Deklarasi Kemerdekaan Malaya (Bahasa Melayu: Pemasyhuran Kemerdekaan Tanah Melayu (Jawi: ڤمشهوران كمرديكاءن تانه ملايو)) secara resmi diproklamirkan pada 31 Agustus 1957 oleh Tunku Abdul Rahman, Ketua Menteri Federasi Malaya. Dalam sebuah upacara yang diselenggarakan di Stadion Merdeka, dokumen proklamasi tersebut dibacakan tepat pukul 09:30 pagi dihadapan ribuan rakyat Malaya, para penguasa Malaya dan perwakilan asing. Proklamasi ini menyatakan pembentukan Federasi Malaya yang merdeka dan demokratis, yang mulai berlaku pada berakhirnya protektorat Britania di atas sembilan negeri Melayu dan berakhirnya kekuasaan kolonial Britania di dua Negeri-Negeri Selat, Melaka, dan Penang.
Dokumen deklarasi kemerdekaan tersebut juga ditandatangani oleh Tunku Abdul Rahman, yang kemudian menjadi Perdana Menteri Malaysia yang pertama. Acara ini dirayakan setiap tahun di Malaysia sebagai Hari Merdeka atau Hari Kebangsaan.
Tanggal kemerdekaan
Tanggal 31 Agustus 1957 ditentukan sebagai hari kemerdekaan Federasi Malaya setelah Tunku Abdul Rahman, Haji Sulaiman Palestin, Haji Ahmad Badawi, dan beberapa pemimpin Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang lain mencari pandangan Syeikh Abdullah Fahim, seorang ulama asal Penang. Menurut Abdullah Fahim, jika pihak Britania tidak memberi Malaya kemerdekaan pada 31 Agustus 1957, maka tanggal berikutnya yang ditentukan ialah pada 31 Agustus 1962. Hari Sabtu, tanggal 31 Agustus 1957 dianggap oleh Syeikh Abdullah Fahim sebagai am khair atana (عام خير اتانا), atau yang artinya: "Tahun yang Baik Telah Datang pada Kita". Ini semua dikonfirmasikan pada Februari 1956 dalam sebuah pengerahan Aliansi di Melaka setelah Tunku Abdul Rahman baru saja kembali dari Britania Raya.
Upacara deklarasi
Malam 30 Agustus 1957, kerumunan berkumpul di Lapangan Klub Diraja Selangor (Royal Selangor Club) untuk menyaksikan penyerahan kekuasaan dari Britania. Tunku Abdul Rahman tiba pada pukul 11:58 malam dan langsung berbaur dengan divisi pemuda Partai Aliansi saat menyaksikan dua menit dalam kegelapan.[1] Di tengah malam, lampu-lampu lapangan dinyalakan, panji Union Jack di lapangan tersebut diturunkan untuk yang terakhir kalinya.[2] Panji Jalur Gemilang kemudian dikibarkan dan Negaraku pun dimainkan. Diikuti dengan tujuh seruan "Merdeka!" oleh kerumunan.[1][2] Tunku Abdul Rahman kemudian memberikan pidato, memuliakan upacara tersebut sebagai "momen termahsyur dalam kehidupan rakyat Malaya".[1]
Pagi 31 Agustus 1957, perayaan dipindahkan ke Stadion Merdeka yang baru saja selesai dibangun. Lebih dari 20,000 orang menyaksikan upacara yang dimulai pada pukul 9:30 pagi. Adapun yang menghadiri upacara bersejarah tersebut antara lain penguasa negeri-negeri Malaya, perwakilan asing, anggota kabinet federal, dan warga.[3] Perwakilan Sang Ratu, Adipati Gloucester memberikan instrumen kemerdekaan pada Tunku Abdul Rahman. Tunku kemudiam membacakan deklarasi, yang diakhiri dengan seruan "Merdeka!" tujuh kali yang mana kerumunan turut mengikuti seruannya. Upacara dilanjutkan dengan pengibaran Bendera Nasional disertai dengan lagu kebangsaan yang dimainkan oleh band militer dan penghormatan 21 meriam, diikuti dengan kumandang Azan.[3]
Hari itu kemudian dilangsungkan penobatan Yang di-Pertuan Agong pertama, Tuanku Abdul Rahman dari Negeri Sembilan, di Jalan Ampang, dan perjamuan penobatan pertama untuk menghormatinya dan pada malam harinya diikuti dengan pesta kembang api.
Lihat pula
Referensi