Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Fadjar Sidik

Fadjar Sidik
Lahir(1930-02-08)8 Februari 1930
Belanda Peneleh, Genteng, Surabaya, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal18 Januari 2004(2004-01-18) (umur 73)
Yogyakarta, Jawa Tengah
KebangsaanIndonesia
AlmamaterSeni Rupa ISI Yogyakarta, ASRI (1952-57 dan 1962-95) :

- Ketua Jurusan Seni Lukis (1967-1983)

- Wakil Rektor (1984-1992)
PekerjaanPelukis
Suami/istriSamich Farid
AnakAmreta, Anindita ‘Dindiet’ Abdullah dan Nataya Anindira
Orang tuaM. Sidik dan Dewi Maryam

Fadjar Sidik (EYD : Fadjar Sidik), 08 Februari 1930 – 18 Januari 2004). Fadjar adalah seorang pelukis yang sudah mencapai purity of form (kemurnian bentuk). Dalam beberapa lukisannya, ia melukis lukisan yang abstrak dan disebut "desain ekspresif",[1] yang digambarkan sebagai gaya abstrak ekspresif, yaitu gaya Bidang Warna dan Dinamika Keruangan tertentu yang menjadi pusat karya Fadjar Sidik.

Biografi

Fadjar Sidik lahir di Surabaya, dan meninggal di rumahnya di Yogyakarta. Ia meninggalkan lukisan-lukisan yang sampai sekarang masih bisa dibilang sebagai lukisan yang sangat menginspirasi. Selama 40 tahun ia diuji untuk mempertahankan keyakinan estetik abstraknya secara kuat. Fadjar Sidik telah menjadi agen perubahan dalam lukis modern di Indonesia.

Hidup

Ayahnya Fadjar Sidik adalah seorang pengikut Muhammadiyah yang taat. Sedangkan ibunya, Dewi Maryam adalah seorang pengurus Aisyah. Untuk sekolahnya, Fadjar dikirim ke HIS (Hollandsch-Inlandsche School) Muhammadiyah Ngupasan Jogja. Orang tuanya mengirimnya ke HIS Muhammadiyah supaya ia bisa memaju dalam bidang pendidikan Barat dan juga pendidikan nasionalis dan religius seperti tokoh-tokoh pergerakan nasionalis yang ayahnya kagumi. Walapum dikirim untuk menjunjung pendidikan Barat dan Nasionalis, di HIS ia jadi antusias pada pelajaran menggambar.

Lewat baca-bacaaanya di HIS, minat pada lukis semakin tinggi untuk Fadjar. Pada SMA, Fadjar telah membuat sketsa dan vignette yang ada didalam majalah-majalah kebudayaan. Setelah dari HIS, ia masuk jurusan sasatra Universitas Gajah Mada. Masa-masa ini adalah masa-masa penting baginya. Ini adalah masa-masa di mana ia membentuk mental dan orientasinya pada budaya-budaya modernisme Barat. Setelah itu, ia masuk Institut Seni Indonesia Yogyakarta atau ISI, ke kampus ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) bagian lima yaitu guru gambar. Tetapi teroinya lebih banyak dibanding praktikalnya di ASRI. Di 1953, Fadjarpun disarankan ke Sanggar Pelukis Rakyat, di mana iya dapat menguasai sketsa dan menjadi bajasa visualnya di bawah bimbingan Hendra Gunawan (pelukis).

Pada tahun 1957 Fadjar meninggalkan kelompok seniman Sanggar Pelukis Rakyat pada tahun 1957 karena kecenderungan politis mereka, dan pindah ke Bali. Meskipun pemandangan penuh nafsu Bali memberikan banyak inspirasi saat ia melukis "kehidupan rakyat" seperti banyak impresionis di sana; lanskap yang cepat berubah untuk pariwisata membuatnya gelisah. Dia bergeser untuk menciptakan bahasa visualnya sendiri dan melukis berdasarkan intuisinya. Bentuk geometris pertama kali muncul di kanvasnya sebagai bentuk abstrak burung, lembu, ular dan rumah yang akhirnya mencapai puncaknya menjadi abstrak total. Putri Fadjar Sidik menelusuri perjalanan ayahnya di Bali pada tahun 2013, dan dia menggambarkan kenalan, kenangan dan lukisan ayahnya yang dia temukan di Bali dalam web-diary-nya Diarsipkan 2022-01-02 di Wayback Machine..

