Sejak akhir tahun 2008, Republik Rakyat Tiongkok telah menjadi pasar otomotif terbesar di dunia.[1][2][3] Industri mobil di Tiongkok mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak tahun 1990-an. Pada tahun 2009, China memproduksi 13,79 juta kendaraan, dimana 8 juta di antaranya adalah kendaraan penumpang (sedan, SUV, MPV dan crossover), dan 3,41 juta unit di antaranya adalah kendaraan komersial (bus, truk, dan traktor). Di antarasemua mobil yang diproduksi itu, 44.3%-nya adalah merek lokal (BYD, Lifan, Chang'an (Chana), Geely, Chery, Hafei, Jianghuai (JAC), Great Wall, Roewe, etc.), dan sisanya adalah mobil-mobil yang diproduksi secara joint ventura dengan pabrikan asing seperti Volkswagen, Mitsubishi, General Motors, Hyundai, Nissan, Honda, Toyota etc. Kebanyakan mobil yang diproduksi di Tiongkok terjual di Tiongkok sendiri, dengan hanya 369.600 unit mobil saja yang diekspor tahun 2009.
Jumlah produksi mobil di China mencapai angka satu juta unit pertama kali tahun 1992. Pada tahun 2000, China sudah memproduksi lebih dari 2 juta unit kendaraan. Setelah China masuk menjadi anggota World Trade Organization (WTO) pada tahun 2001, perkembangan industri otomotif disana semakin meningkat dengan cepat. Antara tahun 2002 dan 2007, angka penjualan kendaraan di China tumbuh rata-rata 21 persen per tahun, atau bertambah sekitar satu juta unit kendaraan per tahunnya. Pada tahun 2006, angka kapasitas produksi kendaraan mencapai tujuh juta unit, dan pada tahun 2007, China bisa memproduksi lebih dari 8 juta mobil.[4] Pada tahun 2009, 13,759 juta unit kendaraan bermotor diproduksi di China, dan melewati Amerika Serikat sebagai pasar kendaraan terbesar di dunia. Pada tahun 2010, angka penjualan mobil di China menembus 18 juta unit, dengan 13,76 juta di antaranya sudah diantarkan ke konsumen. Angka ini adalah rekor dunia untuk jumlah penjualan mobil terbanyak di dalam satu negara sepanjang sejarah umat manusia.[5]
Jumlah mobil, bus, van, dan truk yang terdaftar di China mencapai angka 62 juta unit pada tahun 2009, dan mungkin akan meningkat menjadi 200 juta unit pada tahun 2020.[6]
Konsultan McKinsey & Company memberikan estimasi bahwa pasar mobil di China akan meningkat sepuluh kali lipat antara tahun 2005 dan 2030.[7]
Grup industri otomotif nasional China adalah Asosiasi Produsen Mobil China (China Association of Automobile Manufacturers atau 中国汽车工业协会).
10 Maret 1958: Truk ringan pertama NJ130 berkapasitas 2½ ton diproduksi di Nanjing, basisnya diambil dari GAZ-51 dari Rusia. Truk ini dinamai Yuejin di Tiongkok oleh Menteri Mesin Industri.
Juni 1958: Nanjing Automobile Works, sebelumnya hanya memproduksi kendaraan militer untuk Angkatan Darat, diluncurkan. Produksi truk ini terus dilakukan sampai model terakhir (NJ134) keluar dari jalur perakitan tanggal 9 Juli 1987. Total produksinya sebanyak 161.988 unit (NJ130, NJ230, NJ135 dan NJ134).
