Gunung Lokon adalah sebuah gunung berapi di dekat Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara. Gunung ini memiliki ketinggian 1.580 m dari permukaan laut.[2] Sesuai namanya, Gunung Lokon berarti yang tertua dan terbesar. Pengertian lain ialah orang yang sudah tua, atau tertua berbadan besar. Dalam bahasa daerah juga disebut Tua Lokon atau Tou Tua Lokon, artinya orang yang sudah tua. Gunung Lokon adalah Gunung yang masih aktif, Gunung Lokon memiliki lubang kawah di sisi nya dan bukan di puncak gunung,ditemukan juga jejak kaki raksasa di sekitar gunung ini
Lokasi
Puncak gunung Lokon berjarak sekitar 5.300 meter di sebelah barat laut dari Kota Tomohon dan sekita 6.700 meter di sebelah barat daya dari kota kecamatan Pineleng. Dari ibu kota provinsi Manado jaraknya hanya sekitar 20 kilometer di barat daya kota.[3]
Letusan
Beberapa peristiwa meletusnya gunung ini yang bisa terekam dalam masa kini diantaranya:
1951
Terjadi letusan pada tahun ini yang tidak sehebat letusan tahun 1991 dan 2011.[4]
1991
Gunung Lokon pada Oktober 1991 pernah meletus yang menimbulkan kerugian material mencapai Rp 1 miliar. Ribuan jiwa penduduk di Desa Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kinilow dan Tinoor, ketika itu setempat diungsikan besar-besar ke sejumlah daerah yang dinilai tidak rawan karena atap ribuan rumah penduduk hancur dihantam batu dan debu setebal 15 sampai 20 cm. Dalam musibah tersebut, seorang wisatawan asal Swiss, Vivian Clavel yang berkunjung saat terjadi letusan hebat itu tidak dapat ditemukan. Ia dipastikan tewas tertimbun longsoran lahar dingin.
2001
Waktu meletus pada 2001, sebagian wilayah Kota Manado yang berjarak sekitar 25 Km dari gunung itu, ditutupi hujan debu yang mengguyur disebabkan karena tiupan angin. Material debu yang dikeluarkan dari kawah gunung api ini berbentuk lava pijar dan ketinggiannya diperkirakan mencapai 400 meter. Letusan ini tidak sebesar letusan tahun 1991.
2011
Gunung Lokon mulai menunjukkan aktivitas sejak 18 Juni 2011.[4]
Pada Kamis, 14 Juli 2011 pukul 22:45 WITA gunung Lokon di kawah Tompaluan meletus dengan lontaran material pijar, pasir, dan hujan abu setinggi sekitar 1.500 meter.[6] Selanjutnya, letusan kembali terjadi pada Jumat dini hari sekitar pukul 01.30 Wita dengan lontaran material vulkanik setinggi 600 meter.[7] Letusan ini mengakibatkan lebih dari 10.000 warga di beberapa desa, di antaranya Kinilow, Tinoor, dan Kakaskasen mengungsi ke Tomohon atau Manado.[8] Sedikitnya dalam sehari setelah letusan telah dua warga meninggal sebagai akibat tidak langsung dari letusan.[6]