Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Freida Pinto di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan.
(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel)
Freida Selena Pinto (lahir 18 Oktober 1984) adalah seorang pemeran asal India yang terutama tampil dalam perfilman Amerika dan Inggris. Ia lahir dan dibesarkan di Mumbai, India, dan memutuskan untuk menjadi pemeran pada masa muda. Saat belajar di St. Xavier's College, Mumbai, ia ikut serta dalam drama-drama amatir. Setelah lulus, ia sempat bekerja sebagai peragawati dan kemudian sebagai presenter televisi.
Meskipun media India menyanjung Pinto dengan mematahkan citra stereotipe dari seorang wanita India dalam film-film luar negeri, ia merupakan figur yang kurang terkenal dalam sinema India dan tak muncul dalam produksi terkenal mana pun di India. Sejalan dengan karier filmnya, ia mempromosikan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan vokal terhadap pemberdayaan perempuan.
Meskipun ia meminati akting dari masa awal, Pinto tak memutuskan untuk mengambil wadah karier tersebut sampai menonton film Monster (2003) saat di perguruan tinggi. Ia berkata: "Aku terkesan saat aku menyaksikan Monster ... Aku sangat memahaminya. Aku menemukan sebuah jalan. Aku melakukan beberapa hal yang seperti itu, beberapa hal yang benar-benar mengubah."[17] Pada 2005, Pinto memulai karier modeling dan ikut serta dalam Elite Model Management India,[2] dimana ia berkarya selama dua setengah tahun.[12] Ia tampil dalam beberapa iklan televisi dan cetak untuk produk-produk seperti Wrigley's Chewing Gum, Škoda, Vodafone India, Airtel, Visa, eBay, dan De Beers.[18]
Pada sekitaran masa yang sama, Pinto mulai ikut audisi untuk film-film dan acara-acara televisi. Ia terpilih untuk memandu Full Circle, sebuah acara perjalanan mancanegara yang disiarkan di Zee International Asia Pacific antara 2006 dan 2008.[11] Acara tersebut membawanya ke negara-negara di seluruh belahan dunia, yang meliputi Afghanistan, Fiji, Malaysia, Singapura, dan Thailand.[19] Audisinya untuk produksi-produksi Bollywood dan Hollywood, termasuk peran gadis BondCamille Montes dalam film Quantum of Solace (2008) karya Marc Forster, kebanyakan gagal.[12][17][19] Pinto kemudian mengklaim bahwa ini adalah pengalaman pembelajaran yang bagus, menyatakan bahwa ia "menjalani hal-hal yang terjadi pada jalan yang mereka alami. Saya perlu untuk menolaknya, dan saya perlu untuk belajar bahwa ini adalah bagian dari permainan... Saya memiliki 100 penolakan, namun saya yakin hampir memiliki satu hal yang ditakdirkan untuk saya."[20]
Karier akting
Permulaan dan puncak karier (2008–10)
Pada 2007, agensi modeling Pinto memilihnya dan enam model lainnya pada audisi untuk pemeran utama perempuan dalam film Danny BoyleSlumdog Millionaire (2008) setelah sebuah permintaan oleh sutradara castingnya.[2][12] Setelah menjalani enam bulan audisi ekstensif, Pinto mendapatkan peran Latika, pasangan karakter utama Jamal, yang diperankan oleh Dev Patel.[21] Pada fase pasca-produksi, ia menghadiri kursus akting di Studio Akting Barry John, Mumbai.[7] Meskipun kursus tersebut mengajarkannya tentang "aspek-aspek teknikal" dari akting, ia menyatakan bahwa "dalam hal pengalaman sebenarnya, tak ada yang seperti yang dijalankan disana dan benar-benar memainkan bagian tersebut... Sehingga bagiku, sekolah aktin kesukaanku adalah enam bulan mengikuti audisi dengan Danny Boyle".[12] Karena alur dan soundtracknya, Slumdog Millionaire menjadi sebuah sleeper hit;[22][23] dibuat dengan biaya sejumlah $15 juta, film tersebut meraih keuntungan sejumlah US$377,9juta di seluruh dunia.[24]
