Garbarata (kadang juga disebut tangga belalai) adalah jembatan yang berdinding dan beratap yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat terbang untuk memudahkan penumpang masuk ke dalam dan keluar dari pesawat. Tergantung pada desain bangunan, ketinggian, memicu posisi, dan persyaratan operasional, mungkin dibuat menetap atau bergerak, berayun radial atau memperpanjang panjang. Garbarata ditemukan oleh Frank Der Yuen, insinyur penerbangan berkebangsaan Amerika Serikat.[1]
Sebelum pengenalan garbarata, penumpang biasanya naik pesawat dengan berjalan di sepanjang jalan tanah-tingkat dan mendaki tangga bergerak, atau naik airstairs pada pesawat sehingga dilengkapi. Garbarata pertama kali digunakan pada tanggal 26 Juli 1959 di Bandar Udara Internasional San Francisco.
Namun demikian, meskipun keberadaan garbarata menjadi penanda modernnya sebuah bandara, ada alasan tertentu mengapa garbarata tidak dipasang, antara lain karena ketersediaan lahan parkir, padatnya jadwal penerbangan dan penggunaan garbarata. Ada satu waktu di mana ketika penumpang menginginkan garbarata, terkadang menyebabkan terlambatnya penerbangan karena garbarat perlu persiapan memasangkan ke mulut pintu pesawat.[2][3]
Asal kata
Garbarata kemungkinan berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Sanskerta, yakni garba गर्भ yang artinya perut, rahim atau wadah,[4] dan ratha रथ yang artinya kereta.[5] Kedua kata tersebut juga ditemukan dalam kamus bahasa Kawi dengan makna yang sama.[6] Sementara dalam bahasa Jawa, kata garba selain bermakna perut, juga bermakna menggandeng/menyambung.[4][7] Kata garbarata telah disebutkan pada buku Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing yang diterbitkan tahun 2003 oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.[8]