Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Delusi

Gambar yang ada dalam halaman 93 buku Charles Mackay, Memoirs of Extraordinary Popular Delusions and the Madness of Crowds Jilid 1 yang terbit pada tahun 1852, menggambarkan ilmuwan klasik yang mempraktekkan alkimia, yaitu ilmu yang tujuannya berusaha mengubah logam biasa menjadi emas; menunjukkan bahwa definisi delusi berubah dari masa ke masa.

Delusi atau waham adalah suatu keyakinan yang dipegang secara kuat namun tidak akurat, yang terus ada walaupun bukti menunjukkan hal tersebut tidak memiliki dasar dalam realitas.[1] Dalam ilmu psikiatri, delusi diartikan sebagai kepercayaan yang bersifat patologis (hasil dari penyakit atau proses sakit) dan terjadi walaupun terdapat bukti yang berkebalikan.[2] Sebagai penyakit, delusi berbeda dari kepercayaan yang berdasar pada informasi yang tidak lengkap atau salah, dogma, kebodohan, ingatan yang buruk, ilusi, atau efek lain dari daya cerap.[2] Delusi menyudutkan seseorang untuk melakukan tindakan yang mengacaukan situasi.[3] Seseorang bertindak berdasarkan daya cerap salah yang membuat kita membayangkan respons negatif dari orang lain, karena itu mungkin sekali orang tersebut justru mendapat reaksi seperti yang dibayangkan sehingga menguatkan rasa takut.

Etimologi kata delusi

Kata delusi berasal dari kata dalam Bahasa Inggris delusion, yang berasal dari kata dalam Bahasa Latin delusio. Kata ini telah mulai digunakan sejak sekitar tahun 1400-an pada peradaban Barat di Eropa. Kata delusio itu sendiri berasal dari kata kerjanya deludere yang berarti “membuat tipu muslihat, menipu, mencurangi” (to deceive, to play false, to swindle).[4][5]

Sinonim kata tersebut dalam Bahasa Indonesia, yaitu waham, berasal dari Bahasa Arab wahmun yang artinya “keyakinan yang bertentangan dengan akal.” Kata wahmun telah disebut-sebut dalam literatur berbahasa Arab sejak abad ke-9 Masehi dalam tulisan sejumlah filsuf (muslim dan non-muslim) pada Peradaban di Kordoba dan Baghdad, terutama dalam kaitannya dengan pembahasan-pembahasan mengenai filsafat kejiwaan yang berakar pada budaya Yunani Kuno.[6]

Jenis-jenis delusi

Delusi Kejar atau Waham kejar (Persecutory Delusion, Delusion of Persecution)

Keyakinan bahwa seseorang diintimidasi, dilecehkan, diteror, dicemooh, dsb oleh seseorang, organisasi, atau suatu kelompok orang.

Delusi yang umum terdapat pada orang dengan skizofrenia paranoid dan kadang-kadang ditemui pada gangguan jiwa lainnya. Orang yang mengalaminya yakin bahwa ia menjadi target, dan bahkan dikejar-kejar untuk dijadikan sasaran pelecehan, kejahatan, teror, dsb oleh sekelompok orang atau “pasukan” yang khusus untuk itu. Orang yang mengalaminya selalu merasa bahwa tempat yang ditinggalinya selalu berada dalam bahaya.

Salah satu contoh manifestasi dari gejala psikotik ini adalah merasa bahwa orang di sekitarnya berniat ingin meracuninya, yang menyebabkan orang yang mengalaminya menjadi tidak mau makan sedikit pun, membuat ia menjadi semakin lemah dari ke hari, dan akhirnya mengharuskannya dirawat dengan pemberian infus agar sari-sari makanan dapat masuk ke tubuhnya. Orang yang mengalami waham ini akan jadi sangat waspada dengan lingkungan, karena merasa bahwa orang lain sangat berniat untuk melakukan kejahatan terhadap dirinya.

Delusi kejar sudah dikenal sejak zaman kuno, dan juga termasuk hal yang dideskripsikan pada naskah Esquirol soal monomania (istilah zaman dahulu untuk “delusi kebesaran”). Pengobatan terawal yang menyeluruh terhadap delusi kejar mungkin pertama kali diberikan oleh psikiater Jerman, Carl Wilhelm Ideler (1795–1860), pada tahun 1848. Delusi ini juga disebut sebagai persecutory delirium oleh psikiater Perancis Ernest Charles Lasègue pada tahun 1852.[7]

Delusi Referensi atau Waham rujukan (Delusion Of Reference)

Delusi referensi adalah delusi di mana orang yang mengalaminya percaya bahwa dia adalah objek dari perhatian yang istimewa, biasanya dalam makna yang negatif atau yang konten dari perhatiannya itu cenderung menyiksa orang tersebut.