Ia juga dinominasikan untuk Aktris Pendukung Terbaik di BAFTA Awards.[28] Penampilan Pinto dalam film tersebut meraih sedikit perhatian dari para kritikus karena kehadiran layar lebarnya dalam film tersebut terbatas The Telegraph (Kalkuta) berpendapat "sulit untuk membentuk sebuah pendapat" terhadap karakternya; kolumnisnya Bharathi S. Pradhan menyatakan "Slumdog Millionaire tak benar-benar merupakan sebuah kajian dari kemampuan akting Freida."[11]
Pinto kemudian membintangi film Miral (2010) karya Julian Schnabel, berdasarkan pada sebuah novel semi-biografi karya Rula Jebreal, memerankan seorang wanita Palestina yatim piatu yang dibesarkan di sebuah kamp pengungsian di Israel.[35] Sebelum produksi film dimulai di teritorial Palestina, Pinto menyiapkan peran tersebut dengan mengunjungi beberapa kamp pengungsian di kawasan tersebut.[36] Ia menyatakan bahwa ia dapat menyelaraskan pengalaman karakternya karena pengetahuannya terhadap pengalaman para kerabatnya saat pemisahan India pada 1940an.[36] Film tersebut meraih banyak ulasan negatif,[37][38] dan tanggapan terhadap penampilan Pinto terbagi di kalangan kritikus:[39] Geoffrey Macnab dari The Independent menulis bahwa "Miral... diperankan sangat selaras oleh Freida Pinto",[40] sementara Peter Bradshaw dari The Guardian menyatakan bahwa "[Pinto] tampak kaku dan salah tingkah".[41]
2011–sekarang
Pinto memiliki empat perilisan pada 2011. Film pertama adalah film fiksi ilmiahRise of the Planet of the Apes, sebuah reboot dari serial Planet of the Apes.[42] Ia memainkan peran Caroline Aranha, seorang pakar primatologi yang jatuh cinta dengan karakter utamanya, yang diperankan oleh James Franco.[43][44] Untuk menyiapkan perannya, ia meriset karier antropolog Inggris Jane Goodall.[29] Film tersebut meraih keuntungan sejumlah US$481,8 juta di seluruh dunia; film tersebut masih menjadi film berkeuntungan tertingginya pada April 2016.[45] Karakter Pinto meraih kritikan karena terlalu satu dimensi: Anthony Quinn dari The Independent menyebutnya sebuah "kegagalan",[46] dan Todd McCarthy dari The Hollywood Reporter menyebut karakter tersebut sebagai "pacar yang tampak terasa sangat membosankan sepanjang bertahun-tahun."[47]
Penampilan layar lebar kedua Pinto pada tahun tersebut adalah memerankan karakter utama dalam film Trishna garapan Michael Winterbottom. Berdasarkan pada novel Thomas HardyTess of the d'Urbervilles, Pinto berperan sebagai petani Rajasthani remaja, yang meninggalkan keluarganya untuk bekerja pada pemilik hotel berdarah India kelahiran Inggris, yang diperankan oleh Riz Ahmed.[48][49] Film tersebut tayang perdana di Festival Film Internasional Toronto 2011 dan meraih ulasan campuran dari para kritikus.[50][51] Nishat Bari dari India Today menyebut peran Pinto sebagai peran "paling substansial"nya pada masa itu.[52]Philip French dari The Guardian menyatakan bahwa Pinto "menaklukkan" peran utama tersebut,[48] sementara Roger Ebert dari Chicago Sun-Times menyebut penampilannya "indah menyentuh".[53] Sebaliknya, Manohla Dargis dari The New York Times menyatakan bahwa Pinto adalah "salah satu pemeran paling disukai [dari film tersebut], namun ia dan sutradaranya tak dapat memberikan penekanan pada Trishna".[54]