Industri mobil penumpang di China hanyalah industri kecil pada 3 dekade pertama masa sosialis Cina. Sampai akhir 1985, negara ini hanya memproduksi 5.200 unit mobil saja. Untuk mengumumkan bahwa kepemilikan barang-barang konsumsi tidak lagi diatur-atur secara politik dan juga untuk mengiklankan bahwa pasar Cina telah terbuka bagi produk asing, sebuah berita menghebohkan tentang seorang petani Cina yang dapat membeli mobil tersebar ke seluruh dunia.[9] Sun Guiying, seorang peternak ayam dekat Beijing, diketahui membeli Toyota Publica berwarna silver dari pendapatannya sendiri.[10] Meskipun artikel tersebut ternyata bohong (Ny. Guiying tidak bisa menyetir mobil, dan suaminya ternyata adalah seorang pejabat tinggi),[11] berita tersebut menyebar dengan luas. Penjualan mobil melonjak drastis, meskipun kebanyakan dibeli melalui danweis (unit-unit kerja) - kepemilikan kendaraan pribadi saat itu belum diketahui orang meski ada cerita Sun Guiying.[12]
Karena produksi domestik saat itu sangat sedikit, maka impor mobil dari luar negeri mengucur deras. Sebelum tahun 1984, eksportir mobil paling besar ke China adalah Uni Soviet. Tahun 1984, ekspor mobil Jepang ke China naik tujuh kali lipat (dari 10.800 menjadi 85.000 unit). Pada pertengahan tahun 1985, China menjadi pasar ekspor kedua terbesar Jepang setelah Amerika Serikat.[13] Negara ini menghabiskan 3 miliar dolar AS untuk mengimpor sekitar 350.000 unit kendaraan (termasuk 106.000 unit mobil dan 111.000 truk) pada tahun 1985 saja. Ada 3 perusahaan taksi besar yang haus akan mobil-mobil Jepang seperti Toyota Crown dan Nissan Bluebird.[14]
Impor mobil dari luar negeri yang sangat besar pun menyebabkan defisit perdagangan parah yang akhirnya membuat pemerintah Tiongkok membuat kebijakan "pengereman", baik melalui propaganda maupun perdagangan yang semakin dipersulit.[15] Pajak barang impor dinaikkan bulan Maret 1985 dan sebuah pajak baru kemudian ditambahkan juga. Pada bulan September 1985, keluarlah kebijakan moratorium impor kendaraan dari luar selama 2 tahun.[15]
Ketika membatasi impor, Cina juga mencoba meningkatkan produksi lokalnya dengan membuat perusahaan joint ventura. Tahun 1983, American Motors Corporation (AMC, nantinya diakuisisi oleh Chrysler Corporation) menandatangani kontrak 20 tahun untuk memproduksi kendaraan Jeep mereka di Beijing. Tahun berikutnya, Volkswagen menandatangani kontrak 25 tahun untuk memproduksi mobil di Shanghai. Peugeot juga menandatangani kontrak untuk memproduksi mobilnya di kota Guangzhou.[14] Kontrak kerja sama awal ini tidak memperbolehkan Cina untuk memakai teknologi-teknologi canggih dari luar, sehingga perakitan kendaraan adalah jenis usaha yang paling banyak dilakukan.[16]
Tiga joint-ventura besar dan tiga joint-ventura kecil:
Guangzhou Automobile Industry Group - Peugeot: Peugeot 504 (kemudian dibatalkan). Pada tahun 1990-an, Honda menggantikan Peugeot sebagai partner Guangzhou Auto dan mereka mulai memproduksi Accord dan Fit. Pada tahun 2006, mereka juga mulai memproduksi Toyota Camry. Saat ini, provinsi Guangdong merupakan pusat produksi mobil-mobil Jepang di Tiongkok.
