Hubungan Arab Saudi dengan Yordania
Hubungan Arab Saudi dengan Yordania ditandai dengan saling pengakuan dan pertukaran kedutaan. SejarahDinasti; Latar belakangYordania dan Arab Saudi sama-sama merupakan negara monarki Sunni. Secara historis, Wangsa Hasyimiyah datang ke Yordania dari Hijaz, yang sekarang menjadi bagian dari Arab Saudi. Dinasti Hasyimiyah memerintah Makkah dari tahun 1916 hingga 1924, ketika Wangsa Saud mencaplok wilayah tersebut dalam penaklukan Hijaz oleh Saudi.[1] Mandat Inggris/Emirat Trans-YordaniaDua kota Aqaba dan Ma'an merupakan bagian dari Kerajaan Hejaz (1916–1925). Pada bulan Mei 1925, Ibn Saud menyerahkan distrik Aqaba dan Ma'an di Hejaz dan menjadikannya bagian dari Keamiran Inggris Transyordania.[2] Pertukaran lahan tahun 1965Pada tahun 1965, Arab Saudi dan Yordania sepakat untuk memperdagangkan lahan, sehingga perbatasan Arab Saudi–Yordania selesai. Yordania memperoleh 19 kilometer tanah di Teluk Aqaba dan 6.000 kilometer persegi wilayah di pedalaman, dan 7.000 kilometer persegi wilayah yang dikelola Yordania dan terkurung daratan diserahkan ke Arab Saudi.[3] Situasi saat iniMenurut jajak pendapat global Pew tahun 2013, 88% warga Yordania menyatakan pandangan positif terhadap Arab Saudi, sementara 11% menyatakan pandangan negatif, yang merupakan opini paling positif terhadap Arab Saudi di Timur Tengah.[4] Setelah Muhammad bin Salman diangkat menjadi Putra Mahkota Arab Saudi, hubungan memburuk karena upaya Saudi untuk mengesampingkan Yordania dalam negosiasi konflik Israel–Palestina, dukungan Yordania yang enggan terhadap Arab Saudi selama krisis diplomatik Qatar 2017–18 dan keterlibatan terbatas dalam intervensi yang dipimpin Saudi di Yaman, dan meningkatnya hubungan Turki dengan Yordania.[5][6] Pada tahun 2019, Arab Saudi menandatangani perjanjian dengan Yordania untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada sektor pendidikan sebesar $50 juta.[7] Pada tanggal 22 Juni 2022, Abdullah II dari Yordania bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman. Mereka membahas hubungan bilateral, rencana investasi, dan kunjungan Joe Biden ke Timur Tengah pada bulan Juli.[8][9][10] Lihat pulaReferensi
|