Peran film ketiga Pinto pada 2011 adalah memerankan Putri Lailah dalam film independen dengan sambutan yang rendah Day of the Falcon,[b][55] sebuah film drama periode berlatar belakang Timur Tengah pada 1930an, dimana ia beradu peran bersama dengan Antonio Banderas, Mark Strong dan Liya Kebede.[56] Disamping ulasan negatif secara keseluruhan, Andy Webster dari The New York Times menyebut Pinto dan Kebede sebagai "penyegaran ulang" dan memuji "presensi independen mereka di antara milenium yang sangat didominasi laki-laki".[57] Penampilan layar lebar Pinto pada tahun tersebut adalah dalam film fantasi-aksi Immortals, dimana ia memerankan pendeta perempuan orakel Phaedra.[58] Disamping meraih ulasan campuran sampai positif dari para kritikus,[59] film tersebut meraih keuntungan sejumlah US$226,9juta di seluruh dunia.[60] Menulis untuk The Hollywood Reporter, Todd McCarthy menyatakan bahwa Phaedra "sangat terperagakan" oleh Pinto.[61]
Setelah 2011, Pinto tak merilis film baru selama dua tahun. Pada 2013, ia tampil dalam video musik untuk singel Bruno Mars "Gorilla". Ia dikritik oleh media India karena tampil dalam video tersebut;[62]The Times of India dan Hindustan Times mengecamnya karena melakukan "tarian kotor".[63][64] Pada tahun yang sama, Pinto juga menjadi salah satu narator dalam film dokumenter Girl Rising, yang diproduksi untuk kampanye bernama sama yang mempromosikan akses pendidikan bagi para gadis di seluruh dunia.[65]
Penampilan sinematik pertama Pinto dalam dua tahun adalah dalam film drama biografi Desert Dancer (2014), yang mengisahkan kehidupan koreografer Iran Afshin Ghaffarian.[66] Ia memerankan pemeran utama perempuan Elaheh, kekasih dari karakter utama yang diperankan oleh Reece Ritchie.[67] Peran tersebut mengharuskannya berlatih dansa selama delapan jam sehari selama 14 pekan.[68] Ia juga menghadiri beberapa sesi di pusat-pusat rehabilitasi di Amerika Serikat untuk menyiapkan perannya.[69] Film tersebut meraih banyak ulasan negatif,[70][71] meskipun Andy Webster dari The New York Times menyatakan bahwa "Pinto, meskipun dengan peran yang kurang fokus dan tak tertata, menaklukkannya".[67]
Film pertama Pinto dari tahun 2015 adalah Knight of Cups karya Terrence Malick, sebuah film eksperimental yang dibintangi oleh Christian Bale, Cate Blanchett, Natalie Portman, dan Antonio Banderas.[72] Ia memerankan Helen, seorang peragawati yang model memikat Bale.[73][74] Ia berkata soal aktif tanpa sebuah naskah: "Ini benar-benar sebuah kepahitan yang merangsang saraf pada hari pertama karena kau tak tau ke mana kau akan pergi. Namun saat kau melepaskannya, kemudian ini tak benar-benar menjadi persoalan. Ini benar-benar sangat merelaksasi. Ini menyenangkan dan membebaskan. Ini adalah sebuah pengalaman yang benar-benar aku jalani".[75] Tayang perdana di sesi kompetisi dari Festival Film Internasional Berlin ke-65,[76][77] film tersebut meraih ulasan rata-rata sampai campuran dari para kritikus.[78][79] Film tersebut dirilis di Amerika Serikat pada Maret 2016.[80]
Ia adalah salah satu dari 100 narator Unity (2015), sebuah dokumenter yang mengisahkan hubungan antar spesies Bumi.[81] Perilisan ketiganya dari tahun tersebut adalah film aksi Kolombia Blunt Force Trauma, dimana ia beradu peran dengan Ryan Kwanten dan Mickey Rourke sebagai seorang wanita yang mencari pembunuh saudaranya.[82] John DeFore dari The Hollywood Reporter mengkritik film tersebut, berkata bahwa film tersebut "menempatkan dirinya sendiri lebih serius ketimbang kehendak para penontonnya."[83] Pada 2015, Pinto berkarya pada Mowgli karya Andy Serkis, sebuah film fantasi petualangan yang berdasarkan pada The Jungle Book karya Rudyard Kipling.[84] Ia memerankan ibu angkat Mowgli dalam film tersebut.[75][85]