Seorang staf Honda yang tidak ingin diketahui namanya mengatakan bahwa BYD F3 merupakan "model tiruan" dari Toyota Corolla (dengan desain Honda Fit).[24] Model lainnya, BYD F1, disebutkan oleh seorang peneliti industri sebagai "barang tiruan terang-terangan" dari Toyota Aygo.[25]
Diler-diler mobil lokal di Tiongkok mengambil keuntungan dari hal ini dan mengganti merek kendaraan BYD ke merek otomotif lain termasuk Toyota.[24] Micheal Austin, wakil presiden BYD Amerika, mengatakan bahwa praktik-praktik semacam ini membuat BYD menjadi tidak nyaman.[24] Pemerintah Amerika Serikat pun sudah mengkritik praktik BYD ini dari dokumen yang berjudul "BYD seeks to 'Build Your Dreams' -- based on Someone Else's Designs" (BYD berusaha 'Mencapai Cita-citamu' - dari desain orang lain).[24]
Pada bulan Juni 2003 General Motors mengajukan tuntutan hukum pada Chery karena menuduh perusahaan China tersebut meniru Daewoo Matiz generasi pertama mereka (yang dikembangkan oleh GM Korea) pada desain Chery QQ.[26] General Motors kemudian juga menuduh Chery menggunakan Matiz sebagai mobil uji tabrak bagi Chery QQ.[26]
Eksekutif-eksekutif GM mengklaim duplikasi desain,[27] sehingga nantinya suku cadangnya akan sama pula.[28] GM China Group mengatakan bahwa 2 kendaraan ini berbagi struktur bodi, desain eksterior dan interior, serta komponen-komponen kunci yang sama.[27]
Setelah percobaan mediasi gagal, GM Daewoo membawa kasus melawan Chery di pengadilan Shanghai, tapi yurisdiksi 2005 telah dipindahkan ke[28] Pengadilan Rakyat Menengah Beijing No.1 (Beijing No.1 Intermediate People's Court).[29]
Pada waktu itu para pejabat Cina, termasuk wakil menteri komersial dan wakil direktur Kantor Kekayaan Intelektual Negara Bagian, mendukung Chery.[29] Mereka mengatakan bahwa mungkin GM tidak mematenkan teknologi mereka.[29] Di akhir 2005, masalah hukum ini terselesaikan.[26]
Pengadilan Turin di Italia pada tahun 2008 menyatakan bahwa Great Wall Peri “bukanlah suatu mobil yang berbeda dari Fiat Panda, hanya ujung depannya saja yang diganti.”[31]
Pada bulan Mei 2009, seorang hakim Yunani membatalkan gugatan Daimler dan memperbolehkan mobil ini untuk dijual di Yunani. Hakim tersebut menjawab permintaan Daimler untuk melarang kendaraan China tersebut dijual di Yunani dengan mengatakan bahwa “Penampilan Noble berbeda dengan Smart . . . Sudah menjadi kebiasaan umum bahwa sebelum seseorang membeli mobil tidak hanya didasarkan pada bentuk eksteriornya saja, tapi juga spesifikasi teknis lainnya juga seperti tenaga mesinnya, konsumsi bahan bakar, interior, harga jual, dan jaringan dealer.[34]
Ancaman untuk mengungkapkan rahasia industri
Wall Street Journal melaporkan bahwa pemerintah Tiongkok akan memaksa pabrikan luar untuk membuka rahasia teknologi kendaraan listrik mereka sebelum mobil tersebut dijual di Tiongkok. Aturan otomotif saat ini mengatakan bahwa pabrikan mobil asing harus membentuk perusahaan joint-ventura dengan perusahaan mobil China jika ingin menjual mobil listriknya di Tiongkok. Perusahaan asing itu hanya boleh memegang maksimal 49% saham perusahaan joint-ventura yang dibentuk.
Karena ancaman dari pemerintah Tiongkok ini, Toyota menunda peluncuran Prius generasi terbarunya di Tiongkok.[35]
^Mann, Jim (1989, 1997), Beijing Jeep: A Case Study of Western Business in China, Boulder, CO: Westview Press, hlm. 139–140, ISBN [[Special:BookSources/978-0-8133-3327-X |978-0-8133-3327-X [[Kategori:Artikel dengan ISBN salah]]]] Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan)Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)
^Mazzocchi, Gianni (1984). "Anche i Cinesi vogliono l'auto". Quattroruote (dalam bahasa Italian). Milan, Italy: Editoriale Domus. 29 (347): 57.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Dale, David (1984-04-17). "Great Moments in Media". The Sydney Morning Herald. Sydney, Australia. Diakses tanggal 2012-02-06.