Sebuah perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menggunakan metode baru dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) DI Yogyakarta dari tahun 2015 hingga sekarang. Berikut ini akan disajikan penjelasan, sejarah, dan metodologi perhitungan IPM, serta daftar kabupaten dan kota Daerah Istimewa Yogyakarta menurut IPM tahun 2015.
Penjelasan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.[1]
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memiliki tiga dimensi yang digunakan sebagai dasar perhitungannya:
- Umur panjang dan hidup sehat yang diukur dengan angka harapan hidup saat kelahiran
- Pengetahuan yang dihitung dari angka harapan sekolah dan angka rata-rata lama sekolah
- Standar hidup layak yang dihitung dari Produk Domestik Bruto/PDB (keseimbangan kemampuan berbelanja) per kapita
Menurut Badan Pusat Statisitik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memiliki beberapa manfaat:
- IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk)
- IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara
- Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU)
Cara Menghitung Indeks Komponen[2]
Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus yang digunakan sebagai berikut.
Dimensi Kesehatan
Keterangan:
I: indeks komponen
AHH: angka harapan hidup
AHHmin: angka harapan hidup terendah
AHHmaks: angka harapan hidup tertinggi
Dimensi Pendidikan
Keterangan:
I: indeks komponen
HLS: harapan lama sekolah
HLSmin: harapan lama sekolah terendah
HLSmaks: harapan lama sekolah tertinggi
Keterangan:
I: indeks komponen
RLS: rata-rata lama sekolah
RLSmin: rata-rata lama sekolah terendah
RLSmaks: rata-rata lama sekolah tertinggi
I: indeks komponen
HLS: harapan lama sekolah
RLS: rata-rata lama sekolah
Dimensi Pengeluaran
Keterangan:
I: indeks komponen
In: indeks komponen
pengeluaranmin: pengeluaran terendah
pengeluaranmaks: pengeluaran tertinggi
Cara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Keterangan:
IPM: indeks pembangunan manusia
I: indeks komponen
Data di bawah ini merupakan data perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) DI Yogyakarta.
Peringkat
|
Lambang
|
Kabupaten dan Kota
|
IPM
|
Perbandingan dengan IPM Laporan UNDP
Tahun 2016 untuk Perkiraan IPM Tahun 2015[4]
|
Pembangunan manusia sangat tinggi
|
1
|
|
Kota Yogyakarta
|
84,56 (0,845)
|
Slowakia (40)
|
2
|
|
Kabupaten Sleman
|
81,20 (0,812)
|
Montenegro (48)
|
Pembangunan manusia tinggi
|
3
|
|
Kabupaten Bantul
|
77,99 (0,779)
|
Trinidad dan Tobago (65)
|
-
|
|
Daerah Istimewa Yogyakarta
|
77,59 (0,775)
|
Kuba (68)
|
4
|
|
Kabupaten Kulon Progo
|
71,52 (0,715)
|
Libya (102)
|
Pembangunan manusia sedang
|
-
|
|
Indonesia
|
69,55 (0,695)[5]
|
Gabon (109)
|
5
|
|
Kabupaten Gunungkidul
|
67,41 (0,674)
|
Bolivia (118)
|
Kesimpulan
- Kabupaten atau kota dengan IPM tertinggi adalah Kota Yogyakarta dengan IPM sebesar 84,56.
- Kabupaten atau kota IPM terendah adalah Kabupaten Gunungkidul dengan IPM sebesar 67,41.
- Ketimpangan antara Kabupaten atau kota dengan IPM tertinggi dan provinsi dengan IPM terendah adalah 17,15.
- Menurut BPS DI Yogyakarta, IPM Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 77,59 (0,775) dan masih menempati status tinggi.
Referensi
| Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkan kategori. Tag ini diberikan pada Desember 2023. |