Pada tahun 1961, Fadjar pindah kembali ke Yogyakarta, Indonesia Mulai mengajar di ASRI. Pada tahun 1966 diangkat sebagai dosen tetap di ASRI.[2] Di sana, lukisan Bidang Warna berkembang sejajar dengan Handrio, sesama pelukis abstrak dari Yogyakarta. Dari 1968 sampai 1970, dia belerja Art Restoration Technique and Conservation di Selandia Baru.[3]

Fadjar pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Seni Lukis antara tahun 1967-1983, sebelum menjabat sebagai Wakil Rektor tahun 1984-1992. S.M. Subroto, mengatakan fakultas “menjadi hidup” di bawah kepemimpinan Sidik. Ia membawa ke dalam kelas tidak hanya kepribadiannya yang berani tetapi juga pengalaman dari interaksinya dengan seniman-seniman terkemuka Indonesia, seperti Affandi, Hendra, Nyoman Gunarsa, S. Sudjojono dan Arie Smit. Tahun 1995, Fadjar pensiun dari ISI, dan pada tahun 2017, Institut Seni Indonesia (ISI) meresmikan galeri yang dinamai Galeri Fadjar Sidik dalam rangka HUT ke-67 akademi tersebut.[2]

Karya

Dari masa SMA hingga pensiun, Fadjar Sidik bekerja sebagai pelukis, yang memberinya pemenuhan. Lebih dari 1.000 sketsa hitam-putih dan warna-warna dikenal, terutama dari masa-masanya di Bali dan setelah kembali ke Yogyakarta. Dua publikasi besar tentang Fadjar Sidik menampilkan ratusan sketsanya.[4][5] Sekembalinya dari Bali ke Yogyakarta, ia mengubah medium dan gayanya, melukis karya akrilik di atas kanvas yang lebih besar dengan gaya Color Field. Dia sebenarnya mengembangkan konsep pribadinya sendiri tentang lukisan Color Field, yang disebut "Space Dynamics" (Dinamika Keruangan). Lebih dari 200 lukisan berkonsep Space Dynamics dikenal hingga saat ini.

Setelah meninggalkan Sanggar Pelukis Rakyat karena dekatnya Sanggaritu dengan politik PKI, ia melanjutkan petualangan estetiknya di Bali. Di Balilah, di mana ia menemukan gairah baru dalam karya karena banyaknya objek artistik. Menurut hasil industri, banyak yang indah dan enak dilihat di Bali tetapi tidak untuk ditulis. Karena ini, Fadjar kecawa karena kehilangan dunia idealnya. Fadjar tetap mencoba melukis pemandangan-pemandangan yang ia lihat di Bali, dan terjadilah bentuk abstrak ciptaanya.[6]

Periode Yogyakarta Pertama (1949-1952)

Setelah menyelesaikan sekolah menengahnya pada tahun 1949, Fadjar Sidik fokus pada sketsa hitam-putih, yang ia kirimkan ke berbagai majalah, seperti Budaya, Gelanggan, Indonesia, Siasat dan Zenith. Sebagian besar sketsa asli ini hilang hari ini.[4]

Periode Yogyakarta Kedua (1952-1957)

Sekitar 50 sketsa Fadjar diketahui dari periode keduanya di Yongakarta, di mana ia melakukan studinya.