Kehidupan pribadi
Sebelum memulai karier filmnya, Pinto bertunangan dengan Rohan Antao, yang sempat menjadi publikisnya. Ia mengakhiri hubungan tersebut pada Januari 2009 dan mulai berkencang dengan lawan main Slumdog MillionaireDev Patel.[86] Setelah menjalin hubungan selama enam tahun, pasangan tersebut berpisah secara baik-baik pada Desember 2014.[87] Setelah kesuksesan Slumdog Millionaire, Pinto "tak memiliki alamat tetap", namun sebagai gantinya membagi waktunya antara Mumbai, London, dan Los Angeles.[16][86][88] Pada wawancara tahun 2015 dengan USA Today, ia menyatakan bahwa ia menetap di Los Angeles.[89]
Feminisme bagiku adalah kesetaraan. Tak ada pria di atas wanita dan pendamping. Feminisme adalah topik yang sangat disalahpahamkan dan disalahkonstruksikan. Sehingga kemudian seperti yang kami katakan soal feminisme, ini tak berarti semua pria harus menjadi bawahan dan wanita harus menjadi orang yang memerintah dunia. Satu-satunya cara yang dapat kami miliki adalah sebuah negara atau dunia progresif dan sukses saat pria dan wanita terancam satu sama lain dalam kesetaraan
Sepanjang karier aktingnya, Pinto aktif terlibat dalam beberapa kegiatan kemanusiaan dan vokal terhadap pengangkatan derajat wanita dan anak-anak di bawah umur.[91][92] Ia mengutip Angelina Jolie dan Malala Yousafzai sebagai inspirasi "masif" dalam pengabdian ini.[93] Pada 2010, Pinto bergabung dengan Andre Agassi dan Steffi Graf dalam organisasi filantropi mereka, Yayasan Agassi. Ia mengumpulkan $75,000 untuk pengumpulan dana tahunan mereka—"The 15th Grand Slam for Children"—yang ditujukan untuk menyediakan pendidikan bagi anak-anak di bawah umur.[94][95] Dua tahun kemudian, ia diangkat menjadi duta besar global dari kampanye Because I am a Girl yang diselenggarakan oleh Plan International,[96] sebuah kampanye yang mempromosikan kesetaraan gender dengan tujuan mengeluarkan jutaan gadis dari kemiskinan.[97]
Pada 2013, Pinto tampil dalam sebuah klip video untuk kampanye "Chime for Change" dari Gucci untuk mengumpulkan dana dan kesadaran masalah-masalah wanita dalam hal pendidikan, kesehatan dan keadilan .[98] Pada tahun berikutnya, ia ikut serta dalam "Girls' rights summit" di London, dimana ia menyerukan perjuangan lebih untuk mengakhiri khitan pada wanita dan pernikahan anak-anak.[99] Pada Maret 2015, ia berpidato melawan larangan pemerintah India terhadap India's Daughter, dokumentar karya Leslee Udwin tentang kasus pemerkosaan massal Delhi 2012.[100] Pada penayangan perdananya di Amerika Serikat, ia berkata bahwa kebutuhan film tersebut kepada masyarakat bukan merupakan "dokumenter penghinaan India".[101] Dalam wawancara 2015, ia berkata: "Film ini bukan cara untuk menimbulkan kekerasan dalam rangka menyelesaikan masalah. Pada kenyataannya, apa yang mereka katakan adalah melakukannya dalam cara paling beradab sebisa mungkin".[102]
Pada Februari 2016, Pinto mengumumkan bahwa ia akan menjadi bagian dari organisasi nirlaba bernama "We Do It Together", yang menyediakan dana untuk film fitur, dokumenter, dan acara televisi yang berfokus pada pemberdayaan kaum wanita.[91]
Citra media