Sebagai contoh, orang yang mengalaminya yakin bahwa mereka adalah yang dibicarakan keburukannya oleh tetangga yang sedang duduk-duduk dan mengobrol di depan rumah mereka. Atau yakin bahwa berita-berita di TV secara khusus membicarakan keterlibatan mereka dalam berbagai kejadian. Orang dengan gangguan ini dapat juga yakin bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia ini merupakan pesan khusus yang ditujukan untuk dirinya. Dan seperti semua waham, tidak ada fakta-fakta yang menentang hal itu yang bisa digunakan untuk menggugurkan keyakinan tersebut.

Gangguan yang lebih ringan dari delusi referensi adalah ide referensi (idea of reference), yaitu keyakinan akan hal-hal di atas dalam tingkat yang lebih ringan daripada sebuah delusi. Dalam ranah psikiatri, yang dinamakan dengan “ide (idea)” adalah istilah bagi keyakinan yang masih dapat dikoreksi, yang berbeda dengan “delusi/waham (delusion)” yang merupakan keyakinan palsu yang tak dapat dikoreksi (fixed false belief).

Delusi Kebesaran atau Waham Kebesaran (Grandiose Delusion/Delusion of Grandeur/Grandiosity. Sebagian orang awam menyebutnya sebagai Megalomania)

Keyakinan bahwa orang yang mengalaminya punya kemampuan, kekayaan, atau popularitas yang tidak biasa.

Salah satu delusi yang biasa dialami oleh orang dengan skizofrenia paranoid atau orang dengan gangguan bipolar pada fase mania (fase di mana perasaan berada “di atas”). Orang dengan waham kebesaran biasanya percaya bahwa ia punya status atau kemampuan istimewa yang membuat ia punya keyakinan bahwa ia berada di atas semua orang, termasuk di antaranya merasa paling kaya, punya kemampuan (kesaktian dsb) yang khusus, atau punya panggilan spiritual secara istimewa. Orang tersebut mungkin juga yakin bahwa mereka adalah orang yang terkenal. Waham kebesaran tidak melumpuhkan daya pikir, serta fungsi sosial dan pekerjaan, kecuali jika orang tersebut mengalami skizofrenia yang akut.

Dalam sejarah psikiatri, definisi yang berdekatan dengan waham kebesaran pertama kali dideskripsikan pada tahun 1810 oleh ilmuwan Perancis, Jean Étienne Dominique Esquirol (1772–1840), sebagai monomania yang dalam literatur modern didefinisikan sebagai “gangguan berwaham (paranoid) tipe kebesaran.”[7]

Istilah dalam Bahasa Inggris grandeur/grandiose (delusion)/grandiosity berasal dari Bahasa Latin grandis yang berarti “besar.” Kata mega- dalam megalomania berasal dari Bahasa Yunani megas yang juga berarti “besar.” Kata mania sendiri adalah istilah di masa lalu yang berarti “terganggu jiwanya.”[4]

Delusi Kontrol atau Waham Kendali (Delusion of Control)

Keyakinan bahwa pihak luar mengendalikan pikiran, perasaan, dorongan (impuls) dan perilaku seseorang.

Waham kendali adalah keyakinan yang salah yang percaya bahwa orang lain, sekelompok orang, atau kekuatan dari luar diri mengendalikan pikiran, perasaan, impuls, atau perilaku orang yang mengalaminya. Orang tersebut mungkin menggambarkan, misalnya, bahwa makhluk luar angkasa (alien) mengendalikan/membuat tubuhnya bergerak dalam arah-arah tertentu dan orang yang mengalaminya tak punya kendali atas tubuhnya sendiri ketika hal itu terjadi. Delusi siar, delusi sisip, dan delusi penarikan pikiran adalah contoh-contoh dari waham kendali tersebut.

Dalam literatur psikiatri, ilmuwan yang pertama kali secara gamblang membahas konsep delusi kontrol adalah Kurt Schneider pada tahun 1959 (dia membahas beberapa waham sejak tahun 1939 hingga sekitar tahun 1964), yang berpendapat bahwa waham kendali termasuk salah satu gejala utama (first rank symptoms) dari gangguan jiwa skizofrenia.[7]

Delusi Siar atau Waham Siar (Thought Broadcasting)

Keyakinan bahwa pikiran orang yang mengalaminya dipancarluaskan sehingga bisa diketahui orang lain.

