Cuckold adalah sebuah panggilan untuk suami dari istri yang berselingkuh, sedangkan sebutan istri dari suami yang berzina adalah cuckquean. Dalam biologi, cuckold merujuk pada laki-laki yang tanpa sadar merawat anak yang secara genetik bukan keturunannya.[1] Seorang suami yang menyadari dan mentolerir perselingkuhan istrinya kadang-kadang disebut wittol atau wittold.[2]
Sejarah
Kata cuckold berasal dari burung cuculidae, mengacu pada habitatnya yang bertelur di sarang burung lain.[3][4] Persamaan ini umum dalam cerita rakyat abad pertengahan, sastra, dan ikonografi.
Penggunaan ke dalam bahasa Inggris pertama kali muncul sekitar tahun 1250 dalam puisi debat abad pertengahan.[5] Tulisan Shakespeare sering merujuk pada cuckold, dengan beberapa karakternya mencurigai mereka telah berselingkuh.[4]
Kata itu sering kali menyiratkan bahwa sang suami tertipu; dia tidak menyadari ketidaksetiaan istrinya dan mungkin tidak tahu sampai kedatangan atau pertumbuhan seorang anak yang jelas bukan miliknya (seperti burung kukuk).[6][7]
Pada 1520 menandakan pertama kalinya kemunculan kata wittol, yang mengacu pada seorang pria yang sadar dan berdamai dengan ketidaksetiaan istrinya.[8]
Istilah 'cuckold' kini semakin banyak digunakan oleh pasangan gay untuk menyebut pria gay yang pasangan atau suaminya melakukan aktivitas seksual dengan pria atau wanita lain. Alat lain seperti pengurung penis yang dapat dikunci dapat diterapkan oleh pasangan kepada pasangan yang selingkuh dan terbukti tidak setia sering disebut 'pengurung cuckold'.
Kecenderungan akan Cuckold
Berbeda dengan definisi tradisional dari istilah tersebut, dalam fetish seksual penggunaan cuckold (juga dikenal sebagai "cuckolding fetish")[9][10] dan terlibat dalam "perselingkuhan" seksual pasangannya; istri yang senang "cuckolding" suaminya disebut "cuckolddress" jika laki-laki lebih penurut.[11][halaman dibutuhkan][12][13][14] Pria dominan yang terlibat dengan pasangan cuckold disebut "bull".[12][15]
Jika pasangan dapat menjaga fantasi di ranjang, atau mencapai kesepakatan di mana selingkuh dalam kenyataan tidak merusak hubungan, mereka dapat mencobanya. Seperti tindakan seksual lainnya kecenderungan ini dapat meningkatkan hubungan seksual antar pasangan.[16] Namun, pendukung utamanya keseluruhan selalu orang yang dipermalukan. Para cuckold meyakinkan kekasihnya untuk berpartisipasi dalam fantasi agar dapat menyenangkan mereka, meskipun "cuckold" lain mungkin lebih memilih kekasih mereka yang memulai terlebih dahulu. Fantasi tidak bekerja sama sekali jika cuckold dipermalukan di luar keinginan mereka.[17]
Psikologi menganggap fetishisme cuckold sebagai varian dari sadomasokisme, dengan cuckold memperoleh kesenangan karena dipermalukan.[18][19] Melalui bukunya berjudul Masokisme dan Diri, psikolog Roy Baumeister mengajukan analisis Teori Diri bahwa cuckolding (atau secara khusus, semua masokisme) adalah cara melarikan diri dari kesadaran diri, pada saat kesadaran diri menjadi beban, seperti munculnya ketidakmampuan untuk peka. Menurut teori ini, rasa sakit fisik atau mental dari masokisme menjauhkan perhatian dari diri, yang diinginkan pada saat "rasa bersalah, kecemasan, dan ketidakamanan", atau pada saat lain ketika kesadaran diri menjadi tidak menyenangkan.[20]
^Klein, Donald C. (1 Dec 1999). "The humiliation dynamic: An overview". The Journal of Primary Prevention. 12 (2): 93–121. doi:10.1007/BF02015214. PMID24258218.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Betchen, Stephen J. (November 18, 2014). "Sexually Dominant Women and the Men Who Desire Them, Part II". Magnetic Partners blog post. Psychology Today. Cuckolding can also be mixed with other non-monogamous relationship arrangements with which it has substantial overlap such as swinging, open relationships, and polyamory. Again, it is distinguished from these concepts in that cuckold's thrill in their partner's acts is specifically masochistic
^Baumeister, Roy (2014). Masochism and the Self. New York: Psychology Press. ISBN978-1138876064.