Meskipun ia memerankan peran kecil dalam Slumdog Millionaire, film tersebut memberikan ketenaran besar kepada Pinto.[103][104] Media sering kali berspekulasi tentang peran dan pendapatannya.[16][105] Pada Maret 2009, The Daily Telegraph melaporkan Pinto sebagai aktris India berbayaran tertinggi,[106] meskipun ia belum muncul dalam sebuah film Bollywood pada masa itu.[107]CNN-IBN menyebutnya "ekspor terbaik India untuk Barat",[108] sementara The Telegraph (Calcutta) menyebutnya "dianggap merupakan bintang golbal terbesar dari India".[103]
Pinto giat masuk dalam jajak pendapat kecantikan dan mode yang dilakukan oleh berbagai majalah.[109][110] Ia tampil dalam daftar tahunan majalah People—"Tokoh Paling Cantik di Dunia" dan "Wanita Berbusana Terbaik di Dunia" pada 2009.[111][112] Pada tahun tersebut, ia juga tercantum dalam daftar "sepuluh wanita paling bergaya papan atas" menurut Vogue.[113] Pada 2011, Pinto masuk sebagai satu-satunya selebriti India dari "50 Wanita Paling Cantik dalam Film", sebuah daftar yang dikompilasikan oleh Los Angeles Times Magazine.[114] Pada tahun berikutnya, People mengangkatnya menjadi salah satu "Tokoh Paling Cantik dari Segala Usia".[115] Ia tampil dalam jajak pendapat "99 Wanita Papan Atas Paling Diidamkan" yang dilakukan oleh AskMen, secara berturut-turut dari 2010 sampai 2012.[116][117][118]
Pada 2009, Pinto menjadi jurubicara untuk L'Oréal Paris.[119] Dua tahun kemudian, sebuah kontroversi berkembang saat ia tampil dalam sebuah iklan yang mempromosikan produk L'Oréal; iklan tersebut menampilkan Pinto dalam apa yang dianggap adegan kulit yang lebih terang karena tata rias atau rekayasa. Perusahaan tersebut menyangkal klaim bahwa mereka memoles gambar Pinto.[120][121]
Seorang aktris populer di Hollywood, Pinto masih merupakan figur yang relatif kurang terkenal di India;[103][122] para kritikus dan analis mengatributkan fakta tersebut pada kegagalan Slumdog Millionaire di negara tersebut.[123] Sosiolog India Ashis Nandy menyatakan: "Periskopku tak menyanjungnya", sementara jurnalis Khalid Mohamed menyatakan: "Ia bukanlah sebuah faktor di Mumbai."[103] Media India mengkritik aksennya yang "terfluktuasi"—dalam bahasa Hindi dan Inggris—dan mengatributkan ketidakmampuannya untuk mencari peran di Bollywood untuk kompleksi gelapnya.[16] Disamping kritikan, Pinto disanjung oleh media karena menghindari stereotipe sebagai orang India di Hollywood, karena ia sering memerankan karakter dari kebangsaan lainnya.[43][124] Dalam wawancara tahun 2012 dengan Hindustan Times, ia berkata bahwa ia menghindari peran-peran yang menimbulkan stereotipe.[125]
Pinto menyeimbangkan kariernya dengan berkarya dalam "blockbuster Hollywood berbiaya besar" bersama dengan "film independen cerdas". Saat ditanya soal kesannya terhadap Hollywood, ia menjawab: "Aku ingin menjadi pemeran. Sebagai pemeran, kau tak memiliki batas diri kamu sendiri untuk budaya atau etnisitas tertentu. Aku ingin melebarkan tentakel-tentakelku di setiap tempat dan bersiap untuk sebuah film yang ditawarkan dari belahan dunia manapun."[126]
^Pinto berkata soal marga Portugisnya di Interview: "Aku berasal dari Mangalore, yang berada di bagian selatan India, dimana kau memiliki populasi Katolik besar. Beberapa dari mereka dipaksa berpindah agama oleh Inggris dan Portugis. Sehingga aku tak membutuhkan jenis keturunan tersebut. Aku lebih suka menjadi seorang Hindu dari India."[3]
^ abDay of the Falcon juga dikenal sebagai Black Gold dan Or noir.