Periode Bali (1957-1961)

Tinggal selama 4 tahun di Bali mungkin merupakan salah satu periode paling berpengaruh dalam kehidupan Fadjar Sidik. Di Bali, dia menemukan gairah baru dalam karyanya. Di sana, benda-benda seni berlimpah, dan komunitas seniman yang dinamis tersebar di seluruh pulau. Pendukung komersial seniman juga memupuk kreativitas. Fadjar Sidik menggambar ratusan sketsa di Bali, merekam aktivitas unik kehidupan sehari-hari. Lebih dari 500 sketsa diketahui hari ini dari periode ini, banyak dari sketsa diterbitkan dalam dua buku monograf tentang Fadjar. Selama ini, ia belajar dan berteman dengan banyak seniman Bali terkenal, termasuk Alimin, Arie Smit, Nyoman Gunarsa, O.H Supono, Wayan Wirawan dan Widodo.[7]

Periode Yogyakarta Ketiga (1961-1995)

Tahun 1961, Abas Alibasyah mengajak Fadjar Sidik pulang ke ASRI, Yogyakarta untuk mengajar. Selama ini, Fadjar Sidik tumbuh sebagai seniman dan guru, menjadi salah satu guru seni terkemuka di ASRI. Selama waktu ini pula, ia mengembangkan gaya pribadinya dalam lukisan Bidang Warna (Color Field Painting Diarsipkan 2023-07-17 di Wayback Machine.) yang telah berkembang di kota New York pada tahun 1940 dan 1950-an. Fadjar mengembangkan gaya khusus lukisan Bidang Warna yang disebut "Dinamika Keruangan".

Karya Dinamika Keruangan (Space Dynamics)

Pada 1940-an dan 1950, lukisan Color Field muncul di New York City sebagai sub-bentuk Seni Abstrak, dengan Marc Rothko, Hans Hofmann atau Helen Frankenthaler sebagai pendukung utama Color Field. Lukisan-lukisan Fadjar Sidik termasuk dalam seni Color Field, di mana ia mengembangkan bentuknya sendiri yang disebut "Dinamika Keruangan" sebagai ciri khas seni abstrak Fadjar Sidik. Melukis bentuk "Space Dynamics", Fadjar Sidik menampilkan ritme bentuk dari dua kelompok elemen visual dengan dominan warna hitam dan kuning oker. Ada klimaks berirama yang memberikan kelegaan pada lukisan ini. Jika dalam lukisan itu terdapat bentuk bulatan dan sabit, hal itu sama sekali bukan representasi relijius yang berkaitan dengan nilai simbolik bulan penuh atau bulan sabit. Demikian juga gugusan bentuk-bentuk segi empat dan geliat sulur garis hitam, bukan abstraksi bentuk ular dan serangganya yang mempunyai nilai magis simbolik. Dari sinilah di mana Fadjar Sidik dikenal sebagai salah satu pelukis yang revolusionaris di zaman kita. Dua wakil terkemuka Indonesia lainnya dalam bidang seni lukis Color Field adalah Handrio dan Nashar.
Penemuan bentuk-bentuk sendiri, yang disebutnya desain ekspresif, tanpa merepresentasikan bentuk-bentuk alami, telah menjadi pencapaian tertinggi dan 'pemberontakan' estetisnya. 'Pemberontakan' ini dapat dilihat dari perspektif sosial. Sebagai seorang modernis, Fadjar sedang berjuang di kancah seni rupa Yogyakarta yang masih kuat memperjuangkan paradigma estetika kerakyatan. Pendiriannya yang tegas, yang mengkristalkan konsep estetisnya tentang Dinamika Keruangan, menempatkan Fadjar Sidik sebagai agen perubahan dalam sejarah seni rupa modern Indonesia. Fadjar Sidik adalah salah satu pelukis terkemuka Indonesia, dan lukisannya dipajang di koleksi Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.[8] Fadjar berkomitmen pada inovasi kreatif bentuk dan komposisi abstrak, yang mengukuhkan kontribusinya yang tak tergantikan bagi perkembangan seni abstrak modern di Indonesia.[9]