Delusi Siar adalah jenis delusi yang umum dialami oleh orang dengan skizofrenia yang meyakini bahwa pikiran internal dalam otaknya disiarkan kepada orang lain sehingga orang lain tersebut dapat mengetahui pikiran orang tersebut. Dua delusi berikut ini masih termasuk ke dalam delusi siar ini:

  • Delusi Sisip (Thought insertion) adalah jenis delusi berupa keyakinan bahwa pikiran orang lain (atau makhluk lain) disisipkan ke pikiran orang yang mengalaminya.
  • Delusi Tarik (Thought withdrawal) adalah jenis delusi berupa keyakinan bahwa pikiran seseorang ditarik/dicabut dari dalam otaknya, sehingga merasa bahwa pikirannya telah terhapuskan (removed).

Ahli skizofrenia, Kurt Schneider, telah menguraikan tentang ‘delusi penarikan pikiran’ pada tahun 1939. Pada karyanya kemudian, Contributions to Psychiatry (1964), Schneider menambahkan delusi siar dalam penjelasannya. Schneider menggolongkan kedua delusi tersebut kepada ‘gejala skizofrenia yang utama’ (first-rank symptoms), maksudnya bahwa delusi-delusi tersebut adalah gejala umum terdapat pada skizofrenia dan bukan pada gangguan psikiatrik lainnya.[7]

Delusi Somatik atau Waham Somatik/Waham Ragawi (Somatic Delusion)

Keyakinan akan terganggunya kesehatan dan fungsi organ(-organ) tubuh.

Delusi somatik adalah delusi yang membuat orang yang mengalaminya yakin bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi pada tubuh atau bagian dari tubuhnya, misalnya merasa bahwa tubuhnya itu berfungsi tidak normal/berpenyakit, luka, atau telah berubah (tidak seperti biasanya). Delusi akan tetap dipertahankan walaupun hasil pemeriksaan medis menunjukkan sebaliknya.

Alistair Munro, seorang pakar psikosis yang mengumpulkan banyak kasus-kasus delusi, mengelompokkan delusi somatik menjadi tiga jenis:[7]

(1) Delusi bahwa tubuhnya diserang oleh serangga/hama/parasit.

(2) Delusi yang meyakini bahwa tubuhnya berbentuk buruk/salah atau punya ukuran yang tidak tepat.

(3) Delusi bahwa bau tubuhnya buruk dan mengganggu.

Kata Bahasa Inggris somatic berasal dari Bahasa Yunani soma yang artinya “tubuh, raga” (untuk membedakannya dengan “ruh”, “jiwa”, dan “pikiran”).[4]

Waham Terinduksi [Shared Delusion atau dalam Bahasa Perancis folie à trois, folie à quatre, folie en famille (“family madness”), atau folie à plusieurs (“madness of several”)]

Keyakinan yang dialami karena orang lain yang akrab atau yang lebih berkuasa memiliki gangguan psikotik, dan oleh karena itu delusinya menjadi ikut diyakini oleh orang lainnya, walaupun yang tertular delusinya itu tidak turut menjadi psikotik. Delusi terinduksi adalah delusi yang terjadi pada dua orang atau lebih yang gejala-gejala dari delusinya sama. Delusi yang ada pada satu orang didukung oleh orang lain yang termasuk dalam lingkaran delusinya tersebut.

Walaupun kasus ini sering kali hanya terjadi pada dua orang, namun dari riwayat kasus yang tercatat menunjukkan bahwa hal tersebut bisa terjadi hingga 12 orang. Pada buku panduan para psikiater di Amerika (DSM IV-TR) menyatakan bahwa diagnosa gangguan ini diberikan kepada orang yang sebelumnya tidak psikotik, namun kemudian terpengaruh karena relasi karibnya dengan orang yang sebelumnya sudah mengalami gejala psikotik [psikotik, yaitu gangguan penilaian realitas]. Banyak dari catatan kasus bahwa orang yang mempengaruhi sering kali punya kecerdasan atau derajat sosial yang lebih tinggi dibandingkan orang yang dipengaruhinya.

Lasègue and Falret yang pertama kali meneliti mengenai gangguan ini pada tahun 1877 (yang dipublikasikan dalam satu tulisan yang terkenal, dalam Bahasa Perancis, baru diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris pada tahun 1964) memberikan pendapatnya soal bagaimana awal mula terbentuknya delusi ini sebagai berikut: "Dalam waham terinduksi, satu individu adalah elemen yang aktif, lebih cerdas daripada yang lain, dia menciptakan delusi dan membagi keyakinannya secara bertahap kepada orang kedua yang lebih pasif; sedikit demi sedikit orang kedua tersebut mulai bertahan dari tekanan kawannya itu, terus-menerus mengoreksi, mengubah, dan menghubung-hubungkan materi dari delusinya. Delusi tersebut setelah itu segera menjadi sebab utama dari pengulangan [perbuatan penularan delusi] dengan cara yang sama persis."[7]

Dalam bahasa aslinya (Perancis) delusi terinduksi disebut sebagai folie à deux, dan jika terjadi dalam satu keluarga maka disebut folie à famille. Dalam Bahasa Inggris di sepanjang sejarah psikiatri, gangguan ini disebut dengan nama yang berbeda-beda, termasuk di antaranya contagious insanity (oleh Seguin) dan shared psychotic disorder (dalam buku DSM IV-TR). Istilah dalam Bahasa Indonesia waham terinduksi berasal dari istilah pada panduan kejiwaan yang dikeluarkan oleh WHO (ICD 10), yaitu induced delusional disorder.

Erotomania atau Delusi Cinta/Waham Cinta

Keyakinan bahwa orang yang mengalaminya dicintai oleh orang yang terkenal, dan membuatnya secara menggebu-gebu berupaya mengirimkan segala sesuatu untuk memberi orang terkenal itu tanda cinta.

Sejumlah pengalam erotomania juga melakukan sesuatu (yang terkadang berakhir kelam) karena yakin bahwa hal itu akan mengabadikan tautan antara nama pengalam dengan orang terkenal tersebut dalam sejarah, seperti kasus cinta kepada aktris Jodie Foster yang berakhir dengan upaya pembunuhan presiden Ronald Reagan pada tahun 1981.

Erotomania pada masa sekarang diketahui dialami oleh orang dengan skizofrenia dan gangguan bipolar. Tautan yang agak meragukan juga ditemukan dalam kaitannya dengan depresi klinis.

Kata erotomania muncul pertama kali pada tahun 1640 dalam sebuah buku berbahasa Inggris karya Jacques Ferrand, yang merupakan terjemahan dari versi Perancisnya pada tahun 1623, dengan judul Erotomania or a Cure of Love or Erotique Melancholy.[7]

Delusi Nihilistik atau Waham Nihilistik (Nihilistic Delusion, sering kali disebut juga sebagai Cotard’s Delusion)

Keyakinan bahwa sesuatu hal (atau segala hal, termasuk diri sendiri) tidak ada atau tidak berarti. Delusi yang pengalamnya yakin bahwa dirinya itu sangat kecil, miskin, tidak berharga, atau bahkan tidak hidup sama sekali. Orang dengan gangguan delusional ini sering kali menyatakan bahwa “aku telah mati” atau “aku tidak ada di mana-mana” bahkan “aku sama sekali tidak ada”

Jules Cotard (1840–89) adalah orang yang pertama kali mengungkapkan gangguan delusional ini pada tahun 1880 di Paris dalam pertemuan Societé Médico-Psychologique. Cotard menyebutnya sebagai le délire de négation atau delusions of negation (delusi pengingkaran). Cotard mempublikasikan temuannya itu pada tahun 1882.[7]

Referensi

  1. ^ Nevid, Jeffrey, Psikologi Abnormal, Jakarta:Erlangga, 2005, hal. 6-10.
  2. ^ a b "Delusion". Princeton - Wordnet. Diakses tanggal 15 Juni 2011. 
  3. ^ "Psikologi Kepribadian". Diakses tanggal 15 Juni 2011. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ a b c "Online Etymology Dictionary | Origin, history and meaning of English words". www.etymonline.com. Diakses tanggal 2019-07-01. 
  5. ^ "Idioms and phrases". TheFreeDictionary.com. Diakses tanggal 2019-07-01. 
  6. ^ Najātī, Muḥammad ʻUthmān; Saloom, Gazi (2002). Jiwa dalam pandangan para filosof muslim (dalam bahasa Indonesian). Bandung: Pustaka Hidayah. OCLC 973237267. 
  7. ^ a b c d e f g h Noll, Richard (2007). The encyclopedia of schizophrenia and other psychotic disorders (dalam bahasa English). New York: Facts on File. ISBN 9780816064052. OCLC 62533966. 
Kembali kehalaman sebelumnya