang berkarier sebagai dokter gigi dan telah dikarunia empat orang anak.
Karier
- Head Department dan Deputy Dean (Student Affairs) Universitas Pertanian Malaysia
- Assistant Professor di Departemen Bioteknologi, Universitas Islam Internasional Malaysia, Kuala Lumpur (2001)
- Peneliti tamu di National Food Research Institute (NFRI), Tsukuba, Jepang di bidang Bioteknologi Pangan
- Koordinator Riset di Halal Industry Research Centre, Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM), Kuala Lumpur.
Prestasi
Irwandi pernah jadi pemenang ke-2 pada ajang "Anugerah Saintis Muda Asia Pasifik 2009" di Bangkok, Thailand yang diprakarsai oleh Scopus (situs basis data pencarian jurnal ilmiah dan indeks kutipan terbesar di dunia) dan melalui penilaian dari tim juri yang terdiri dari profesor dan pakar bertaraf internasional. Dia bersaing dengan puluhan peneliti muda lainnya dari 23 negara Asia Pasifik, diantaranya Jepang, China, Singapura, Australia, Malaysia, India, Taiwan, Hongkong, Thailand dan lain-lain. Sesuai dengan keahliannya, Irwandi berkompetisi di bidang pertanian dan sumber daya alam pada ajang tersebut.[4]
Pada tahun 2010, Irwandi kembali mendapatkan penghargaan yang bergengsi lainnya, yaitu Best Innovation Award pada forum World Halal Research Summit (WHRS) 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia dengan karya risetnya yang berjudul Nano-Structural Properties of Alternative Collagen for Halal Industry (Sifat Struktur-Nano Kolagen Alternatif untuk Industri Halal). Ajang tahunan yang terkait dengan industri halal itu diikuti oleh ratusan peneliti dari seluruh dunia dan hanya memilih tiga orang sebagai yang terbaik. Irwandi Jaswir yang telah bergelar profesor sejak tahun 2009 itu juga telah menghasilkan puluhan artikel ilmiah di jurnal dan konferensi internasional serta puluhan artikel ilmiah populer di berbagai media massa dan lima artikel bab buku (book chapter) di buku ilmiah internasional.[5]
Pada tahun 2013, Irwandi mendapatkan penghargaan Anugerah Habibie dalam bidang kedokteran dan bioteknologi. Lima tahun setelahnya, yaitu pada tahun 2018, Irwandi kembali mendapatkan penghargaan International Raja Faisal dalam kategori Pelayanan Islam karena dianggap berjasa dalam mengembangkan halal science yang mempermudah dalam memilih makanan halal yang sesuai syariat islam.[6]
Kegiatan lain
- Sekjen Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) se-Malaysia
- Presiden Persatuan Pelajar Indonesia se-Malaysia
- Penulis di Tabloid Bola
Penghargaan
Sudah puluhan penghargaan keilmuan bertaraf internasional yang berhasil diraihnya, diantaranya:
- Peneliti Terbaik International Islamic University Malaysia (IIUM). (2004)
- Medali Perak pada "16th International Invention Innovation Industrial Design & Technology Exhibition" (ITEX 2005) di Kuala Lumpur. (2005)
- Nominee "Selangor Young Scientist Award" di Malaysia. (2006)
- Medali Emas pada "The 34th International Exhibition of Inventions, New Techniques and Products of Geneva" dengan riset: Rapid Method for Detection of Non-halal Substances in Food. (2006)
- Medali Perak pada "The 34th International Exhibition of Inventions, New Techniques and Products of Geneva" dengan riset: Novel Rapid Analytical Techniques for Fats and Oils Industry. (2006)
- Medali Perak "Anugerah Saintis Muda Asia Pasifik 2009" di Bangkok, Thailand. (2009)
- Best Innovation Award dalam forum ilmiah "World Halal Research Summit 2010" dengan riset: "Nano-Structural Properties of Alternative Collagen for Halal Industry" di Kuala Lumpur Convention Centre. (2010)
- Dosen Terbaik di International Islamic University Malaysia (IIUM) (2010)
- Penghargaan Habibie Award periode XV tahun (2013).[7]
- Penghargaan Internasional Raja Faisal tahun 2018 untuk "Service to Islam".[8]
Referensi
Pranala luar