Karya-karya Fadjar Sidik dikoleksi oleh lembaga-lembaga, seperti Galeri Nasional Indonesia, Museum Seni Neka, Galeri Nasional Singapura, Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta[10], Institut Seni Indonesia-ISI, Yogyakarta dan Museum Dr. Oei Hong Djien, OHD, di Magelang, Jawa Tenggah.[11]. Karena meningkatnya minat terhadap Seni Modern dan Abstrak Indonesia di awal abad ke-21, lukisan Fadjar Sidik mendapat pengakuan dunia dan dijual di semua balai lelang besar dunia.[12][13][14]

Pameran

Pameran Tunggal

  • Pameran Sendiri, dari Chase Manhattan's Art Programme, Jakarta, Indonesia, 1974 [15]
  • Dewan Kesenian, Jakarta, Indonesia, 1978
  • Pameran Retrospektif 40 Tahun Melukis, dikuratori oleh Suwarno Wisetrotomo di Gedung Kemendikbud - Galeri Nasional, Jakarta, 14 – 21 Agust 1991
  • Tokoh Abstrak Indonesia (Indonesian Abstract Figure), One Gallery, Jakarta, 2000
  • Pameran Retrospektif, Kurator Joanes Sardjono, One Gallery, 2002
  • Fadjar Sidik: Dinamika Luar Angkasa di Asia Art Center (Taipei), 2021

Pameran Bersama

Penghargaan

  • Anugerah Seni Negara (Penghargaan Seni Nasional) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (1971) [17]
  • Penghargaan seni dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (1993) [25]
  • Penghargaan Pengajaran oleh Institut Seni Indonesia ISI (1995)
  • Penghargaan dari Kementerian Pariwisata, Seni dan Budaya, Indonesia (1998)
  • Peresmian Galeri Fadjar Sidik di oleh Wakil Gubernur DIY, Paku Alam X di FSR (Fakultas Seni Rupa) ISI, Yogyakarta (2017) [26]

Publikasi

Monograf

▷ "Teknologi, Seni Rupa dan Appresiasi Masyarakat." Paper Seminar ilmu dan Seni by Fadjar Sidik, Penelitian Study Universitas Gaja Mada, Yogyakarta, 1981.[4]
▷ "Teknik lukisan Fadjar Sidik periode dinamika keruangan." Monograf dari Triwahyono, Eko Anuhgrah. Bahasa Indonesia. Penerbit: BP ISI Yogyakarta, 1987, 98 pages.
▷ "Fadjar Sidik - Dinamika Proses Kreasi - Kumpulan Sketsa." Pengantar: Sun Ardi, Sambutan: But Muchtar. Bahasa Indonesia. Penerbit: BP ISI Yogyakarta, 1991, 192 pages.
▷ "Fadjar Sidik - Dinamika Bentuk dan Ruang." Monograf dari Dr. M. Dwi Marianto dan Drs. M. Agus Burhan M.Hum, Bahasa Indonesia. Publisher "Rupa Rupa Seni", 2002, 260 pages. ISBN 978-9799716606
▷ "Fadjar Sidik - Expressive Design." Monograph by Ian Tee in English, Bahasa Indonesia and Chinese. Publisher Art Agenda S.E.A. and Asia Art Center. 2020, 256 pages Fajar Sidik, Art Agenda SEA Diarsipkan 2023-02-05 di Wayback Machine. ISBN 978-9811446030

Internet

Fajar Sidik - the painter. my father. A project in memory of... by Amreta Sidik Diarsipkan 2022-01-02 di Wayback Machine.
Youtube: SUWARNOBICARA : Fadjar Sidik, 01.Januar 2020 Diarsipkan 2021-12-14 di Wayback Machine.
Youtube: Fadjar Sidik - Space Dynamics 空間的動態─法賈希迪個展, Asia Art Center, Taiwan, 03.June 2020 Diarsipkan 2021-12-12 di Wayback Machine.
Youtube: Fadjar Sidik - Pelukis Hardi: Cerita Mengenai Dekan Fadjar Sidik, 02.June 2021 Diarsipkan 2021-11-26 di Wayback Machine.

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya