Eddy Kusnadi Sariaatmadja (lahir 23 Agustus 1953) adalah seorang pengusaha dan filantropi asal Indonesia. Dia merupakan pemilik Elang Mahkota Teknologi serta pemegang saham beberapa perusahaan rintisan seperti Bukalapak dan Dana.
Kehidupan
Eddy merupakan putra pertama Mohamad Soeboeb Sariaatmadja, seorang pengusaha berdarah Sunda, sedangkan ibunya berdarah Melayu Palembang. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana di jurusan Civil Engineering, University of New South Wales, Australia pada tahun 1978. Selanjutnya Eddy meraih gelar master di bidang Engineering Science di universitas yang sama, yang diraihnya pada tahun 1980. Rangkaian pencapaian pendidikannya di perguruan tinggi tersebut, menjadi modal bagi usahanya di bidang teknologi, khususnya di industri media.
Bisnis
Perjalanan bisnisnya dimulai pada tahun 1983, ketika dia mendirikan PT Elang Mahkota Komputer. Semula perusahaan ini merupakan distributor komputer merek Compaq di Indonesia. Pada tahun 1997, PT Elang Mahkota Komputer berganti nama menjadi PT Elang Mahkota Teknologi (Emtek).
Pada tanggal 2 Agustus 2004, Emtek bersama MRA Media mendirikan stasiun televisi swasta lokal pertama di Jakarta, yakni O Channel (kini Moji) yang memfokuskan siarannya di wilayah Jabodetabek. Di tahun 2005, Emtek menguasai Surya Citra Media melalui PT Abhimata Mediatama. Pada tahun 2007, Emtek membeli saham MRA Media, sehingga O Channel telah dimiliki Emtek sepenuhnya.
Di tanggal 17 April 2008, Emtek memutuskan untuk menguasai Surya Citra Media secara langsung.[2] Dan di tanggal 12 Januari 2010, Emtek resmi mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia. Pada 13 Mei 2011, Emtek resmi membeli saham Indosiar Karya Media (induk Indosiar) sebesar 27,24% dari PT Prima Visualindo. Pada akhir penawaran tender wajib, Emtek resmi menguasai Indosiar sebesar 84,77%.[3]
Pada tanggal 23 November 2011, Emtek berhasil meluncurkan televisi berlangganan dengan merek Nexmedia. Nexmedia sendiri adalah televisi berlangganan yang bisa dipasang dengan antena televisi biasa.[4] Namun Nexmedia menghentikan operasinya pada 1 September 2019, kemudian digantikan dengan Vidio Premier dan Nex Parabola.[5]
Dalam beberapa tahun terakhir, Emtek juga agresif mencaplok saham sejumlah perusahaan start-up. Setelah mendirikan platform dompet digital DANA, Emtek juga menguasai 50% saham PT Nusa Satu Inti Artha yang mengelola platform dompet digital DOKU. Kemudian Emtek juga membeli 34,88% saham perusahaan e-commerce PT Bukalapak.com.[6]
Untuk menambah porsi investasinya di industri kesehatan, di tahun 2020 Emtek mengakuisisi 71,88% saham PT Sarana Metropolitan Tbk (SAME), yang merupakan pengendali jaringan Rumah Sakit Omni Internasional. Akuisisi ini melengkapi kepemilikannya di jaringan Rumah Sakit EMC.
Menurut majalah Forbes, di tahun 2021 kekayaan Eddy ditaksir mencapai 3,6 miliar USD. Jumlah ini telah menempatkannya ke dalam jajaran 10 orang terkaya di Indonesia.[7] Di tahun 2018, Forbes juga menempatkan Eddy sebagai salah satu dari 40 orang paling dermawan di Asia.[8]
Referensi